OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 17 Desember 2017

Bebaskan Al-Quds dengan Jalan Jihad

Bebaskan Al-Quds dengan Jalan Jihad


10Berita  – Al-Quds atau sering disebut Yerussalem adalah kota suci ketiga bagi umat Islam setelah Makkah dan Madinah. Di kota ini terdapat Masjid Al Aqsha, kiblat pertama umat Islam dan tempat terjadinya peristiwa Isra Mi’raj, mukjizat Nabi Muhammad saw.

Al Quds dan Al Aqsha begitu istimewa bagi umat Islam. Ibnu Abbas menuturkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Para nabi tinggal di Syam dan tidak ada sejengkal pun kota Baitul Maqdis (Al Quds) kecuali seorang nabi atau malaikat pernah berdoa atau berdiri di sana.” (HR at-Tirmidzi). Rasulullah saw juga bersabda, “Tidaklah diadakan perjalanan dengan sengaja kecuali ke tiga masjid: Masjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah), Masjidil Haram (di Makkah) dan Masjid Al Aqsha.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Sejak diberlakukannya Deklarasi Balfour hingga hari ini, Zionis Israel dengan pongahnya menduduki tanah Al Quds, merampok harta, membantai dan merenggut kehormatan umat Islam.

“Deklarasi Balfour sejatinya merupakan pintu bencana yang paling besar dalam sejarah umat manusia karena telah membuka penderitaan berkepanjangan bagi warga Palestina hingga satu abad lamanya. Mereka tertindas, terbunuh dan terusir dari tanah airnya sendiri.” Ungkap Wakil Ketua Badan Kerjasama Antarparlemen (BKSAP) DPR RI, Rofi Munawar, dalam pernyataan sikap yang disampaikan kepada media pada hari Kamis (2/11) di Jakarta.

Menyaksikan kejahatan Israel, sayangnya umat ini seperti macan ompong. Tak berdaya membela saudaranya lebih-lebih menghentikan kebiadaban dan kejahatan Israel.

Tindakan brutal Israel justru mendapat dukungan atau setidaknya pembiaran tanpa respon berarti oleh lembaga-lembaga dunia dan negara-negara besar, khususnya AS sebagai adikuasa. Bahkan Israel tampak memiliki kekebalan luar biasa atas kejahatannya.

Resolusi mandul dunia bagi persoalan Palestina tampak nyata. Perundingan tidak menghasilkan langkah maju bagi konflik Palestina-Israel. Justru semakin membuat Palestina makin terpuruk.

Kegagalan demi kegagalan untuk menghentikan kejahatan Israel dan mengusirnya dari wilayah pendudukan sesungguhnya berpangkal pada lemahnya kekuatan dunia Islam. Tidak ada persatuan yang menghadirkan komando tunggal dalam menyikapi Israel. Juga tidak terkumpul sumberdaya dunia Islam yang memadai baik berupa strategi unggul, senjata setara dan pasukan sebanding dengan kekuatan musuh.

Karena itu, umat Islam membutuhkan kepemimpinan politik untuk mewujudkan persatuan dan kekuatan yang unggul dan mampu menandingi musuh. Yakni kepemimpinan global yang pernah ada, yang dicontohkan oleh Rasulullah uswah terbaik kita, bahkan menjadi super power dunia.

Di sinilah urgensi menghadirkan kembali Khilafah Islamiyah. Karena hanya seorang Khalifah (pemimpin umat) yang mampu menyerukan jihad untuk membebaskan seluruh Palestina dan memobilisir sumber daya dunia Islam berikut 1,6 milyar penduduknya dengan keunggulan tsaqafah, ilmu dan kepakarannya, juga mendayagunakan limpahan kekayaan sumberdaya alamnya yang luar biasa.

Ingatlah, bagaimana Khalifah di masa lalu -sekalipun mereka dalam kedudukan lemah- mampu tegas menolak keinginan yahudi untuk membeli tanah Palestina. “Tanah itu bukan milikku, tetapi milik ummatku.” (Khalifah Abdul Hamid II, 1897)

Inilah kepentingan yang tidak bisa ditunda lagi, yakni umat ini harus serius dan sungguh-sungguh memperjuangkan kembalinya Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah. Karena dengan tegaknya Khilafah perisai umat, maka bukan hanya Palestina, tapi seluruh negeri muslim akan terjaga kehormatannya juga terlindungi dari eksploitasi dan konspirasi jahat imperialisme. Allahu Akbar![]

 

Ditulis Oleh: Rizki Ika Sahana, aktivis dakwah tinggal di Bekasi

 

Sumber  Kiblat.