OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 19 Maret 2018

Robertson: Facebook Cepat Hapus Swastika, Tapi ‘Diam’ Saat Muslim Rohingya Dihina

Robertson: Facebook Cepat Hapus Swastika, Tapi ‘Diam’ Saat Muslim Rohingya Dihina

10Berita, MYANMAR—PBB dilaporkan telah menuding Facebook turut menyebarkan ujaran kebencian terhadap Islam. Sehingga berujung pada genosida atau pembantaian sistematis terhadap etnis minoritas Muslim Rohingya di Myanmar.

Kepala Misi Pencari Fakta PBB di Myanmar, Marzuki Darusman mengatakan bahwa Facebook memainkan peran menentukan dalam krisis Myanmar, yang menyebabkan ratusan ribu Muslim Rohingya lari meninggalkan kampung halaman mereka.

“Secara substansi Facebook berkontribusi terhadap meningkatnya ketajaman dan pertikaian di publik. Ujaran kebencian jelas adalah bagian di dalamnya,” jelas Marzuki, mantan Jaksa Agung Indonesia pada periode 1999-2001, seperti dilansir Reuters.

Sebuah laporan yang telah disusun New York Times pada Oktober 2017, sebenarnya telah menunjukkan bagaimana kelompok ekstremis Budha Myanmar memanfaatkan Facebook untuk menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian yang menyasar Rohingya.

Salah satu yang paling banyak menggunakan Facebook untuk melemparkan ujaran kebencian terhadap etnis Rohingya adalah Ashin Wirathu, tokoh ultranasionalis yang juga biksu Budha.

Wirathu sebenarnya sudah dilarang rezim Myanmar untuk berceramah di tempat-tempat umum. Tetapi ia justru menemukan tempat yang lebih efektif untuk menyebarkan kebencian, yaitu di Facebook.

Setiap hari dia mengunggah konten di Facebook yang isinya menyebut bahwa kelompok Muslim Rohingya sebagai “Orang luar yang agresif.” Banyak dari konten Wirathu berisi informasi palsu alias hoaks, tetapi Facebook tak melalukan apa-apa untuk menghentikannya.

Facebook bergerak cepat untuk menghapus konten swastika (lambang Nazi), tetapi mereka tak berbuat apa-apa ketika Wirathu menyebarkan pidato yang mengatakan bahwa Muslim adalah anjing,” kata Phil Robertson, deputi direktur Human Rights Watch Asia, dalam artikel di New York Times bertajuk “A War of Words Puts Facebook at the Center of Myanmar’s Rohingya Crisis”.

Adapun Facebook belum memberikan komentar terkait hasil laporan PBB tersebut. []

SUMBER: SUARA, REUTERS

.