OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 31 Maret 2018

Jangan Engkau Berdusta Atas Nama Allah, Ini Bentuknya

Jangan Engkau Berdusta Atas Nama Allah, Ini Bentuknya

10Berita, DUSTA merupakan salah satu perbuatan yang termasuk dalam kategori perilaku tercela. Perbuatan itu dapat berakibat fatal bagi dirinya dan merugikan orang lain yang dibohongi olehnya. Oleh sebab itu, berdusta ini sangat dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi, masih banyak saja manusia yang dengan mudahnya berbuat dusta.

Banyak manusia yang berdusta atas nama Allah. Bentuk-bentuk berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya secara sengaja ada banyak bentuk, di antaranya:

1. Berkomentar atau menjawab dalam masalah agama tanpa ilmu yang benar, baik komentarnya (kebetulan) benar apalagi jika salah.

Allah SWT berfirman menyebutkan empat jenis dosa yang menjadi penyebab timbulnya semua dosa, “Katakanlah: ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengaharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui,” (QS. Al-A’raf: 33).

Termasuk di dalamnya mengatakan mubah terhadap sesuatu yang dilarang dan sebaliknya. Atau mengatakan sunnah sesuatu yang wajib dan sebaliknya. Atau mengatakan haram sesuatu yang halal dan sebaliknya.

2. Mengklaim bahwa dirinya didatangi oleh malaikat Jibril. Ini jelas kedustaan atas nama Allah SWT, karena Jibril itu hanya turun mendatangi manusia atas perintah Allah SWT.

3. Mengklaim bahwa dia melihat Nabi SAW dalam mimpinya padahal dia sendiri tidak mengetahui bagaiman ciri-ciri fisik Rasulullah SAW.

4. Mengklaim bahwa dia menerima suatu ajaran baru dari Allah atau Rasul-Nya dalam mimpi.

5. Meyakini atau berbuat bid’ah dalam agama, baik bid’ah berupa keyakinan, ucapan maupun amalan. Baik dia yang menjadi pencetus bid’ah tersebut maupun dia hanya sekedar ikut-ikutan.

6. Menceritakan atau membenarkan hadis yang lemah sekali atau yang palsu, dengan meyakini bahwa Nabi SAW pernah mengucapkannya.

7. Menceritakan atau menisbatkan suatu hadis dari Nabi SAW padahal dia belum mengetahui keadaan sebenarnya dari hadis tersebut, apakah shahih atau lemah.

8. Beramal dengan hadis yang lemah apalagi yang palsu, baik dalam fadhlail al-a’mal apalagi dalam masalah hukum-hukum.

9. Menyebarkan pemikiran yang menyimpang lantas mengatas namakan Islam, semisal mengatakan bom bunuh diri sebagai jihad dan semacamnya. []

Sumber: 1001 Siksa Alam Kubur/Karya: Ust. Asan Sani ar Rafif/Penerbit: Kunci Iman, Islampos.