OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 06 Januari 2018

Kalian Orang Indonesia, Punya Banyak Keutamaan

Kalian Orang Indonesia, Punya Banyak Keutamaan

10Berita, JUM’AT siang, (22/12/2017) saya meninggalkan asrama menuju rumah teman di Distrik Asyir. Berkunjung kesana membutuhkan 5 menit jalan kaki, dan 10 menit naik angkutan umum.

Iya, naik angkutan berupa mobil yang berisikan 11 penumpang merupakan hal yang biasa. Meskipun begitu, mobil yang satu ini dikenal cepat dari angkutan lainnya, seperti: bis, mini bus.

Sang sopir biasanya juga suka memutarkan radio. Ia menyetel Radio Al-Qur’an Kairo hingga menggema kesudut-sudut mobil. Kadang juga sopir lain memutar lagu khas Mesir. Ya begitulah…

Tapi siang itu, tak ada lantunan Al-Qur’an maupun lagu yang terdengar dari Radio depan. Sopir tampak serius dengan kemudi sembari menaik-turunkan penumpang. Sampai akhirnya sayalah yang sendiri di mobil berwarna putih itu.

“Saya turun di belokan ya rois“, “ok siap”, jawabnya.

“Kamu orang Indonesia?” tanyanya sambil melihatku dari kaca depan. “iya saya orang Indonesia”, jawabku sambil turun membuka pintu.

Lalu ia menolehkan wajahnya kepadaku dan berucap, “Kalian adalah sebaik-baik manusia”. Terkejutlah saya, sambil mengerutkan dahi.

“Tidaklah kami melihat kalian, kecuali kebaikan. Kita semua dalam banyak musibah, termasuk pemuda-pemuda Mesir,” katanya dengan kesedihan di wajahnya.

“Sesungguhnya akhlak, perilaku baik, serta datangnya kemenangan tidak akan muncul kecuali pemuda-pemudanya menggenggam selalu Al-Qur’an di dadanya,” jelasnya yang membuatku seakan-akan dinasehati oleh seorang alim.

“Siap pak!, In syaa Allah kami laksanakan nasehatnya,” jawabku sembari pamit dan menjabat tangannya.

Hingga tiba di kediaman teman, saya masih ingat kata-katanya, apalagi kata terakhirnya.

“Ingatlah itu, kalau tidak minimal ingatlah Ahmad Ibrahim, nama saya,” ujarya kala itu. 

Menghormati Pencari Ilmu

Rata-rata warga Mesir menghormati para pencari ilmu yang datang ke negerinya. Biasanya di jalan maupun di kendaraan umum kami, para mahasiswa asal Indonesia ditanya tentang daerah asalnya, dan apa yang dipelajari di Mesir.

Mereka juga selalu bilang, “Belajar di Al-Azhar ya?” Tak ayal di akhir perbincangan warga Mesir suka menyebut para penuntut ilmu sebagai ‘ahsannun nass’(orang paling baik), ‘rajulun thayyib’(orang baik), ataupun meletakkan kedua tangan di ubun-ubun kepalanya, sebagai isyarat bahwa ia memuliakannya.

Kebaikan warga Mesir juga dirasakan orang para pencari ilmu ketika menyewa rumah. Biasanya pemilik rumah ketika memiliki rizki lebih suka memberikan bahan pokok, seperti gula di setiap bulannya.

Kadang juga menghadiahkan kitab-kitab islami atau kamus. Tapi itu juga tergantung kebaikan pemiliknya.

Kebaikan ini juga terlihat banyaknya lembaga pemberi beasiswa baik resmi maupun tidak resmi. Yang resmi, seperti: Bu’uts Al-Azhar, Rumah Zakat Kuwait, Bab Ath-Thin Kuwait, Dar Nadwah Arab Saudi, dan Safarah Hidayah. Mereka ini ada yang menyediakan asrama , ataupun hanya memberikan tunjangan tambahan untuk para pencaci ilmu.

Seperti inilah kesibukan mahasiswa Indonesia di Masjid al Azhar menjelang ujian [ISTIMEWA]

Yang non-resmi biasanya datang dari orang berizki lebih. Seperti Abu Ainain, ia memberikan tambahan uang kepada 50 mahasiswa setiap bulannya. Ada juga seorang pilot dengan gajinya ia menyediakan dan membiayai asrama mahasiswa pencari ilmu.

Perusahaan pakaian, maupun Super Market juga berlomba-lomba menunjukkan hormatnya kepada para penuntut ilmu. Seperti Mahghoub, perusahaan pakaian yang setiap bulannya menyumbangkan

8.000-10.000 Pound Mesir ke Safarah Hidayah, lembaga wafidin Al-Azhar.

Perusahaan yang menuliskan kalimat “bismillah, maa syaa Allah” di pintu depan kantornya ini juga sering membagikan uang ketika bulan Ramadhan.

Baca: Kekurangtegasan KBRI Jadi Momok Keamanan Mahasiswa Indonesia


Perusahaan berbentuk market, seperti Aulad Rajab juga tidak ingin mengalah. Ia membagikan ayam beku, dan 5 kg beras kepada setiap mahasiswa Indonesia selama 2 bulan dalam setahun.

Kalau bisa membahasakan tentang mereka, bahwa “kebaikan warga Mesir lebih terasa ketika rizki mereka lebih”. Kenapa? Karena biasanya yang lebih itulah yang sering dirasakan manfaatnya.

Secara umum, warga Mesir memiliki perhatian sesama lainnya, baik keluarga, teman, tetangga.

Setiap lewat di jalan, bertemu di masjid maupun di pasar suka bersalam sapa. Bahkan sering dari mereka para lelaki bercipika-cipiki dengan teman kesayangannya, dengan suara khas keluar mulutnya.

Lain lain dengan para ibu. Mereka memiliki kebiasaan banyak berbincang-bincang dengan tetangga.

“Apalagi kalau sudah telpon teman-temannya, 30 menitlah minimal selesai”, kata Abdul Gamal, seorang kawan asal Mesir.

Salah satu kesukaan warga Mesir di daerah adalah kebiasaan mereka memakai jubah khas serta “imamah“(penutup kepala). Mereka memakai baju ini dalam kesehariannya. Di masjid, di rumah, di kebun, di pasar, bahkan di tempat kerja. Bagi mereka, itu menunjukkan suatu harga diri. Jika terlepas salah satunya merupakan aib bagi dirinya.

“Orang Mesir di daerah, kalau menyambut tamu di rumah nya ia harus memakai jubah khasnya itu. Kalaupun sebenarnya cuma tinggal buka pintu, tapi kalau ia tidak memakainya, maka hilanglah izzahnya di masyarakat, “ demikian  dikisahkan Abdul Ghani, guru bahasa Arab kami.*/Zulfi, Mesir

Sumber :Hidayatullah.com