Ini Resolusi Hasil Munas Ulama, Tokoh dan Alumni 212
10Berita, Cisarua - Sejumlah ulama, tokoh dan aktivis 212 mengikuti musyawarah nasional (munas) sejak Kamis hingga Sabtu 25-27 Januari 2018 di Cisarua, Jawa Barat. Dalam munas tersebut dihasilkan sejumlah resolusi. Berikut isi lengkap resolusi tersebut:
Alhamdulillah, Musyawarah Nasional yang dihadiri para ulama, tokoh dan aktivis 212 ke I telah berlangsung dari tanggal 25 – 27 Januari 2018 dalam suasana ukhuwah yang mantap dihadiri oleh 21 propinsi dan bertujuan tunggal: Mencari Ridha Allah semata.
Sebagai pewaris para Nabi, para ulama dari berbagai kalangan yang menghadiri musyawarah telah bertekad untuk berjuang mewujudkan tegaknya kalimat tauhid di bumi Indonesia. Kalimat tauhid itu antara lain berarti kalimat at-tahrir (pembebas) yakni: At-tahrir min ‘ibadatil ‘ibad ila ibadatillah. Membebaskan manusia dari setiap persembahan kepada sesama manusia ke ibadah pada Allah SWT semata.
Dan sebagai umat beriman yang hidup setelah Rasulullah SAW maka sirah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW kita jadikan uswah hasanah, tauladan indah bagi perjuangan kaum beriman di Indonesia.
Permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam berbeda-beda dari setiap zaman ke zaman berikutnya, namun essensi permasalahan itu selalu sama. Permasalahan yang bersifat internal adalah bagaimana membangun ukhuwah Islamiyah agar dapat menjadi ummah wahidah dalam rangka meninggikan kalimah Allah setinggi-tingginya. Sedangkan permasalahan eksternal yang dihadapi adalah kekuatan-kekuatan yang tidak pernah berhenti memusuhi Islam dan umatnya. Bila cahaya Allah sampai menjadi redup eksistensi umat Islam tidak lagi punya relevansi dalam kehidupan berbangsa dan benegara.
Lewat musyawarah dan pertukaran pendapat yang saling komplementer, Munas telah memutuskan hal-hal berikut ini:
Perubahan Nama
Munas Ulama, Tokoh dan Aktivis 212 ke I telah memutuskan bahwa nama Presidium Alumni 212 telah diganti menjadi Persaudaraan ALumni 212 dengan pertimbangan agar lebih egaliter, terbuka dan demokratis.
Masalah Internal
Untuk membangun kekuatan umat, seluruh wanti-wanti al-Qur’an harus kita jadikan pegangan agar kaum muslimin dan kaum mukminin selalu berada dalam satu barisan; senantiasa bersifat asuh-asah-asih pada sesama mukmin dan keras serta tegas terhadap orang-orang kafir; selalu ber amar ma’ruf dan nahi munkar; menegakkan keadilan dan berbuat kebajikan; memberantas fahsya’, kemunkaran dan kezaliman; tidak boleh
takut pada apa dan siapa pun, namun harus takut pada Allah; membangun kekuatan dalam semua bidang kehidupan, termasuk kekuatan yang di perlukan jika harus jihad fi sabilillah dalam arti menyabung nyawa; menjadikan seluruh masjid sebagai pusat-pusat ukhuwah Islamiyah dan arena pembangunan jiwa tauhid; dst. dst.
Ada tiga hal penting dan mendesak di tahun-tahun politik sekarang ini. Pertama, jangan pernah kita menjual atau menggadaikan agama dengan apa pun yang bersifat keduniaan. Kaum beriman harus yakin bahwa seluruh dunia, bumi dan isinya adalah tsamanan qalilan, harga yang teramat murah. Dunia, dibandingkan dengan akhirat hanyalah seperti satu sayap nyamuk. Terutama para pemimpin, ulama, habaib, zu’ama dan tokoh-tokoh muda jangan sampai tergelincir oleh satu sayap nyamuk.
Kedua, pada saat-saat kritis seperti sekarang ini, di mana kita saksikan kebanyakan negeri muslim sudah roboh satu per satu, seyogyanya umat Islam Indonesia segera sadar diri, jangan terbuai terlalu lama dengan tabuhan gendang dan irama tarian kaum Islamophobia, yang sesat dan menyesatkan ke jalan kesesatan.
Ketiga, segera berhenti bertikai ke dalam. Ulama dan tokoh-tokoh Islam di berbagai bidang kehidupan harus duduk bersama, saling menyadarkan bahwa keadaan yang dihadap sekarang oleh umat Islam mengarah pada proses pelemahan Islam yang sangat cepat. Karena itu tidak boleh biarkan. Ibaratnya, umat Islam Indonesia sedang berlomba dengan waktu.
Masalah Eksternal
Kita menyaksikan bahwa kekuatan Islamophobia di Indonesia mulai berani menampakkan dirinya karena merasa sudah diatas angin. Seluruh kaum kafirin, musyrikin, munafiqin, fasiqin, dan dhalimin saling memperkuat diri bergandegan dengan kekuatan Islamophobia internasional sedang berusaha mengunci kekuatan Islam dengan segala jalan.
Tahun lalu ada oknum pemimpin penting di Indonesia yang mengajak rakyat untuk memisahkan agama dari politik. Setelah ucapannya mendapat reaksi yang sangat luas, si oknum pemimpin berusaha meralat dengan berbagai cara. Akan tetapi al-Qur’an sudah memperingatkan bahwa kadangkala ucapan kebencian terhadap Islam itu muncul dari mulut mereka, akan tetapi kebencian yang membara di dalam dada mereka sesungguhnya lebih besar lagi.
Terasa kuat rezim yang sedang berkuasa ini memberi angin buat kebangkitan komunisme dan PKI. Rakyat diberi propaganda menyesatkan seolah-olah komunisme sudah tidak ada lagi, sehingga tidak perlu diperbicangkan lagi. Padahal 3 negara Asia yang sangat kuat, yaitu Republik Rakyat Cina, Vietnam dan Korea Utara dikendalikan sepenuhnya oleh Partai Komunis di-masing-masing negara.
Oleh karena itu kami meminta perhatian serius dari rezim yang berkuasa saat ini agar tidak memberikan kesempatan luas bagi kebangkitan PKI. Demikan juga hendaknya rezim jangan mempelopori sekularisme dengan mengenyahkan nilai-nilai agama dari politik dan pemerintahan.
Dalam pada itu kami mengingatkan program Trisakti dan Nawacita yang 3 tahun lalu dijadikan semboyan andalan dari rezim yang berkuasa saat ini dalam kenyataan tidak tercapai sama sekali. Kami minta tidak lagi membuat janji-janji muluk di sisa pemerintahan.
Kami mengingatkan pimpinan nasional yang segera berakhir di 2019 supaya tidak menambah utang luar negeri lagi yang sudah mendekati lampu merah. Bila Indonesia makin dalam masuk ke perangkap utang luar negeri, ekonomi nasional yang sudah sangat rapuh bisa segera hancur, sehingga dikhawatirkan tambahan utang najis (odious debt) yang makin menggunung tidak bisa tidak akan menjadikan Indonesia negara yang sepenuhnya tergantung pada negara kreditor.
Dalam pada itu kami mengingatkan bahwa sejak sekarang harus sudah di mulai usaha-usaha untuk merintis pembangunan ekonomi umat Islam. Harus segera dirintis pembangunan toko ritel, gerai, warung dan berbagai unit outlet yang dimiliki oleh umat Islam agar supaya umat Islam dibiasakan untuk membeli berbagai kebutuhan ekonomi primer serta alat-alat pendidikan ke toko atau mart yang dimiliki oleh orang-orang Islam sendiri.
Nampak banyak kalangan umat Islam yang tidak atau belum menyadari bahwa keuntungan besar yang diperoleh dari bisnis para penista agama sesungguhnya berasal dari umat Islam. Keuntungan itu pada gilirannya diperuntukkan untuk upaya de-Islamisasi dan untuk membeayai berbagai langkah mereka yang dihinggapi penyakit Islamophobia.
Imam Besar HRS
Musyawarah Nasional PA Alumni 212 ke I mengharapkan supaya Imam Besar bisa segera dapat pulang ke tanah air, karena keberadaannya di Indonesia dibutuhkan untuk memperkuat dakwah dan syi’ar Islam pada umumnya:
Meminta pada rezim penguasa supaya bersikap adil terhadap para ulama Islam. Para penganjur kekerasan, bahkan pembunuhan terhadap umat Islam, seperti dilakukan oleh Victor Lascodat dibiarkan berkeliaran, sementara para tokoh-tokoh seperti Buni Yani, Ustadz Tanjung (ahli tentang PKI, dll) diperlakukan sangat berbeda.
Kami mohon pada rezim yang sedang berkuasa sekarang agar segera memfasilitasi kepulangan Imam Besar HRS dan menghentikan kriminalisasi terhadapnya.
Akhirnya Musyawarah Nasional PA 212 ke I berketetapan bilaman kami mengadakan kegiatan yang bersifat nasional, pimipinan nasional, para menteri terkait, kepolisian dan berbagai instansi negara penting lainnya akan kami undang untuk dapat menghadiri, dan tidak mengirimkan wakil.
Kami akan tampil secara terbuka, tanpa rasa takut apa pun, untuk mendiskusikan masalah-masalah kebangsaan dengan pimpinan nasional langsung beserta seluruh jajarannya, sehingga bila kami nanti mengundangnpara tokoh penting itu, seyogyanya dapat hadir secara elegan dan tidak mengirimkan wakil.
Supaya tidak ada lagi kebohongan dan misteri destruktif antara rakyat dan penguasa, agar dapat ditemukan solusi bersama.
Cisarua, Sabtu 27 Januari 2018
Pengurus Pusat
Persaudaraan Alumni 212
Ketua Umum Sekretaris Umum
Ust. Slamet Ma’arif, SA.g.MM Ust. Drs. Bernard Abdul Jabbar, MPd
Mengetahui ;
Ketua Dewan Penasehat
Prof. Dr. H. M. Amien Rais, MA
KOALISI 212 yang permanen secara Nasional di semua daerah sebagaimana Harapan Ulama dan Umat Islam gagal dibentuk karena kendala.
Namun yang demikian itu tidak mengurangi semangat juang para Mujahid & Mujahidah 212 untuk tetap pada prinsip pemenangan ummat Islam secara Politik, peta politik yang ada saat ini di berbagai daerah secara garis besar sebagai berikut:
1. Koalisi 212 utuh tanpa di tunggangi Partai Pendukung Penista Agama seperti di Jawa Barat, Kalimantan Timur dan Maluku Utara
2. Koalisi 212 utuh tapi di tumpangi Partai Pendukung Penista Agama seperti di Jawa Tengah Sumatra Utara dan Sulawesi Tengah.
3. Koalisi 212 terbelah sehingga sebagian koalisi 212 tanpa Partai Pendukung Penista Agama dan Koalisi 212 sebagian lagi di tumpangi oleh partai Pendukung Penista Agama seperti di Sumatra Selatan dan Maluku Utara,
4. Koalisi 212 terpecah sehingga masing – masing koalisi dengan Partai Pendukung Penista Agama seperti Riau, Lampung, Jatim, NTB, Sulawesi Selatan & Maluku.
5. Koalisi 212 tidak berarti karena focus di Cagub – Cawagub Muslim melawan Cagub – Cawagub Muslim seprti di Kalimantan Barat
6. Koalisi 212 tidak berarti karena semua calon Non Muslim sehingga focus kepada Akhoffudh Dhororain (Mudharat yang lebih ringan) seperti di Papua dan NTT.
7. Pilkada di tingkat Kota dan Kabupaten juga mengalami situasi seperti di atas, sehingga penyikapannya tidak akan mengikuti kaidah yang sama.
Pembina Pengurus Pusat
Persaudaraan Alumni 212
DR. MUHAMMAD RIZIEQ SIHAB, Lc.,MA.DPMMS
Sumber : SI Online