OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 30 Maret 2018

Seperti Ini Isi Hati Perempuan yang Sering Dituduh Pilih-pilih Jodoh

Seperti Ini Isi Hati Perempuan yang Sering Dituduh Pilih-pilih Jodoh


10Berita, Jangan buru-buru menjudge seseorang, jika kita belum tahu latar belakang sikap seseorang… jangan terlalu cepat menyimpulkan.

Misalnya, seorang perempuan yang sudah berumur namun masih belum juga menikah, orang sekitarnya biasanya akan menuduhnya kebanyakan pilih-pilih jodoh, padahal belum tentu demikian lho.

Bisa jadi hal-hal inilah yang berada dalam pikiran atau hati seorang gadis yang belum juga menikah sekalipun sudah beberapa orang datang untuk ta’aruf, coba dipahami agar tidak tergesa menuduh orang lain ya Sob:

1. Lebih Baik Sabar Dalam Pencarian, Daripada Menyesal Karena Tergesa-gesa Menerima Seorang yang Tidak Tepat
Ada seorang gadis usianya memang sudah 40 tahunan, tapi ia dikenalkan oleh seorang laki-laki yang merokok dan tidak shalat, apakah ia harus menerima laki-laki tersebut hanya untuk menghindari bulian masyarakat mengenai statusnya?

Ada pula gadis lainnya yang masih berusia 26 tahunan, lalu dipaksa menerima ta’aruf dengan duda yang sudah memiliki anak, padahal ia berharap bisa menikah dengan seorang pria yang lajang juga.

Lalu perlukah ia menerima paksaan tersebut jika ia tidak yakin dapat menerima status barunya nantinya sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu?

Jangan sama ratakan kesanggupan seseorang dengan orang lainnya yang bisa jadi kondisinya berbeda.

Faktanya, pernikahan yang tidak membahagiakan bisa mencelakakan tidak hanya pasangan suami istri, tapi juga anak-anak yang terlahir dari pernikahan tersebut.

Maka, beberapa perempuan memilih lebih baik bersabar dalam pencarian daripada menyesal karena salah memilih imam dalam rumah tangga, hanya karena takut menghadapi hinaan masyarakat.

2. Orang Lain Takkan Bertanggungjawab Jika Ada Masalah Dalam Rumah Tangga Nantinya
Orang-orang yang saat ini mengejek karena belum menikah juga, apakah akan bertanggungjawab jika terjadi hal buruk dalam rumahtangga gadis yang terpaksa menerima laki-laki yang sebenarnya tak diridhoinya menjadi suaminya?

Misalnya, tidak sreg karena akhlaknya terlihat buruk ketika proses ta’aruf, kondisi finansial sang laki-laki memprihatinkan dan sang perempuan sebenarnya tidak bisa menerimanya karena kondisi finansialnya pun kurang baik.

Tentu saja orang-orang di luar mereka tidak akan ikut bertanggungjawab jika ada kesulitan dalam rumah tangga yang dijalani, mungkin hanya bisa berkata “Makanya lebih selektif pilih jodoh,”

Lantas… mengapa saat sang gadis mencoba lebih selektif dalam memilih jodoh justru dituduh sebagai perbuatan ‘pilih-pilih’ jodoh, terlalu pemilih, dan tuduhan lainnya yang mudah diucapkan dari bibir ini?

3. Bisa Jadi Masih Merasa Saat Ini Waktunya Belum Tepat Karena Ada Masalah Mental Atau Psikologis yang Belum Teratasi
Tidak sedikit lho orang yang memiliki masalah psikologis dalam pernikahan, misalnya karena orangtuanya bercerai, bertengkar, KDRT dan permasalahan lainnya, tidak mudah menghilangkan trauma atas hal ini, sehingga perlu usaha intens untuk mengatasinya.

Apabila ditekan dan dipaksakan untuk berumahtangga padahal masalah internal dirinya sendiri belum beres, bukan tidak mungkin bisa menimbulkan masalah di kemudian hari.

Berdamailah terlebih dulu dengan kondisi masa lalu, baru kemudian bisa menghadapi masa depan yang lebih baik in syaa Allah.

4. Banyak Orang yang Hanya Bisa Mengejek Dan Berkomentar Tapi Tidak Memberi Solusi
Terlalu banyak ejekan dari sekitar, “Dasar pilih-pilih jodoh… dasar perawan tua,” dan ejekan tidak patut lainnya, akan tetapi tidak memberikan solusi misalnya dengan memperkenalkan laki-laki yang kriterianya mendekati apa yang dicari.

Alih-alih mencarikan yang sesuai kriteria, biasanya orang sekitar malah memaksakan temannya yang belum menikah, kriterianya apa saja asalkan diyakini baik… padahal baik belum tentu tepat/ cocok kan?

Apapun itu, pernikahan bukanlah permainan, tidak perlu kita terlalu banyak berkomentar tentang pilihan orang lain, terutama jika tidak bisa menawarkan solusi.

Boleh-boleh saja menasihati asalkan tidak sampai menghakimi yang bisa menyakiti hati. Karena sangat mungkin prasangkamu tidak tepat.

Sumber: annida-online.com