Akibat Kurang Piknik
Oleh: Abdullah Sholeh Hadromi
10Berita, BETAPA sering kita mendengar fitnah keji yang dilancarkan untuk membunuh karakter ulama dikarenakan tidak siap dan kurang berlapang dada dalam menyikapi perbedaan pendapat.
Di antara yang paling sering mendapatkan fitnahan itu adalah Salafush Sholeh Rahimahumullah yang dituduh sebagai mujassim, yaitu yang berkeyakinan bahwa Allah berbentuk jasad dan menyerupakan Allah dengan makhlukNya, karena mereka berkeyakinan bahwa Allah berada di atas.
Salafush Sholeh Rahimahumullah dituduh mengatakan Allah duduk di Arsy. Padahal semenjak kami belajar di Madrasah Salafush Sholeh Rahimahumullah sampai saat ini belum pernah kami mendengar mereka mengatakan Allah duduk di Arsy, bahkan mereka paling keras membantah keyakinan tersebut.
Sumber permasalahannya adalah memahami Salafush Sholeh Rahimahumullah dengan sudut pandang yang lain, bukan memahami Salafush Sholeh Rahimahumullah dengan sudut pandang Salafush Sholeh Rahimahumullah sendiri. Ini adalah sumber masalah umat semenjak dahulu sampai saat ini.
Salafy memandang Asy’ari dengan sudut pandang Salafy atau sebaliknya, tentu tidak akan pernah nyambung dan bahkan yang terjadi adalah salah faham atau gagal faham.
Yang paling faham tentang Salafush Sholeh Rahimahumullah adalah mereka yang belajar di Madrasah Salafush Sholeh Rahimahumullah, bukan selain mereka.
Alhamdulillah, kami dalam hal Asma’ Wa Shifat lebih mantap dengan Akidah Salaf, namun kami sangat menghormati Akidah Asy’ari karena kita sama, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Alhamdulillah kami juga alumni Madrasah Salafush Sholeh Rahimahumullah dan kami kenal Salafush Sholeh Rahimahumullah sangat keras kepada kelompok mujassimah.
Tuduhan Salafush Sholeh Rahimahumullah sebagai mujassim biasa dilontarkan musuh-musuh Salafush Sholeh Rahimahumullah atau orang yang tidak faham atau gagal faham sebagai fitnah dan pembunuhan karakter.
Keyakinan Allah di atas itu penuh dengan dalil dari Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’ Salaf, Fitrahdan Akal.
Silahkan pikniknya ditambah lagi sebelum memvonis sesat keyakinan ini karena hanya akan menjadi bahan lelucon dan candaan yang memahami masalah ini dengan baik dan benar. Perbanyak membaca kitab-kitab yang menjelaskan Aqidah Salafush Sholeh Rahimahumullah dalam masalah ini yang jumlahnya amat sangat banyak agar wawasan menjadi luas dan tidak sempit.
Alhamdulillah kami khatam tiga kitab Ibnu Taimiyah Rahimahullah yang menjelaskan Aqidah Salafush Sholeh Rahimahumullah tentang Asma’ Wa Shifat, yaitu; Aqidah Wasithiyyah, Fatawa Hamawiyyah dan Risalah Tadmuriyyah.
Alhamdulillah kami khatam langsung dari Syeikhuna, Fadhilatusy Syeikh Prof Dr Khalid bin Abdillah Al-Mushlih hafidhahullah ketika kami masih belajar di Unaizah Al-Qasim KSA. Sehingga kami kenal betul siapa itu Salafush Sholeh Rahimahumullah.
Salafush Sholeh Rahimahumullah bukan mujassim dan justru sangat keras kepada mujassim.
Dalam memahami Asma’ dan Shifat (nama-nama dan sifat-sifat Allah), Salafush Sholeh Rahimahumullah mempunyai metode memahami sebagaimana adanya dengan 4 tanpa; tanpa Tahrif (tanpa menyelewengkan dari makna aslinya), tanpa Ta’thil (tanpa mengingkari), tanpa Takyif (tanpa mereka-reka atau membahas dan menanyakan tentang kaifiyahnya), dan tanpa Tamtsil (tanpa menyerupakan Allah dengan makhlukNya).
Kita harus akui secara jujur bahwa masing-masing pihak (salaf dan khalaf) mempunyai 1001 alasan untuk membela pendapat yang diyakininya. Sehingga kita harus lebih bijak dalam bersikap terutama di media umum dengan menghindari bahasa-bahasa provokasi dan memperhalus cara penyampaian serta lebih santun dalam menyampaikan.
Islam adalah agama yang indah dan luas selama kita tidak terperangkap dalam kotak kecil.
Jika kita sudah terperangkap dalam kotak kecil maka hilanglah indahnya Islam dan berubah menjadi agama kebencian dan gelap.
Pada akhirnya kita semua dalam beragama ini dihadapkan pada dua pilihan; terperangkap dan terkurung dalam kotak kecil, dan keluar dari kotak kecil menuju luasnya Islam.
Saya sendiri pernah terperangkap dalam kotak kecil dan alhamdulillah kemudian Allah sadarkan dan selamatkan saya sehingga saya sudah putuskan untuk keluar dari kotak kecil tersebut, dan sekarang lebih lapang dada menyikapi perbedaan, fokus maju ke depan dan tidak akan mundur lagi ke belakang.
Siapa saja yang berada dalam kotak kecil itu beranggapan bahwa kebenaran mutlak hanyak milik kelompoknya saja, sedangkan yang selainnya adalah tersesat, berbahaya dan manusia harus diselamatkan darinya.
Siapa saja yang berada dalam kotak kecil itu selalu berprasangka buruk dan berpandangan buruk terhadap siapa saja yang dianggap berbeda dengannya dan yang pasti dianggap sebagai orang-orang tersesat dan menyesatkan serta berbahaya bagi Islam dan kaum muslimin.
Kotak kecil itu adalah siapa saja yang kerjaannya dan misinya menanamkan kebencian dan menuduh sesat sesama Ahlus Sunnah Wal Jamaah, menjatuhkan, menghancurkan dan pembunuhan karakter siapa saja yang dianggap beda dengannya karena tidak siap untuk berbeda dan tidak lapang dada menyikapi perbedaan padahal terhadap saudaranya sendiri sesama Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Di antara nasehat emas dan bahkan mutiara dari Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah:
قال الإمام أحمد رحمه الله:
“إخراج الناس من السنة شديد”.
رواه أبو بكر بن الخلال رحمه الله في السنة بإسناد صحيح ١/٣٧٣، رقم: ٥١٣”
“Mengeluarkan orang dari Sunnah itu adalah berat”.
[Diriwatkan oleh Abu Bakar bin Al-Khallal rahimahullah dengan sanad shahih dalam As-Sunnah 1/373, nomer 513]
Maksudnya, jangan mudah menuduh seseorang telah keluar dari Sunnah dan bahkan menuduhnya sebagai ahli bid’ah jika orang tersebut masih meyakini prinsip-prinsip Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Ingat, menuduh dan bahkan memvonis sesat itu adalah perkara besar dan dahsyat!
Sudah siapkah kita untuk bertanggung jawab di hadapan Allah atas tuduhan tersebut?
Sesama orang Islam itu seharusnya rukun dan damai, karena antara perbedaan dan persamaan diantara kelompok Islam itu lebih banyak samanya daripada bedanya.
Berikut ini permasalahan prinsip yang kita semua sama di dalamnya:
Tuhannya sama, Allah. Nabinya sama, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam. Kiblatnya sama, Ka’bah kitabnya sama, Al-Qur’an. Rukun Islamnya sama, ada lima; Dua Kalimat Syahadat, shalat, zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah bagi yang mampu.
Rukun imannya sama, ada enam; Iman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir dan takdir.
Pemahaman tentang definisi keimanan juga sama, yaitu mengimani semua yang wajib diimani dengan ucapan lisan, keyakinan hati dan pengamalan dengan anggota tubuh. Iman bisa bertambah dengan ketaatan kepada Allah dan bisa berkurang dengan kedurhakaan kepada Allah.
Sahabat Nabinya sama, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali dan semua sahabat lainnya, Radhiyallahu ‘Anhum.
Imam madzhabnya sama, Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal Rahimahumullah.
Kitab haditsnya sama, Bukhari, Muslim, dll. Dan persamaan-persamaan lainnya..
Perbedaan yang ada itu kebanyakan bukan dalam hal yang prinsip, tapi sayang kadang di paksakan untuk menjadi seakan hal itu adalah permasalahan yang prinsip.
Banyak membaca dan terus belajar akan membuka wawasan, juga jangan lupa banyak berdoa memohon petunjuk kepada Allah.
Harapan saya sederhana saja, jangan mudah vonis sesat terhadap sesama muslim. Masihkah Anda memilih untuk tetap berada dalam kotak kecil?
Mari kita fokus mencari titik temu diantara kita demi menjaga ukhuwah dan bukan fokus kepada mencari titik beda atau pembunuhan karakter yang berdampak rusaknya ukhuwah. Semoga bermanfaat.*
Disusun di pesawat Etihad dalam perjalanan Jakarta Abu Dhabi UEA, Kamis malam Jum’at 01 Jumadal Ula 1439 (18 Januari 2018)
Dari Hamba Allah yang selalu berharap terjalinnya ukhuwah Islamiyyah@AbdullahHadrami
Sumber :Voa-islam.com