Kronologi Tanda X dan Tamu Misterius di Ponpes Sulalatul Huda Tasikmalaya
Santri dan warga berjaga di areal Pesantren Sulalatul Huda Paseh, Kota Tasikmalaya
10Berita, TASIKMALAYA – Setelah didatangi tiga tamu aneh dan ditemukannya tanda X warna merah di lingkungan Pondok Pesantren Sulalatul Huda Paseh, Kota Tasikmalaya, warga dan santri kian waspada.
Pasca kejadian itu, kini santri bersama warga bergantian berjaga-jaga di lingkungan pesantren untuk mencegah hal yang tak diinginkan.
Selama tiga hari berturut-turut, ponpes Sulalatul Huda kedatangan tiga orang asing dengan gelagat mencurigakan. Ketika ditanya beberapa pengurus pesantren, tamu tersebut menjawab dengan jawaban melantur.
Jurnalislam.com mencoba menggali lebih dalam kronologis kejadian tersebut dari salah seorang pengurus pondok Sulalatul Huda, Khoirul Azmi (25).
Baca juga: Masih di Bandung, Remaja Masjid Persis Ditodong Pisau
Azmi menuturkan, pada hari Sabtu (3/2/2018) malam pesantren kedatangan orang asing yang mengaku dari Cilacap dan bertanya-tanya seputar Pesantren Sulalatul Huda.
“Yang pertama itu pada hari Sabtu (3/2/2018) malam ada orang asing datang ke pondok nanya-nanya seputar pesantren, ngakunya dari Cilacap mau ke pesantren Suryalaya, tapi kok malah kesini,” kata Azmi kepada Jurnalislam.com, Kamis (8/2/2018).
Pada hari Selasa (6/2/2018) dini hari, tamu lain dengan perilaku aneh kembali mendatangi pesantren Sulalatul Huda. Tamu tersebut mendatangi rumah H. Lutfi yang merupakan salah satu putra almarhum pendiri ponpes Sulalatul Huda KH Didi Abdul Majid. Namun orang ini tidak mau menjawab ketika ditanya nama dan asalnya.
“Seperti orang stress tapi kalau ngobrol mah nyambung, tapi ketika ditanya nama dan asal dari mana dia gak mau jawab,” terang Azmi.
Orang tersebut diantar oleh salah seorang jamaah pengajian H Lutfi, sehingga pihak pesantren pada awalnya tidak menaruh curiga. Akan tetapi saat diajak ngobrol, orang ini menjawab dengan nada ancaman dan disampaikan dengan bahas-bahas istilah.
“Dan dia kalau ngomong itu seperti pake istilah-istilah intel seperti ‘hayam jago’, ‘hayam kampung’, untungnya A Haji Lutfi paham dengan istilah-istilah itu, hayam kampung itu berarti massa. Dia bilang takutnya cuma sama hayam kampung,” papar Azmi.
Keesokan harinya, Rabu (8/2/2018) ponpes Sulalatul Huda kembali didatangi orang asing yang lebih mencurigakan. Azmi mengatakan, orang tersebut tiba-tiba masuk ke halaman rumah pimpinan pesantren Sulalatul Huda KH Aminudin Bustomi sambil berteriak-teriak memanggil nama Kyai Amin.
Baca juga: Al Mumtaz Kutuk Aksi Teror dan Penganiayaan Terhadap Ulama
Namun aksinya dilihat oleh salah seorang santri kemudian dilaporkan kepada pengurus pondok. Orang tersebut akhirnya diamankan di kantor pesantren. Setelah ditelusuri, akhirnya diketahui bahwa orang tersebut mengalami gangguan jiwa.
“Beberapa santri kemudian mencari informasi terkait orang itu lalu diketahui bahwa ini masih orang tasik juga gak jauh dari Paseh. Setelah itu anak dari orang ini datang dan mengaku bahwa memang ayahnya mengalami gangguan jiwa,” ungkap Azmi.
Ditemukan tanda X warna merah di lingkungan pesantren
Tanda X warna merah ini pertama kali ditemukan santri pada Rabu (7/2/2018) malam. Tanda ini ditemukan di empat titik berbeda diantaranya di tembok dekat gerbang masuk pesantren, dua tanda di bangunan pesantren, dan di tembok bawah jendela rumah salah satu pengasuh pondok.
Sayangnya, tidak ada satu pun santri maupun warga yang melihat pelaku pencoretan tanda X merah ini.
“Sekarang sudah dihapus semua, ditimpa dengan cat lagi,” kata Azmi.
Fenomena orang dengan gangguan jiwa yang menyerang para ulama di beberapa daerah di Jawa Barat telah menjadi buar bibir di masyarakat. Seperti diketahui, beberapa ulama dan tokoh aktivis Islam telah menjadi korban penyerangan oleh orang yang disebut mengalami gangguan jiwa ini.
Sumber : Jurnal Islam