OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 15 Februari 2018

Mustofa Nahrawardaya: Kematian Jefri Mirip Sekali dengan Siyono

Mustofa Nahrawardaya: Kematian Jefri Mirip Sekali dengan Siyono


10Berita, Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B Nahrawardaya menyebutkan bahwa kasus kematian Muhammad Jefri merupakan pengulangan dari kasus kematian Siyono. Dugaan intimidasi dan larangan untuk berbicara kepada media diduga juga terjadi kepada istri Jefri dan keluarganya.

Menurut Mustofa, perlakuan serupa terhadap keluarga Siyono dapat kembali menimpa kepada keluarga Jefri. Mulai dari bungkam kepada wartawan, tekanan dari tetangga, tokoh masyarakat setempat menghalangi proses pengusutan hingga adanya permainan uang.

“Jadi sudah mirip sekali dengan kasus Siyono, jadi saya menyimpulkan ini adalah Siyono jilid 2,” ujar pengamat terorisme tersebut.

Muhammad Jefri (32 tahun) dan isterinya Ardilla (18 tahun) ditangkap bersama di Indramayu oleh Densus 88 pada 7 Februari 2018. Selah tiga hari, pada 10 Februari 2018, Muhammad Jefri dipulangkan dalam kondisi tak bernyawa. Padahal yang bersangkutan masih dalam proses menjalani pemeriksaan selama 7×24 jam.

Jenazah Muhammad Jefri dimakamkan di Lampung pada malam hari. Selain itu belum diketahui nasib isterinya saat ini. Pada saat penangkapan, Densus 88 juga dikabarkan tidak berkoordinasi dengan keamanan setempat. Ditambah lagi, belum ada informasi resmi soal peran pelaku dalam aksi terorisme hingga ia meninggal.

Bagi Mustofa, hal terpenting saat ini adalah nasib anak-anak dan keluarga Jefri. Pasalnya, anak-anak korban Densus 88 kerap kali mengalami trauma dan keluarganya mendapatkan stigma buruk dari masyarakat.

“Suatu saat anak-anak ini akan menjadi radikalis baru kalau pemerintah tidak benar dalam menangani anak-anak dari terduga yang mati di tangan Densus. Bisa jadi nanti mereka balas kematian bapaknya,” tutur Mustofa.

Dia juga mengatakan bahwa Pemuda Muhammadiyah telah mengadakan rapat terkait kasus tersebut dan Ketua Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar telah meminta kepada keluarga, agar mengizinkan mayat MJ untuk diutopsi.

“Harus diautopsi itu, biar tau penyebabnya apa? Kemarin kan keluarganya juga gak boleh lihat kondisinya. Ketika dishalatkan juga gak boleh dibuka,” paparnya.

Proses autopsi pun diminta agar ditangani oleh dokter yang independen. Ia meminta agar proses autopsi nantinya dilakukan oleh tim medis Muhammadiyah bukan dilakukan oleh rumah sakit kepolisian.

Sumber : kiblat.net