Teroris Sesungguhnya: Dari Cruz hingga Paddock
10Berita, Nikolas Cruz namanya. Rambutnya pirang. Kulitnya putih. Dan pastinya tak berjenggot dan beragama Islam. Karena itulah, dia tak disebut teroris meski aksinya sangat brutal.
Cruz melakukan penembakan
massal di SMA Majory Stoneman Douglas Florida, AS pada Rabu, 14 Februari lalu. Sebanyak 17 orang tewas dengan senapan semi otomatis AR-15 yang digunakannya.
Cruz dikabarkan merupakan anggota kelompok supremasi kulit putih. Cruz bahkan disebut sempat bergabung dalam latihan militer.
Aksi sadis Cruz hanya berjarak 4 bulan dari ulah serupa yang dilakukan Stephen Paddock yang menewaskan 50 orang dan lebih dari 500 lainnya terluka.
Paddock menembaki massa yang sedang menyaksikan festival musik country Route 91 dari lantai 32 hotel dan kasino Mandalay Bay di Las Vegas, Senin (2/10). Dia sendiri dipastikan tewas di tempat usai dilumpuhkan polisi.
Aksi Cruz dan Paddock mengingatkan kita pada nama Dylan Storm dan Anders Behring Breivik. Keduanya juga bule, berkulit putih dan tentu saja bukan muslim.
Dylan Storm Roof, seperti nama tengahnya yang berarti “badai”, ia beraksi bagai badai dengan menembakkan peluru membabi buta ke Gereja Emanuel AME di Charleston, South Carolina, AS pada 2016 silam. Sembilan orang tewas dalam peristiwa yang disebut sebagai serangan terburuk di tempat ibadah AS selama kurun waktu 24 tahun.
Ada pula Anders Behring Breivik, seorang pria Norwegia yang memuntahkan peluru di Oslo dan Pulau Utoya, Juli 2011. Kebrutalan Breivik menewaskan 77 orang dan menimbulkan kecaman.
Meski keempatnya bule, namun upaya mengaitkan mereka dengan Islam terus dilakukan. Dalam kasus Breivik, sesaat setelah kejadian, semua media Barat dengan cepat menuduh Al-Qaeda sebagai dalangnya. Sabtu, 23 Juli, koran Inggris the Sun pada headlinenya memuat judul: ‘Al Qaeda’ Massacre: 9/11 Norwegia. The Wall Street Journal (WSJ), menghubungkan tragedi itu dengan kartun Nabi Muhammad yang menghebohkan Denmark pada 2005 lalu. Menurut WSJ, pegiat jihad memprotes kartun itu dengan keras dan menjadikan Norwegia sebagai target utama.
Sementara The Washington Post dalam editorialnya menulis, penyerangan itu pasti dilakukan sekelompok pegiat jihad. ”Petinggi kelompok jihad telah menyatakan penyerangan Norwegia adalah timbal balik dari ulah negara itu yang terlibat memerangi Afghanistan,” tulis kolumnis Washington Post, Jennifer Rubin.
Demikian juga dengan Paddock. Media Kompas bahkan mengaitkannya dengan ISIS dan menyebut bahwa pelaku baru masuk Islam. Belakangan, hal itu diralat.
Paddock sendiri hingga kini tak disebut sebagai teroris. Presiden AS Donald Trump bahkan seperti tabu memberi stigma tersebut kepada Paddock. Begitu pula dengan Cruz.
Wajah dunia Barat sedang terpukul. Peradaban mereka sudah berada di titik nadir. Mereka sedang melakukan self distruction.
Label teroris yang selalu mereka lekatkan ke tubuh umat Islam, kini bagai bumerang. Julukan teroris kini lebih layak disandang oleh pria bule, khususnya kepada Cruz, Paddock, Breivik dan Dylan. Keempatnya adalah teroris yang sesungguhnya. They are the real terrorist.
Erwyn Kurniawan
Sumber : Ngelmu.co