Peneliti INDEF Ungkap Mengapa Ekonomi Indonesia Tak Bisa Lari
JP
Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara.
10Berita – Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, menanggapi keluh kesah Presiden Joko Widodo soal ekonomi Indonesia yang tidak mampu berlari kencang.
Jokowi merasa pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor tidak berdampak secara sistemik pada perbaikan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh.
Sebenarnya, kata Bhima, semua prasyarat untuk menjadi raksasa ekonomi sudah terpenuhi. Ia mengungkapkan, daya saing global Indonesia dalam tiga tahun terakhir terus membaik. Bahkan lompat dari posisi 41 ke 36 di tahun 2017. Begitu juga dengan peringkat Kemudahan Berbisnis yang saat ini berada di angka 72.
“Dengan asupan gizi yang cukup banyak, kelihatannya problem dari ekonomi saat ini adalah kurang latihan olahraga atau terlalu lama bermalas-malasan,” ujarnya kepada hidayatullah.com Jakarta, Jumat (19/01/2018).
Salah satu latihan kebugaran yang luput dari pengamatan Pemerintah menurutnya adalah mendorong industrialisasi.
Buktinya, kata dia, sektor industri manufaktur makin tertinggal dengan pertumbuhan di bawah pertumbuhan ekonomi. Sepanjang 2017 kemarin, sektor industri manufaktur sulit menyentuh angka 5%.
“Jelas kondisi ini gawat. 13% penyerapan tenaga kerja secara nasional ada di sektor industri manufaktur, belum lagi 31% penerimaan pajak juga disumbang oleh sektor industri. Jika industrinya kurang latihan dan loyo, maka perekonomian jelas tidak mampu berlari,” ungkapnya.
Investor, kata dia, lebih suka memasukkan uangnya di sektor keuangan dibandingkan berinvestasi ke sektor industri.
“Lihat misalnya IHSG menembus rekor baru 6.300 di akhir tahun. Surat utang yang dikuasai asing porsinya mencapai 40,9% juga merupakan rekor tertinggi sepanjang Republik berdiri. Uang deposito dan simpanan di perbankan kini terus naik, indikatornya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga perbankan diatas 11% per Oktober 2017. Bank pun pusing karena kebanjiran uang deposito, sementara kredit hanya tumbuh 8%,” bebernya.
Sebelumnya, Jokowi mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia ibarat tubuh manusia yang sehat. “Orang itu tidak ada kolesterol, jantungnya baik, livernya baik, ginjalnya baik, asam urat enggak ada. Ya dikit-dikit pernah masuk angin. Tapi kenapa kita tidak bisa lari cepat?” ujarnya di Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2018 di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (18/01/2018) kutip Tempo.* Andi
Rep: Admin Hidcom
Editor: Muhammad Abdus Syakur
Sumber : Hidayatullah.com