Pemimpin Indonesia 2019 Diharapkan Mampu Akhiri Transisi yang Tak Kunjung Selesai
10Berita, JAKARTA - Walau Indonesia sudah meraih reformasi dengan usia 20 tahun, namun masa transisi di dalam perpolitikan dan atau pemerintahan nampaknya masih saja berjalan. Sehingga Indonesia nampaknya masih saja berjalan di tempat di banyak hal.
“Tapi yang saya sayangkan, pemimpin setelah itu memperpanjang transisi kita. Itu yang terjadi sampai sekarang. Sehingga ada perasaan yang tidak selesai. Maka tugas pemimpin yang akan datang, siapapun dia, baik di tingkat Gubernur, Bupati, dan utamanya pada April 2019 kita harus memilih orang, pemipin, Presiden yang akan mengakhiri transisi di Indonesia,” himbau Fahri Hamzah, Kamis (11/01/2018), di Jakarta.
Ia mengharapkan pemimpin ke depan seperti pemimpin-pemimpin sebelumnya, yakni Sukarno, Soeharto, dan juga Habibie. Mereka menurut Fahri adalah peletak dasar jika dirunut demokrasi di Indonesia. “Dia memimpin kita untuk memiliki arah. Memiliki catatan-catatan konstitusi dan sebagainya. Itu jasa Bung Karno. Pak Harto, jasanya adalah memperkuat dindingnya. Memperkuat konstitusinya. Ada banyak pemimpin yang otoriter di dunia tapi tidak meninggalkan satupun institusi. Pak Harto boleh kita tuduh otoriter, tetapi dia membangun hampir semua lembaga inti negara.
Pak Habibie menurut saya jasanya adalah dia berusaha memperpendek transisi dengan mempersiapkan amandemen konstitusi. Lahirkan ratusan regulasi transisi untuk menghendaki keinginan masyarakat supaya lahir kontistusi atau negara yang demokratis,” ia menjelaskan.
Oleh karena itu ia sekali berharap agar ke depan pemimpin bangsa dan negara Indonesia mampu berbuat lebih, tidak hanya transisi. “Jangan diperpanjang lagi. Karena kita menjadi negara yang nampak tidak selesai. Kulturnya kita perbaiki. Lubangnya kita tutup. Termasuk di dalamnya tata cara dalam memilih pemimpin,” tutupnya. (Robi/)
Sumber :voa-islam.com