OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 03 Januari 2018

Memanas di 2017, Turki berharap hubungan dengan Jerman membaik di 2018

Memanas di 2017, Turki berharap hubungan dengan Jerman membaik di 2018

10Berita, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu berharap hubungan negaranya dengan Jerman akan membaik pada 2018. Dalam wawancara dengan kantor berita DPA, Cavusoglu mengatakan: “Tiga kuartal pertama pada 2017 tidak begitu baik, namun kami mencatat kemajuan sejak itu.”

“Saya pikir kedua pihak siap memperbaiki hubungan. Jadi saya berharap 2018 akan menjadi tahun yang lebih baik.” Dia mengatakan tidak ada masalah dari pihak Turki.

“Dari sisi kami, kami tidak melihat adanya krisis. Turki tidak memiliki masalah dengan Jerman. Tapi Jerman memiliki masalah dengan Turki dan tidak segan menyerang Turki” ujar dia.

Dia mengatakan cara Jerman mencemooh Turki dan Erdogan sangat berbahaya dan tidak membantu. “Sepertinya presiden tidak terlalu memerdulikan itu. Tapi itu ada dampaknya bagi hubungan bilateral, karena memicu kebencian di kedua belah pihak,” terang Cavusoglu.

“Saya masih menunggu jawaban untuk pertanyaan saya: Mengapa Jerman memiliki masalah dengan Turki,” tanyanya. “Saya masih belum mendapatkan jawabannya.”

Mengenai travel warning terhadap Jerman, Cavusoglu mengatakan: “Anda tidak bisa menghukum Turki melalui larangan wisata. Saya harus melakukan hal yang sama.

“Jerman harus mengerti ini: Bila mereka mengambil satu langkah maju, Turki akan mengambil dua langkah maju kepada Jerman. Bukan karena kami takut. Ini bukan kelemahan, melainkan tulus dari hati.”

Berhenti mendukung FETO dan PKK

“Namun bila Jerman mengancam Turki, kami juga akan membalasnya,” kata Cavusoglu. Maret lalu, pejabat-pejabat Turki dilarang tampil di hadapan publik di dua kota Jerman sebelum referendum 16 April di Turki.

Setelah itu pada September, Turki memperingatkan warga mereka yang mengunjungi atau tinggal Jerman agar “berhati-hati” terhadap “bahasa rasis” di tengah pemilu federal Jerman.

Cavusoglu menepis tuduhan Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel yang mengatakan Turki menyimpan “tahanan”. “Apa untungnya bagi kami menahan orang-orang ini di penjara? Itu hanyalah kesalahan dalam pemilihan kata-kata di tengah pemilu,” jelasnya.

Dia juga mengutarakan ekspektasi Turki dari Jerman terkait organisasi teroris seperti FETO dan PKK. “Jerman sebaiknya tidak menjadi tempat berlindung pendukung FETO dan PKK,” kata Cavusoglu. “Kita harus saling menghormati. Dan kami harap Jerman melihat Turki sebagai mitra yang setara.”

Demokrasi penting bagi warga Turki

Organisasi Teroris Fetullah (FETO) dan pemimpinnya yang berbasis di AS, Fetullah Gulen, melakukan upaya kudeta yang dikalahkan pada tanggal 15 Juli 2016. Kudeta itu menyebabkan 250 orang tewas dan hampir 2.200 orang terluka.

PKK – yang tercatat sebagai organisasi teroris di Turki, AS dan UE – mulai memberontak melawan Turki pada Juli 2015. Sejak itu, mereka bertanggung jawab atas kematian lebih dari 1.200 personel keamanan dan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.

Mengenai keanggotan Turki di Uni Eropa, Cavusoglu mengatakan: “Bila UE tidak menerima Turki, itu keputusan mereka. Tapi saya melihat banyak negara mendukung keanggotan Turki di UE.”

Dia juga merespon kritikan terhadap demokrasi di Turki. “Demokrasi sangat penting bagi penduduk Turki. Dalam 15 tahun terakhir, kami mencatat kemajuan yang sangat besar. Apakah kami 100 persen sempurna? Tidak.”

“Kudeta yang gagal dan perlawanan kami terhadap FETO merusak reputasi Turki,” katanya.

“Anda tidak bila mengatakan Turki adalah negara diktator karena status darurat kami. Turki mengadakan pemilu yang demokratis dan adil, bahkan lebih baik dari kebanyakan negara-negara Eropa.”

Sumber : Anadolu Agency, Moslemtoday.com