OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 02 Desember 2017

Aksi Bela Islam Tahun 1918

Aksi Bela Islam Tahun 1918


10Berita – Pada sekitar tahun 1918, Gerakan Sarekat Islam (SI) terpilah dalam empat arus besar, yakni SI Surabaya yang pimpin Tjokroaminoto bersama dengan Agus Salim, SI Semarang yang dipengaruhi oleh Semaoen, SI Surakarta yang masih dikuasai Samanhudi, serta SI Yogyakarta dibawah pengaruh Ahmad Dahlan yang juga pendiri Muhammadiyah.

Persaingan di dalam Gerakan Sarekat Islam ini, semakin memanas ketika surat kabar Tjawi Hisworo, menerbitkan artikel yang berjudul “Pertjakapan Antara Martho dan Djojo” di awal Januari 1918, dimana di dalam artikel tersebut, memuat kalimat “Gusti Kandjeng Nabi Rasoel minoem A.V.H. gin, minoem opium, dan kadang soeka mengisep opium.”

Aksi Bela Islam 1918

Artikel surat kabar Tjawi Hisworo, pada awalnya bertujuan untuk melamahkan gerakan SI Surabaya dan SI Yogyakarta ini, malah berbalik arah. Posisi H.O.S Tjokroaminoto (SI Surabaya) semakin menguat dan menjadi pintu masuk mengukuhkan peran Islam dalam proses penciptaan dan penerapan nilai-nilai kebangsaan.

Momentum kemunculan artikel yang dianggap telah melecehkan Nabi Muhammad tersebut, telah memberi alasan bagi Tjokroaminoto untuk membentuk Tentara Kandjeng Nabi Moehammad (TKNM) pada tanggal 17 Februari 1918 di Surabaya.

Kepengurusan TKNM dipegang oleh Tjokroaminoto (Pimpinan), Sosrokardono (Sekretaris), dan Sech Roebaja bin Ambarak bin Thalib (Bendahara), dan segera menggelar vergadering di Kebun Raya Surabaya dengan dihadiri sedikitnya 35.000 orang. Jumlah sebesar ini berkumpul di satu lapangan pada tahun 1918 adalah sesuatu yang sangat dahsyat!

Setelah itu, menyusul pembentukan sub-sub TKNM di berbagai daerah yang dimotori oleh anggota SI. Seiring dengan kian membesarnya kekuatan TKNM, tuntutan agar penulis serta penyebar artikel diadili oleh Pemerintah Hindia Belanda kian menguat.

Issue penistaan agama dan pembentukan TKNM telah membuat Tjokroaminoto berhasil menarik simpati kaum santri dan kaum abangan untuk mendukung gerakan kebangsaan yang dipimpinnya. Bahkan, berkat dukungan pendanaan para saudagar keturunan Arab, Tjokroaminoto mampu mengimbangi, pengaruh SI Semarang di kalangan pergerakan kaum buruh. (kl/kzql)

Sumber : Eramuslim