OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 01 Desember 2017

Menyemai Kewajiban Ukhuwah di Tengah Keberagaman 212

Menyemai Kewajiban Ukhuwah di Tengah Keberagaman 212

10Berita  – Sungguh hati setiap Muslim akan bahagia ketika melihat fenomena berkumpul dan bersatunya umat Islam tanah air dalam beberapa momen penting. Hati setiap Muslim tentu akan terharu dan senang saat melihat jutaan kaum muslimin dengan keberagaman latar belakang ormas, jama’ah, daerah, bahasa, dan suku, dapat duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Jutaan umat Islam tersebut menepikan perbedaan-perbedaan sekat di antara mereka, dan mulai menggandeng tangan sesama Muslim lainnya, demi meraih izzul Islam wal muslimin.

Itulah indahnya ukhuwah islamiyah. Itulah agungnya persaudaraan Islam, yang menyatukan semua unsur umat Islam di manapun mereka berada dan kapan pun mereka berada. Ketika ukhuwah islamiyah telah terjalin kokoh di antara sesama kaum muslimin, niscaya kaum muslimin akan menjadi umat yang rukun, kuat, dan berjaya.

Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan setiap Muslim untuk bersaudara dengan Muslim lainnya. Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya SAW mengharuskan semua umat Islam untuk bersatu, laksana satu tubuh yang utuh dan satu bangunan. Walaupun terdiri dari beragam organ tubuh, yang berbeda-beda bentuk dan fungsinya, namun kesemuanya berintegrasi membentuk sebuah tubuh manusia yang utuh dan sempurna. Satu sama lainnya saling menguatkan, mendukung, dan menolong.

Ukhuwah Menuntut Konsekwensi

Ukhuwah islamiyah memang sangat indah dan agung. Tiada ikatan persatuan apapun di dunia ini yang lebih indah, agung, dan penuh hikmah sebagaimana ikatan ukhuwah islamiyah. Demikian agung dan indahnya ukhuwah islamiyah, sehingga mewujudkannya pun merupakan sebuah mega proyek yang sangat berat. Hanya jiwa-jiwa Muslim yang telah disucikan saja yang akan sukses merealisasikannya.

Meskipun mewujudkan ukhuwah islamiyah merupakan pekerjaan yang sangat sulit nan berat, bukan berarti ia adalah hal yang mustahil. Dengan hati yang ikhlas, usaha yang sungguh-sungguh, semangat yang tak pernah luntur, dan doa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, insya Allah ukhuwah islamiyah bisa direalisasikan oleh umat Islam.

Lantas, usaha seperti apa yang harus dilakukan oleh umat Islam dengan sungguh-sungguh, agar mereka bisa merasakan manisnya persaudaraan seislam dengan sesama Muslim lainnya? Secara garis besar bisa dijelaskan bahwa usaha tersebut adalah dengan cara setiap Muslim menunaikan kewajiban-kewajiban yang menjadi konskuensi logis dari ukhuwah islamiyah itu sendiri. Berikut ini adalah sebagian konskuensi dari ukhuwah islamiyah tersebut.

Pertama, menolong sesama Muslim dalam amal-amal kebajikan dan ketakwaan

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kalian dalam amal kebaikan dan ketakwaan dan janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan aniaya.” (QS. Al-Maidah [5]: 2)

Dalam konteks ayat ini dijelaskan bahwa selagi saudara muslim kita dalam agenda-agenda ketakwaan, maka menjadi keajiban bagi kita semua untuk mendukung dan membantunya. Toh, jika tidak bisa berkontribusi pada agenda-agenda ketakwaan saudara muslim kita, setidaknya upayakan jangan sampai kita menjadi duri perintang dan aral pengganggu. Allah SWT berfirman :

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ

“Orang-orang beriman laki-laki dan orang-orang beriman perempuan itu sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian lainnya…” (QS. At-Taubah [9]: 71-72)

Kedua, tidak menzalimi sesama Muslim lainnya dengan bentuk kezaliman apapun.

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam khutbah wada’nya di hadapan lebih dari 100.000 sahabat telah bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah mengharamkan nyawa kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian, sebagaimana keharaman hari kalian ini, di negeri kalian ini, di bulan suci ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Abu Hurairah RA juga meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا» وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ «بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ

“Jadilah kalian hamba-hamba Allah ‘Azza wa Jalla yang bersaudara. Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya. Seorang Muslim tidak akan menzalimi Muslim lainnya dan tidak akan menelantarkannya (ketika Muslim lainnya mengalami kesusahan hidup). Ketakwaan itu ada di sini —beliau menunjuk ke dada beliau sebanyak tiga kali—. Cukuplah seseorang dianggap jahat apabila ia meremehkan saudaranya sesama Muslim. Seorang Muslim itu haram diganggu oleh Muslim lainnya, baik nyawanya, hartanya, maupun kehormatannya.”(HR. Muslim)

Ketiga,  mencintai dan menyayangi sesama Muslim lainnnya

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan permisalan yang indah tentang wujud ukhuwah yang seharusnya terjalin di antara umat Islam. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Nu’man bin Basyir Ra bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَرَى المُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، كَمَثَلِ الجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالحُمَّى

“Engkau akan melihat orang-orang beriman dalam sikap saling menyayangi di antara mereka, saling mencintai di antara mereka, dan saling menyantuni di antara mereka, adalah laksana sebuah tubuh. Jika ada satu anggota tubuh yang sakit, seluruh anggota tubuh lainnya ikut merasakan sakit dengan mengalami sulit tidur dan demam panas.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Abu Musa Al-Asy’ari RA juga meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Orang mukmin yang satu dengan orang mukmin lainnya itu laksana sebuah bangunan yang kokoh, satu unsur dengan unsur lainnya saling menguatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Keempat, memberikan nasehat kepada sesama Muslim

Seorang Muslim akan menaruh kepedulian terhadap keadaan saudara lainnya. Jika saudaranya bodoh, niscaya ia akan mengajarinya ilmu. Jika saudaranya butuh pertimbangan, niscaya ia akan memberikan saran. Jika saudaranya membutuhkan partner musyawarah, niscaya ia akan memberikan masukan-masukan yang konstruktif. Ia akan memberikan nasehat yang membawa kebaikan bagi diri saudaranya, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat.

عَنْ جَرِيرٍ، قَالَ: «بَايَعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى إِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ»

Dari Jarir bin Abdullah al-Bajali RA, ia berkata, “Saya membai’at Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan memberikan nasehat kepada setiap Muslim.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sumber : Kiblat.