Aksi Bela Islam Tahun 1918
10Berita – Pada sekitar tahun 1918, Gerakan Sarekat Islam (SI) terpilah dalam empat arus besar, yakni SI Surabaya yang pimpin Tjokroaminoto bersama dengan Agus Salim, SI Semarang yang dipengaruhi oleh Semaoen, SI Surakarta yang masih dikuasai Samanhudi, serta SI Yogyakarta dibawah pengaruh Ahmad Dahlan yang juga pendiri Muhammadiyah.
Persaingan di dalam Gerakan Sarekat Islam ini, semakin memanas ketika surat kabar Tjawi Hisworo, menerbitkan artikel yang berjudul “Pertjakapan Antara Martho dan Djojo” di awal Januari 1918, dimana di dalam artikel tersebut, memuat kalimat “Gusti Kandjeng Nabi Rasoel minoem A.V.H. gin, minoem opium, dan kadang soeka mengisep opium.”
Aksi Bela Islam 1918
Artikel surat kabar Tjawi Hisworo, pada awalnya bertujuan untuk melamahkan gerakan SI Surabaya dan SI Yogyakarta ini, malah berbalik arah. Posisi H.O.S Tjokroaminoto (SI Surabaya) semakin menguat dan menjadi pintu masuk mengukuhkan peran Islam dalam proses penciptaan dan penerapan nilai-nilai kebangsaan.
Momentum kemunculan artikel yang dianggap telah melecehkan Nabi Muhammad tersebut, telah memberi alasan bagi Tjokroaminoto untuk membentuk Tentara Kandjeng Nabi Moehammad (TKNM) pada tanggal 17 Februari 1918 di Surabaya.
Sumber : Eramuslim