OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 14 Februari 2018

Keanehan dibalik Tragedi Gereja St. Lidwina Yogya

Keanehan dibalik Tragedi Gereja St. Lidwina Yogya


10Berita, Penyerangan terhadap pemuka agama Islam mulai merembet ke pemuka agama lain. Pastor diserang oleh seseorang bernama Suliono di Gereja St Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta, Minggu (11/2) pada pukul 07.30 WIB, penyerangan oleh sesorang di Gereja, nampaknya menimbulkan beragam kontroversi.

Berikut hasil penelusuran redaksi mediaoposisi.com

1. Sulitnya Wawancara
Senin (12/2) , jajaran kepolisian yang ada di area Gereja St Lidwina enggan untuk diwawancarai oleh Mediaoposisi dan jurnalis lain. Aparat tersebut justru mengarahkan Mediaoposisi untuk bertemu dengan Kapolda DIY yang tidak berada di dalam lokasi. Hal yang sama juga dirasakan oleh jurnalis lain yang ditolak untuk melakukan wawancara, ada apa ?. .

2. Framing Negatif Umat Islam
Framing negative yang dilakukan oleh berbagai kalangan, dikutip dari detik.com Menko Polhukam Wiranto menuduh Suliono (23), penyerang Gereja St Lidwina Sleman, adalah teroris. Polisi tengah menyelidiki apakah pelaku memiliki jaringan atau sebaliknya.

“Dari laporan aparat kepolisian, kalau di Sleman hasil penyelidikan itu iya. Itu teroris. Jaringan teroris, hanya sekarang lone wolf atau dalam jaringan. Lalu, ada suatu pendalaman. Itu murni teror. Itu bisa lone wolf atau jaringan,” kata Wiranto kepada wartawan di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (12/2).

Framing negative lainnya turut berlanjut dengan mengkaitkan kedekatan pelaku penyerangan dengan Islam. Penyebutan tempat ibadah umat Islam turut dilampirkan guna mensukseskan framing negative.

Dikutip dari detik.com, “Pelaku sempat menginap di sejumlah masjid dan musala, ada keterangan saksi dan kamera CCTV salah satu musala yang merekamnya,” kata Kapolda DIY, Brigjen Pol Ahmad Dhofiri, saat memberikan keterangan pers di Mapolda DIY, Jalan Ring Road Utara, Sleman, Senin (12/2).

3. Beda Perlakuan
Tindakan pihak berwenang dalam menanggapi kasus penyerangan terhadap umat Islam dan non Islam mengalami perbedaan pelakuan.

Dikutip dari kiblat.net, Polrestabes Kota Bandung mengklaim bahwa dua peristiwa tindak kriminal penganiayaan ustadz dan penodongan senjata tajam di kota Bandung murni tindak kriminal.Kecaman tentu muncul dari kalangan umat Islam. Dikutip dari voaislam.com,

Panglima Lasykar Forum Aliansi Umat Islam Bersatu (FAU IB) Jateng-DIY, Anang Immamudin menilai penegakan hukum di Indonesia lagi-lagi kontroverisal. Karena perlakuan terhadap penyerang Kyai Umar Basir di Bandung serta Komandan Brigade Presis ustadz Prawoto berbeda perlakuan dengan kasus penyerangan terhadap pastur di Sleman.

Kenapa beda perlakukan ketika ulama juga di serang? Pada penyerangan terhadap ulama oelaku langsung di identifikasi sebagai orang gila. Ini sepertk tidak ada keseriusan untuk terus menelusuri motif motif di balik penyerangan terhadap ulama,” ujarnya Senin (12/2). [MO]

Sumber link : http://www.mediaoposisi.com/2018/02/keanehan-di-balik-kasus-gereja-sleman.html