OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 27 Desember 2017

Pembantai Suku Indian dan Palestina Pelakunya Sama

Pembantai Suku Indian dan Palestina Pelakunya Sama


10Berita – Masih ingat film-film Cowboy ala Hollywood yang ceritanya rata-rata memposisikan bangsa Indian sebagai penjahat yang bengis dan brutal?

Mulai sekarang, mikir dua kali sama film fiksi ala Hollywood, karena hampir bisa dipastikan semua film Hollywood isinya propaganda “pengaburan sejarah” yang memang menjadi misi utama film fiksi itu diproduksi.

Semua tahu bangsa Indian adalah penduduk atau pemukim asli benua Amerika. Namun sejak ekspedisi Columbus bersama “boncengan” Yahudi nya menginjakkan kaki di sana, menurut peneliti Sherburne dan Woodrow dari California University, Colombus dan kawan-kawan Yahudinya melakukan pemusnahan etnis (genocide) penduduk pribumi Amerika untuk menjalankan sistem kolonialisasi (penjajahan) di benua Amerika.

Sherburne dan Woodrow mencatat bahwa dalam waktu 12-20 tahun setelah kedatangan Columbus di Pulau Harapan, suku Arawak (suku asli Amerika atau suku Indian) yang awalnya berjumlah 8 juta orang berkurang drastis menjadi tinggal dan yang tersisa tinggal 22.000 orang saja

Artinya lebih dari 90% penduduk asli Amerika Serikat dimusnahkan oleh Columbus dkk Yahudinya hanya dalam waktu 12-20 tahun. Nasib Suku Indian di Benua Amerika bak ditelan bumi, apalagi nasib Indian Muslim, nyaris tidak terungkap dalam sejarah Amerika.

Muslim Indian

Christoper Columbus mendarat di Waiting Island Bahama, pada tanggal 12 Oktober 1492 di Benua Amerika yang diboncengi oleh orang-orang Yahudi. Simaklah catatan Colombus berikut ini:

“…di atas puing-puing reruntuhan Aristokrasi kaum non-Yahudi, kita akan membangun aristokrasi dari kalangan klas terdidik kita, dan atas segenap aristokrasi keuangan.

Kita telah membangun basis bagi Aristokrasi yang baru ini atas dasar kekayaan yang kita kendalikan, dan atas dasar ilmu-pengetahuan yang dibimbing oleh kaum bijak kita.” (’Protokol Zion yang Pertama’)

Dikabarkan dalam sejarah Colombus mendarat di Amerika pada abad ke 14, padahal faktanya menurut Mahir Abdal-Razzaaq El, seorang Muslim dari Suku Indian Cherokee Blackfoot di New York AS, hubungan antara suku Indian dan Imigran Muslim telah dimulai oleh para penjelajah Muslim sejak abad ke 9 Masehi.

“Artinya lebih dari 600 tahun sebelum Colombus dan kawan-kawan Yahudi nya mendarat di Benua Amerika, kaum muslimin telah berinteraksi dengan suku Indian Amerika tanpa melakukan Kolonialisasi”, tutur Mahir yang bergelar Eagle Sun Walker (Elang Penapak Matahari) seorang Indian Muslim yang masih tersisa hingga hari ini.

Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan muslim telah mencatat perjalanan ke benua Amerika seperti Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384), dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).

Sejarah memang sengaja di kaburkan. Seiring jatuhnya Granada di Spanyol, benteng terakhir umat Islam di Eropa Andalusia (Spanyol), tahun 1492, umat Islam dan Yahudi di bantai di Spanyol oleh Knights Templar atau Knigts of Christ.

Namun karena kelicikannya, kaum Yahudi yang diusir dari Spanyol justru turut serta menumpang membiayai perjalanan pelayaran Columbus ke benua Amerika untuk mencari emas bagi Ratu Spanyol.

Columbus mulai berlayar pada tanggal 3 Agustus 1492, tepat satu hari setelah setelah Granada Spanyol dikuasai oleh para Knights Templar atau Knigts of Christ.

Di Benua Amerika Columbus dan kawan-kawannya menorehkan sejarah kelam dengan melakukan pembantaian etnis terhadap suku arawak (suku Indian).

Konspirasi antara kaum evangelis Cristoforo Columbus yang berasal dari anggota Ordo Knights of Christ dan Kaum Yahudi “Marano” berhasil menguasai Benua Amerika dengan cara membantai penduduk pribumi Indian Amerika.

Dan rupanya hari ini mereka ingin mengulang kembali kisah kesuksesan di Benua Amerika itu di Timur Tengah, persisnya di tanah Palestina. []

Penulis: Abubakar Bamuzaham dan Tim Riset Global Future Institute (GFI)

Sumber : Eramuslim