OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 19 Februari 2018

Jamil Azzaini: Politik dan Sepakbola

Jamil Azzaini: Politik dan Sepakbola

10Berita Kemarin, Minggu (18/2), video Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dihadang Paspampres dan tidak diajak mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat penyerahan Piala Presiden untuk Persija, viral di media sosial. Sedangkan menurut Maruarar Sirait yang merupakan Ketua Panitia (SC) Piala Presiden menegaskan bahwa hal tersebut dikarenakan memang tidak semua pejabat negara harus ikut saat penyerahan piala oleh Presiden Jokowi.

Padahal berdasarkan Pasal 13 UU Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan, jelas Anies berhak maju ke podium karena Anies merupakan tuan rumah dan gubernur dari kesebelasan yang menang di Piala Presiden.

Tentu saja perlakuan yang didapatkan Anies saat dihadang membuat masyarakat marah dan kecewa. Salah satu bentuk kekecewaan masyarakat dituangkan dalam sebuah tulisan.

Berikut adalah salah satu tulisan yang mengungkapkan kekecewaan atas perlakukan yang didapatkan Anies dan sebagai bentuk support untuk Anies:

Politik dan Sepakbola

Saya adalah penggemar sepakbola, setiap ada final sepakbola saya berusaha menonton di televisi, begitu juga tadi malam (Sabtu malam). Meski “jagoan” saya Persib sudah tersisih dan tidak masuk final, tadi malam saya tetap menonton pertandingan final Piala Presiden antara Persija dan Bali United.

Stadion baru Gelora Bung Karno, gemuruh 72 ribu lebih penonton, kehadiran beberapa pejabat tinggi, menteri dan gubernur DKI Jakarta membuat aura pertandingan begitu bergairah.  Saat pembawa acara mempersilakan Panitia memberikan sambutan dan yang muncul adalah Maruarar Sirait (Ara) saya sudah membatin “wuih ketua panitianya Bang Ara, politisi PDIP, semoga kejuaraan ini murni olah raga tidak ada nuansa politis. Kalau murni olah raga pasti Bang Ara menyebut Gubernur DKI Jakarta, tetapi bila ada muatan politisnya pasti nama Gubernur DKI tidak disebut saat ia memberikan sambutan”

Dan ternyata, jeder…nama gubernur DKI Jakarta tidak disebutkan dalam sambutan Bang Ara. Saya berpikir positif “mungkin dia lupa, atau untuk menjaga netralitas karena kesebelasan sang Gubernur DKI sedang hendak bertanding di babak final”. Apalagi selama pertandingan, saat pemain Persija mencetak gol, Presiden Jokowi terlihat menyalami Gubernur DKI. Saya semakin yakin bahwa pikiran positif saya benar. Saya pun menikmati pertandingan final tadi malam.

Namun, saat Paspampres menghalangi Gubernur DKI untuk ikut turun podium memberikan selamat kepada sang juara, pikiran positif saya buyar. Mengapa? Ada beberapa alasan, Pertama, dalam UU 9 tahun 2010 setahu saya Gubernur wajib mendampingi Presiden di acara di wilayahnya. Bukankah Gelora Bung Karno itu di wilayah DKI Jakarta?

Kedua, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, memang bukan pemilik Persija tetapi para pendukung Macan Kemayoran sebagian besar adalah warga Jakarta, nama klub juga mencantumkan kata Jakarta. Bahkan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno konon sudah menganggarkan 18 milyar untuk menyiapkan markas Persija. Boleh dong sebagai gubernur ia memberi selamat kepada klub yang identik dengan Jakarta ini.

Saat melihat video Paspampres menghadang Gubernur DKI, Anies Baswedan, pikiran saya berkecamuk antara sedih dan bangga. Sedih karena sepakbola sepertinya sudah dimasuki virus politik. Bangga karena sang gubernur tetap tenang, tidak emosi dan tetap menghormati keputusan sang Paspampres. Beliau pun tidak mengomentari negatif tentang kejadian itu.

Salut pak Anies Baswedan, apalagi prediksi Anda bahwa Persija menang dengan selisih tiga gol yang Anda sampaikan dua hari sebelumnya, ternyata terbukti akurat. Semoga derajat Anda terus meningkat, manfaat Anda semakin berlipat dan bisa terus menjadi teladan bagi banyak masyarakat. Teruslah menjadi pemimpin yang benar-benar memimpin.

Jamil Azzaini
Pendukung: Garuda, Persib, MU dan Barca

Sumber : Ngelmu.co