OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 28 Desember 2017

Awas, Pahala Jihad pun Tidak Bisa untuk Membayar Utang

Awas, Pahala Jihad pun Tidak Bisa untuk Membayar Utang

  


Dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu berkata, “Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam dan berkata, ‘Ya Rasulallah, tunjukkan kepadaku satu amal yang menyamai jihad?’ Beliau menjawab, ‘Aku tidak mendapatkannya.’ Beliau bersabda lagi, ‘Apakah kamu sanggup, apabila seorang mujahid keluar lalu kamu masuk ke dalam masjidmu kemudian kamu shalat tanpa berhenti dan berpuasa tanpa berbuka? Ia menjawab, ‘Siapa yang sanggup melakukan itu wahai Rasulallah?” (HR. al-Bukhari)

Begitu besarnya pahala jihad sampai harus sebanding dengan shalat yang tiada henti dan berpuasa tanpa berbuka. Tapi benarkah pahala jihad tidak bisa untuk membayar utang?

Dari Abu Qatadah Al Harits bin Rib’i bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri berkhutbah di depan khalayak ramai. Kemudian beliau menyebutkan pada mereka bahwa jihad fii sabilillah (jihad di jalan Allah) dan beriman kepada Allah adalah sebaik-baiknya amalan. Kemudian ada seorang lelaki yang berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana pendapat Tuan jika saya terbunuh dalam jihad, apakah semua kesalahan saya akan dihapuskan?” Beliau menjawab,

نَعَمْ إِنْ قُتِلْتَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ

Benar, jika kamu terbunuh fii sabilillah dalam keadaan sabar, mengharapkan pahala Allah, sedang maju, dan tidak lari mundur ke belakang.”

Selanjutnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang engkau katakan tadi?”Orang itu berkata lagi, “Bagaimana pendapat Tuan jika saya terbunuh dalam jihad, apakah semua kesalahan saya akan dihapuskan?”Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

نَعَمْ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ إِلاَّ الدَّيْنَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ لِى ذَلِكَ

“Benar, jika kamu terbunuh fii sabilillah dalam keadaan sabar, mengharapkan pahala Allah, sedang maju, dan tidak lari mundur ke belakang. Kecuali kalau engkau memiliki utang. Sesungguhnya Jibril mengatakan hal itu kepadaku.” (HR. Muslim no. 1885).

Islam mengajarkan untuk tidak menganggap sepele masalah utang.Suatu ketika satu jenazah dihadirkan kepada Rasulullah untuk dishalatkan. Beliau bertanya dulu kepada sahabatnya, apakah mayit tersebut punya utang atau tidak. Setelah ada kepastian, bahwa mayit tersebut tidak memiliki utang, Rasulullah langsung menshalatkannya.

Kemudian didatangkan lagi jenazah lain kepada Beliau, maka Beliau bertanya kembali, “Apakah orang ini punya utang?” Para sahabat menjawab: “Ya”. Maka Rasulullah bersabda: “Shalatilah saudaramu ini.” Berkata, sahabat Abu Qatadah: “Biar nanti aku yang menanggung utangnya”. Maka Beliau menshalatkan jenazah itu. (HR Bukhori)

Sahabat Ummi, utang adalah penghalang untuk mendapatkan ridha Allah dan masuk ke dalam surga-Nya. Utang juga yang akan menggerogoti segala amal kebaikan yang dilakukan di dunia. Utang ini tidaklah jadi gugur hanya karena yang berperang itu mati syahid. Karena utang adalah hak sesama manusia yang harus ditunaikan.(Cucu Rizka Alifah)

Sumber: rumaysho(dot)com dan berbagai sumber, Ummi Online

Ilustrasi: Google