OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 06 Maret 2018

Duka Ghouta, Mengapa Dunia Bungkam?

Duka Ghouta, Mengapa Dunia Bungkam?

10Berita, Suriah kembali berdarah. Tempat yang dijelaskan dalam beberapa hadis yang memiliki kemuliaan dan merupakan tanah yang penting bagi kaum muslimin ini kembali bergejolak. Pembantaian kaum muslimin di Ghouta Timur, wilayah Suriah ini sama seperti gejolak Aleppo dan Arab Spring lainnya yang terjadi sebelumnya. 

Korban bombardir serangan yang digencarkan rezim Bashar al-Assad tersebut telah merenggut nyawa lebih dari 1.000 orang, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan lebih dari 3.000 orang terluka.

Dalam melakukan serangannya, dilaporkan bahwa rezim Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia terlarang, hal ini mengakibatkan ratusan orang mengalami sesak nafas, kejang-kejang hingga kematian. Dengan serangan tersebut, Konvensi Jenewa 1925 yang melarang penggunaan senjata kimia dan biologis dan Konvensi Senjata Kimia 1993 jelas-jelas telah dilanggar. Serangan-serangan ini pun tanpa membedakan target militer dan sipil jelas telah melanggar hukum kemanusiaan paling dasar. 

Banyak dari kalangan anak-anak yang menjadi korban. Seperti Husen bayi 9 bulan harus merenggut nyawa dengan kaki dan tangan terpisah dari tubuhnya. Ditambah keterbatasan makanan dan minuman membuat mereka kelaparan. Jeritan dan tangisan anak-anak menjadi pemandangan sehari-hari. Perempuan-perempuan di Suriah dieksploitasi secara seksual, dianiaya dan dibunuh. Warga sipil lainnya yang tak berdosa pun menjadi korban kebiadaban rezim Bashar al-Assad.

Peristiwa ini menjadi sebuah peringatan yang berulang bagi umat Islam saat ini, bahwa ada kewajiban yang dilalaikan terhadap hak-hak saudara muslim yang  seiman dan seaqidah. Sebagimana dalam surat Al-Anfal ayat 72, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَإِنِ اسْتَنصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ ...

“Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian (dalam urusan agama), maka wajib bagi kalian menolong…”

Baginda Rasulullah Shallallahu ' alaihi wa sallam bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]

Sikap tolong menolong dan memberi bantuan adalah bentuk keta’atan muslim pada Allah dan rasul-Nya. Rasulullah Shallallahu ' alaihi wa sallam bersabda:

اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ الْـمُسْلِمِ ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ ، وَمَنْ كَانَ فِـيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ ، كَانَ اللهُ فِيْ حَاجَتِهِ ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ ، فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًـا ، سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

“Seorang Muslim adalah saudara orang Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzhaliminya dan tidak boleh membiarkannya diganggu orang lain (bahkan ia wajib menolong dan membelanya). Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Allâh Azza wa Jalla senantiasa akan menolongnya. Barangsiapa melapangkan kesulitan orang Muslim, maka Allâh akan melapangkan baginya dari salah satu kesempitan di hari Kiamat dan barangsiapa menutupi (aib) orang Muslim, maka Allâh menutupi (aib)nya pada hari Kiamat.”

Ayat dan hadist diatas menjelaskan bagaimana Allah SWT mewajibkan kaum muslimin untuk tolong menolong terhadap saudaranya. Peristiwa di Ghouta membutuhkan bantuan dan uluran tangan. 

Namun saat ini, kita menyaksikan pembantaian umat Islam untuk ke sekian kalinya, dan dunia kembali bungkam. Para pemimpin dunia terutama para pemimpin muslim banyak yang tak bersuara. Mengapa para pemimpin itu tidak mengirimkan tentaranya? Mengapa bisa terjadi? Seolah mereka buta dan tuli?

Nasionalisme jangan menjadi sekat yang memutuskan ikatan aqidah dan ukhuwah kaum muslimin. Kaum Muslimin khususnya para pemimpin negeri muslim jangan diam dan harus segera bertindak, menolong saudara-saudara seimannya. Wallahua'lam.

Selvi Sri Wahyuni Spdi.
 

Sumber : SI Online