OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 06 Februari 2018

Murid Aniaya Guru, Tamparan Keras Bagi Dunia Pendidikan

Murid Aniaya Guru, Tamparan Keras Bagi Dunia Pendidikan

Ia menilai, kasus ini lebih disebabkan karena pendidikan akhlak dan moral yang kurang ditanamkan oleh keluarga.

ist.

[Ilustrasi] Hentikan kekerasan dalam pendidikan.

10Berita -Publik dibuat geleng-geleng kepala dengan kasus tewasnya seorang guru kesenian di Sampang, Madura, akibat penganiayaan oleh muridnya sendiri.

Kasus tersebut menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan, kata Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Jakarta, Hartini Nara, yang mengaku sangat sedih dengan kejadian ini.

Dari generasi ke generasi, tuturnya, hari ini pendidikan membuahkan siswa yang tega menganiaya gurunya karena persoalan remeh-temeh.

“Ada kemunduran yang sangat luar biasa dalam dunia pendidikan dimana guru menjadi tidak punya wibawa dan menjadi tidak dihormati sebagaimana harusnya,” ucapnya prihatin kepada hidayatullah.com, Senin (05/02/2017).

Baca: Kematian Guru Budi, PII Jatim: Pelajar Indonesia Darurat Moral


Ia menilai, kasus ini lebih disebabkan karena pendidikan akhlak dan moral yang kurang ditanamkan oleh keluarga.

Kalau pendidikan di sekolah, ujar Nara, sifatnya membantu. Tapi kalau pendidikan keluarga menjadi dasar tumbuh kembangnya akhlak dan moral seorang anak. Dan karakter ini tidak bisa instan jadi.

“Menanamkan karakter itu butuh waktu bertahun-tahun. Dan itu tidak bisa dimulai ketika anak sudah besar. Justru dari rumah sedini mungkin itu harus sudah ditanamkan,” terangnya.

Ia mencontohkan, “Misal sebelum berangkat sekolah, anak diingatkan kalau guru sedang menjelaskan, tolong didengarkan, atau tidak boleh melawan guru.”

Pesan itu jika disampaikan berulang-ulang, lanjutnya, maka akan masuk ke dalam memori anak. Sehingga anak akan ingat pesan orangtuanya bahwa dia tidak boleh bersikap kasar dan tidak menghormati gurunya.

Baca: Guru Meninggal Dianiaya Murid, Polisi Diminta Usut Tuntas


Di sisi lain, pendidikan akhlak dan moral di sekolah menurutnya kurang mendapat porsi yang sebanding dengan aspek pengetahuan.

Sebenarnya yang lebih penting, kata dia, justru penerapan akhlak murid-murid. Bagaimana guru bisa mengondisikan murid-muridnya untuk menghargai satu sama lain, menghormati orang yang lebih tua, dan menyayangi yang lebih muda.

Penanaman akhlak ini, kata Nara, harus berjalan terus dari TK sampai perguruan tinggi.

“Ini mungkin yang kurang. Artinya ada kegagalan dalam dunia pendidikan untuk menanamkan ini,” pungkasnya.* Andi

Sumber :Hidayatullah.com