Abu Bakar, Zaid bin Tsabit dan Mushaf Pertama Quran
10Berita, DI zaman Nabi, bagaimana Alquran diajarkan kepada para sahabat tentu saja sangat terjaga. Namun ketika ayat-ayat Quran tersebar luas di dunia Islam, seandainya ayat-ayat itu diubah, tidak mungkin umat Islam di belahan dunia lain tidak memperhatikan dan memperbaikinya.
Selama kehidupan Nabi, Malaikat Jibril membacakan seluruh Quran bersamanya setahun sekali, selama bulan Ramadhan. Ketika Quran selesai diturunkan sepenuhnya menjelang akhir kehidupan Nabi SAW, beliau memastikan bahwa para sahabat sudah menghafal keseluruhan Quran dengan sepenuh hati.
Namun, pada masa pemerintahan khalifah pertama, kebutuhan untuk menyusun ayat-ayat Quran menjadi sebuah kita utama mulai muncul. Sebagai antisipasi, para khalifah yang memerintah setelah wafatnya Nabi, khawatir jika jumlah orang yang menghafal Quran akan semakin berkurang, dan umat Islam akan terancam kehilangan Quran selamanya.
Maka dari tiu, khalifah pertama, Abu Bakr, yang memerintah dari tahun 632 sampai 634, membentuk sebuah komite, di bawah kepemimpinan Zaid bin Tsabit, untuk mengumpulkan semua ayat Quran yang tersebar di seluruh komunitas Muslim.
Rencananya adalah mengumpulkan semuanya ke dalam satu kitab yang bisa terus dijaga seandainya orang-orang yang hafal Quran meninggal dunia.
Zaid sangat teliti terhadap orang yang ia minta hafalan Qurannya. Karena tanggung jawab besar akan keaslian Al-Quran, Zaid hanya menerima hafalan Quran yang dituliskan di hadapan Nabi ﷺ dan harus ada dua saksi yang dapat membuktikannya.
Faktanya, ayat-ayat Quran yang dikumpulkannya dipastikan tidak ada perbedaan antara versi tertulis dan lisan.
Ketika tugas Zaid selesai, sebuah kitab lengkap dari semua ayat disusun dan dipresentasikan kepada Abu Bakar, yang kemudian menyimpannya sebagai arsip negara di Madinah. Dapat diasumsikan dengan pasti bahwa Abu Bakr telah mencocokkan semua yang telah diucapkan Nabi karena banyaknya kenang-kenangan Quran yang hadir di Madinah, ditambah dengan potongan tulisan-tulisan yang disebarkan di tempatnya ditulis.
Seandainya ada perbedaan, orang-orang Madinah akan mengangkat masalah ini. Namun, tidak ada catatan adanya penolakan terhadap proyek Abu Bakar atau hasilnya ini. Semoga Allah SWT menempatkan Abu Bakar di tempat yang mulia di surga. []