OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 02 Maret 2018

Hindari Pembantaian, Bayi Karim dan Warga Suriah di Ghouta Timur Berlindung di Bawah Tanah

Hindari Pembantaian, Bayi Karim dan Warga Suriah di Ghouta Timur Berlindung di Bawah Tanah


Bayi Karim Abdallah dan ayahnya, Abu Muhammad

10Berita, GHOUTA TIMUR  Dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap rezim Basyar Asad di Suriah, ‘Bayi Karim’—yang kehilangan satu matanya karena serangan udara rezim—telah berlindung di bawah tanah untuk bertahan hidup.

Karim Abdallah, kini berusia 4 bulan, adalah bayi yang terluka dan kehilangan mata kirinya tahun 2017 lalu akibat serangan keji rezim Basyar Asad di Ghouta Timur, wilayah yang sebenarnya sudah disepakati sebagai zona de-eskalasi, dilarang berperang, berdasarkan ‘Perjanjian Astana’. Dalam serangan biadab tahun lalu itu, Karim kehilangan ibundanya. Ibu Karim terbunuh.

Tak hanya bayi Karim tentunya yang berlindung di bawah tanah. Warga sipil di Ghouta Timur lainnya, juga terpaksa melakukan hal yang sama untuk menghindari serangan udara (pembantaian) yang dilancarkan oleh rezim Asad dan pendukungnya di daerah pinggiran Ghouta, Suriah yang saat ini masih terkepung.

Sejak Kantor Berita Turki, Anadolu Agency,untuk pertama kali melaporkan cerita bayi Karim, ribuan orang telah menyatakan dukungannya atas anak balita tersebut melalui media sosial.

“Saya membawa Karim dan saudara-saudaranya ke tempat penampungan bawah tanah. Karim telah tinggal di tempat penampungan selama delapan hari bersama saudara-saudaranya. Banyak orang berada di tempat penampungan bawah tanah ini. Tak ada yang meninggalkan mereka karena serangan belum berhenti,” ungkap ayah Karim, Abu Muhammad, kepada Anadolu Agency, Kamis (1/3/2018).

Dia mengatakan tidak ada makanan, cahaya, listrik dan pemanas di tempat penampungan di mana anak-anak tinggal. Sementara pesawat tempur rezim Asad dan sekutunya, Rusia, terus menerus melayang-layang di atas mereka.

Menurut kelompok pertahanan sipil, White Helmets, atau Helm Putih yang berbasis di Suriah, jumlah korban telah melampaui angka 400, dalam sepekan terakhir karena serangan sengit rezim Asad dan sekutu setianya, Rusia, serta milisi-milisi Syiah dukungan Iran.

Dalam dua minggu terakhir, rezim Asad juga telah menggempur 22 pusat kesehatan, sebuah masjid dan panti asuhan di Ghouta Timur. (MNM/Salam-Online)

Sumber: Anadolu Agency, Salam Online.