OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 11 Maret 2018

Ada Bisikan Uni Emirat Arab di Setiap Keputusan Trump

Ada Bisikan Uni Emirat Arab di Setiap Keputusan Trump

Trump dan Bin Zayed. (Aljazeera.net)

10Berita – Doha. Investigasi yang sedang berlangsung di Amerika Serikat (AS), bagaikan bola salju yang kian membesar. Semakin hari, semakin bertambah fakta terungkap tentang pengaruh Uni UEA Arab (UEA) terhadap setiap keputusan Presiden Donald Trump. Demikianlah tulis laman Aljazeera.net pada salah satu editorialnya mengenai investigasi Robert Mueller.

Sejauh ini masih menjadi pertanyaan mengapa UEA sangat ambisius dalam melobi ‘tuan besar’ Gedung Putih itu. Selain juga belum ada jawaban terkait masa depan hubungan antara Washington dan Abu Dhabi.

Laporan demi laporan tentang upaya UEA dalam mempengaruhi pemerintahan Trump silih berganti menghiasi media massa. Di samping itu, investigasi terhadap petenis AS asal Lebanon, George Nader juga masih berlangsung. Disebutkan, Nader diketahui mengajukan dirinya untuk menjadi penasihat Putra Mahkota UEA, Muhammad bin Zayed Al Nahyan.

Laporan-laporan ini mendapat perhatian besar dari kalangan politik dan media di AS. Meskipun para pengamat dan peneliti juga mencoba menghubungkan antara pengaruh UEA terhadap Trump dan intervensi politik yang dilakukan Rusia.

Bisikan UEA disebut-sebut dilakukan dalam berbagai bentuk. Salah satunya berkaitan dengan kasus yang ditangani Mueller, yaitu intervensi politik oleh Rusia. Pada kasus ini, seperti ditulis Washington Post, UEA disebut mengupayakan saluran komunikasi tertutup antara Trump dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Masih menurut Washington Post, investigasi Mueller menyebutkan bahwa Nader menghadiri pertemuan rahasia di Kepulauan Seychelles sebelum pelantikan Trump. Peran Nader adalah mewakili Bin Zayed. Tujuan pertemuan rahasia ini adalah mendirikan saluran tertutup tanpa sepengetahuan pemerintahan Barack Obama kala itu.

Hasil investigasi Mueller juga mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut dilakukan pada Januari 2017. Selain Nader, ada pula Erick Prince pendiri Blackwater sebagai wakil Trump, dan seorang pebisnis Rusia sebagai wakil Putin. Mereka bertiga membicarakan kerjasama AS-Rusia dalam menghadapi kelompok yang mereka sebut ‘Fasisme Islam’.

Selain itu, UEA juga disebut membeli pengaruh politik di Washington dan mempengaruhi setiap keputusan Trump. Dalam hal ini, Mueller mengungkap adanya gelontoran dana dari Abu Dhabi untuk kampanye Trump, seperti laporan New York Times dan CNN.

Dalam kasus lain, UEA juga disebut bermain dalam mempengaruhi sikap AS terhadap Krisis Teluk. Menurut laporan BBC, ada surat elektronik bocor yang mengungkapkan upaya Elliot Brody menekan Trump untuk mencopot Menlu AS, Rex Tillerson. Brody adalah pebisnis AS yang sangat dekat dengan Abu Dhabi.

Sementara Tillerson, dinilai tidak mendukung sikap UEA dalam Krisis Teluk. Saat bertemu dengan Trump pada Oktober 2017 lalu, Brody juga mendesak agar Trump mendukung UEA dan Saudi, disamping mewanti-wanti agar tidak memihak Qatar.

Selain itu, nama menantu sekaligus penasihat Trump, Jared Kushner, juga turut terseret dalam lingkaran kasus. BBC menyebutkan, Brody secara terpisah juga bertemu dengan Kushner, dan mengkritik Qatar.

Nama Kushner juga sering disebut dalam perkara Krisis Teluk. Dalam beberapa laporan disebutkan, dukungan Kushner pada UEA dan Saudi erat kaitannya dengan penolakan Qatar untuk mendanai proyek real estate yang dikelola keluarganya.

Selain itu, Kushner juga dituding memberi pengaruh langsung pada Trump untuk mendukung para pemboikot Qatar. (whc/dakwatuna)

Sumber: Aljazeera