OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 04 Maret 2018

Relawan 212 Jokowi Tak Diakui oleh Alumni Aksi Bela Islam 212

Relawan 212 Jokowi Tak Diakui oleh Alumni Aksi Bela Islam 212


10Berita, Pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginisiasi pembentukan Relawan Nasional 212 Jokowi Presiden Republik Indonesia (Renas 212 JPRI). Tujuannya mendukung pencalonan kembali Jokowi sebagai calon presiden di Pemilu 2019.

Penggunaan "212" mengundang reaksi sejumlah kelompok yang lebih dahulu menggunakan nama 212—para pihak yang terlibat Aksi Bela Islam 212 pada 2016. Mereka mempertanyakan soal apakah Renas 212 JPRI sebagai bagian dari alumni Aksi Bela Islam 212.

“Justru adanya 212 (Aksi Bela Islam 212) itu kan muncul gara-gara Jokowi. Enggak mungkin pula masa 212 dukung Jokowi. itu hampir mustahil,” kata Ketua Garda Alumni 212 Ansufri Idrus Sambo kepada Tirto, Jumat (2/3/2018).

Idrus mengatakan Aksi Bela Islam 212 yang berlangsung di Jakarta pada 2 Desember 2016 justru dilatarbelakangi kekecewaan terhadap Pemerintahan Presiden Jokowi yang tidak bersikap tegas terhadap kasus Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Dalam konteks saat itu, para inisiator Aksi Bela Islam 212 Ahok telah menistakan Surat Al-Maidah 51 saat kunjungan kerja saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta di Kepulauan Seribu, Jakarta. Akhirnya, pada 9 Mei 2017 Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara memvonis Ahok bersalah dengan hukuman 2 tahun penjara.

Sambo tidak tahu siapa sosok di balik pembentukan Renas 212 JPRI yang mengaku bernama Nasir. Ia meragukan ada alumni Aksi 212 yang bersedia mendukung Jokowi dan berkoordinasi dengan pihak Kepala Kantor Staf Presiden.

“Enggak mungkin menurut saya, bagaimana mungkin dia 212 dukung Jokowi? Berarti dia 212 yang mana ini?” tanya Sambo.

Sambo menduga nama "212" sengaja dipakai untuk mengganggu gerakan politik para alumni Aksi Bela Islam 212. Ia merasa Renas 212 JPRI tidak akan berpengaruh signifikan secara politik.

“Kalau tokoh-tokohnya hebat yang dikenal luas seperti tokoh 212 (Aksi Bela Islam 212) itu baru jadi masalah. Kalau cuma tokoh yang baru mengaku-ngaku 212 biarkan saja. Pasti orang juga enggak percaya kok,” kata Sambo.

Juru bicara Presidium Alumni 212 Aminudin mengatakan nama "212" tidak bisa dilepaskan dari konteks Aksi 212. Sehingga menurutnya penggunaan nama 212 sebagai identitas kelompok relawan Jokowi tidak relevan. “Dalam hal ini (Aksi Bela Islam 212) Pak Jokowi mendukung Pak Ahok maka tidak relevan menurut kami,” kata Aminudin.

Aminudin mengaku tidak mengenal pengurus Renas 212 JPRI. Ia memastikan Renas 212 JPRI bukan bagian Presidium Alumni 212. “Dia terpisah sama sekali. Kami sudah jelas pembelaan kami adalah pembelaan kepada aksi-aksi bela Islam,” ujarnya.

Pembentukan Renas 212 JPRI menurut Aminudin merupakan bagian dari manuver politik. Ia menilai ada upaya untuk merangkul massa peserta Aksi 212 yang berjumlah besar untuk kepentingan Pilkada 2018 maupun Pilpres 2019. Namun, Aminudin mengatakan tidak akan mempersoalkan pembentukan Renas 212 JPRI.

“Alam yang akan menyeleksi,” kata Aminudin.

Sebelumnya ada kelompok yang mendaku sebagai pendukung Presiden Jokowi membentuk Renas 212 JPRI. Organisasi ini bertujuan mendukung pencalonan kembali Jokowi sebagai Presiden RI 2019-2024.

"Pembentukan organisasi Renas 212 JPRI untuk mendukung pencalonan kembali Presiden Joko Widodo sebagai calon Presiden periode 2019-2024 di Pemilu Presiden 2019. Organisasi ini akan segera dideklarasikan bulan Maret ini," ujar Koordinator Nasional Renas 212 JPRI, Nasir, seperti diberitakan Antara, Kamis (2/3).

Nasir akan segera berkoordinasi dengan Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko soal rencana pembentukan organisasi ini. Dia menargetkan jumlah anggota Renas 212 JPRI mencapai lima juta relawan inti yang tersebar di 34 provinsi. Jumlah relawan tersebut, menurut Nasir, cukup untuk memenangkan Jokowi sebagai Presiden RI untuk periode kedua pada Pilpres 2019.

Sumber : tirto.or.id, opini-bangsa.com