OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 06 Januari 2018

Ratu Ini Pemimpin Pasai Secara Bijak, Siapa Dia?

Ratu Ini Pemimpin Pasai Secara Bijak, Siapa Dia?

10Berita , Aceh tak kekurangan pejuang-pejuang perempuan. Sedikitnya, terdapat sepuluh tokoh perempuan Aceh yang dikenal luas di Indonesia, bahkan beberapa sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Ratu Nahrasiyah adalah salah satu perempuan Aceh yang juga banyak berkontribusi di Aceh. Namanya harum bersanding dengan tokoh perempuan Aceh lainnya, seperti Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Sultanah Safiatuddin Syah, Ratu Inayat Zakiatuddin Syah, dan Nurul Alam Naqiatuddin Syah.

Kendati demikian, namanya seolah tak terdengar karena tertutup oleh dua raja terkenal Kerajaan Samudra Pasai, yakni Raja Malikussaleh dan Malikudzahir. Padahal, Ratu Nahrasiyah lebih dari 20 tahun berkuasa.

Nahrasiyah merupakan seorang ratu dari Kerajaan Samudra Pasai yang berkuasa dari 1405-1428 M. Ia anak dari Sultan Zainal Abidin Malikudzahir. Namun, ada versi lain tentang Nahrasiyah yang menyebutkan bahwa ia adalah janda dari Sultan Zainal Abidin.

Prof T Ibrahim Alfian pernah menulis bahwa Nahrasiyah dikenal sebagai sosok yang bijak dan arif. Selama berada di tampuk kepemimpinan, ia memerintah dengan sifat keibuan dan penuh kasih sayang. Saat itu, harkat dan martabat perempuan begitu mulia.

Waku itu banyak perempuan yang menjadi penyiar agama. Ibrahim mengatakan terkait sosok Nahrasiyah, jejak sejarahnya bisa dilihat dari nisannya. Keterangan tentangnya juga terdapat pada sejarah Cina, yakni kronik Ying-yai sheng-lan.

Buku tersebut berisi laporan umum mengenai pantai-pantai Sumatra waktu itu serta menyebutkan raja-raja yang berkuasa. Ma Huan seorang pelawat Cina Muslim dalam pengantar kronik Cina tersebut disebutkan bahwa dia dikirim bersama Laksamana Cheng Ho ke berbagai negeri karena mampu menerjemahkan buku-buku asing.

Pada 1415 Cheng Ho dan armadanya mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai. Dalam kronik dinasti Ming (1368-1643) buku 32 diceritakan, Sekandar (Iskandar) keponakan suami kedua Ratu bersama ribuan pengikutnya menyerang dan merampok Cheng Ho. Tapi, serdadu-serdadu Cina berhasil mengalahkan penyerang tersebut hingga kemudian Sekandar ditangkap dan dibawa sebagai tawanan Istana Maharaja Cina. Di sana, Sekandar dijatuhi hukuman mati.

Menurut Ibrahim, Ratu yang dimaksud dalam cerita Cina tersebut adalah Ratu Nahrasiyah, putri Sultan Zainal Abidin atau dalam literatur Cina sebagai Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki. Orientalis Belanda C Snouck Hurgronje terkagum-kagum menyaksikan sebuah makam yang indah di situs purbakala Kerajaan Samudra Pasai di Aceh Utara.

Makam yang terbuat dari pualam tersebut disebut-sebut sebagai makam terindah di Asia Tenggara. Ayat-ayat Alquran menghiasai makam dari Ratu Nahrasiyah. Keistimewaan makam tersebut dinilai sebagai bukti kebesaran dari sosok Ratu Nahrasiyah.

Minimnya data sejarah tentang Ratu Nahrasiyah membuat biografi dirinya susah ditemukan secara detil. Karena itu, sedikit sekali literatur-literatur yang bisa menjadi bahan bacaan. Namanya bahkan tak tertera dalam mata uang emas pada zaman Kerajaan Samudra Pasai.

Padahal, waktu itu, nama sultan di mata uang emas merupakan kebiasaan untuk mengabadikan. Saat itu, mata uang tersebut disebut dirham. Ibrahim berpendapat tidak tercantumnya nama Ratu Nahrasiyah di dalam mata uang emas tersebut karena ia menikah dengan suami keduanya, yakni Salahuddin setelah suami pertamanya wafat.

Nama Salahuddin yang tertera dalam mata uang tersebut dengan gelar Sulthan al Adillah. Namanya diterakan di mata uang emas bagian belakang. Namun, dari makamnya yang indah dan megah, Ibrahim dan beberapa sejawarawan lainnya mengatakan bawha Ratu Nahrasiyah adalah sosok besar.

Ukiran-ukiran bahasa Arab di makamnya jika diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu, Ibrahim katakan, bermakna, “Inilah kubur wanita yang bercahaya yang suci Ratu yang terhormat almarhumah yang diampunkan dosanya Nahrasiyah ... putri Sultanah Zainal Abidin putra Sulthan Ahmad putra Sulthan Muhammad Putra Sulthan Al Malikul Salih. Kepada mereka itu dicurahkan rahmat dan diampuni dosanya meninggal dunia dengan rahmat Allah pada Senin, 17 Dzulhijah 832.  ed: a syalaby ichsan

Sumber : Republika.co.id