Ibnu Fadlan Dokumentasikan Bangsa Rus
10Berita , JAKARTA -- "Orang Arab tolol. Kalian mengubur orang yang kalian cintai dan hormati agar dimakan rayap dan ulat di dalam tanah. Sedangkan kami membakar mereka yang mati dengan api sehingga bisa cepat masuk ke surga.’’
Makian itu dilontarkan seorang laki-laki kulit putih kepada Ahmad Ibnu Fadlan. Itu adalah bagian dari catatan paling lengkap yang dikenal dunia mengenai ritual pema kaman dengan pembakaran perahu peninggalan bangsa Viking.
Pada 921 M, Ibnu Fadlan diutus Kalifah al-Muqtadir, penguasa Dinasti Abbasiyah di Baghdad, untuk pergi ke Kerajaan Bulghar di hulu Sungai Volga (Itil) di Kazan, wila yah Tatarstan saat ini. Di padang rumput antara Laut Aral dan Laut Kaspia atau wilayah In ner Asia, Ibnu Fadlan ber jumpa dengan per- adaban ku lit putih pra- Kristen yang di antaranya diyakini seba gai orang-orang Viking dari Skan dinavia yang mengembara jauh ke Timur.
Orang Arab ketika itu menyebut bangsa kulit putih berambut pirang ras Jermania dari wilayah utara sebagai orang-orang Rusiy yah atau Rus. Nama itu kemudian me lekat untuk menyebut bang sa Rusia saat ini. Sebutan lain nya adalah Majus karena ke biasaan pemakaman dengan pembakaran kapal, dinisbat kan kepada peng anut Zo roaster (Majusi) atau pe nyembah api di Persia.
Meskipun bukan ahli geo grafi, Ibnu Fadlan mampu menyusun dokumentasi yang mendetail dan naratif mengenai bangsa Rus. Ki tab yang berisi catatan perja lanannya sekaligus laporan kepa da Khalifah al-Muqtadir telah mem bantu para ahli sejarah me mahami kondisi masya rakat pro to-Rusia saat itu. Ahli sejarah Rusia dari Uni versitas Minnesota, Thomas S Noonan, mengakui bahwa Ibnu Fadlan adalah sum ber sejarah unik karena dia me nyaksikan sendiri adat istiadat bangsa Rus dan menceritakan segalanya secara mendetail mes kipun harus dibantu penerjemah.
‘’Dia menceritakan bagai mana karavan bepergian. Dia juga me nulis mengenai flora dan fauna sepanjang perjalanan. Dia menunjukkan kepada kita bagaimana perdagangan berlangsung. Tidak ada sumber yang seperti itu,’’ tulis Noonan. Kedekatan itu bisa dicapai karena orang Arab tak punya prasangka buruk kepada bangsa Viking, tak seperti orang Eropa yang punya sejarah hitam dijarah dan dibantai oleh mereka.
Adalah mata uang dirham (pe rak) yang dicari oleh orangorang Viking itu sampai perlu mengembara jauh ke Timur untuk berdagangan dengan orang Arab. Bang sa Rus bia sanya menjual berbagai ma cam kulit binatang, ternak, kulit pohon birch, biji pohon ek, lilin, baju besi, dan pedang. Di banyak situs-situs peninggalan Viking di Skandinavia, terutama Swedia, ditemukan ribuan koin dirham Dinasti Abbasiyah yang dicetak di Baghdad, Kairo, Damaskus, Isfahan, dan Tashkent.
Menurut Noonan, koin dir ham itulah yang telah me nyokong era Viking, masa keemasan mereka dalam mengu asai pantai-pantai Eropa Utara selama abad ke-8 sam pai abad 11 M. Beberapa kata bahasa Arab juga dise rap ke dalam bahasa Skan dinavia, se perti kaffe, arsenal, kattun (katun), alkove, sofa, dan kalfatre (aspal pelapis kapal).
Sumber :Republika