OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 07 Maret 2018

Soal duet dengan Jokowi atau Prabowo, Aher pilih yang peluangnya besar

Soal duet dengan Jokowi atau Prabowo, Aher pilih yang peluangnya besar


10Berita, Ahmad Heryawan menjadi salah satu kandidat yang dipilih Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk mengikuti Pilpres tahun depan. Menanggapi hal itu, pria yang saat ini menjabat Gubernur Jabar ini sudah mengindikasikan kesiapannya.

“Ini kesempatan yang diberikan dari masyarakat. Kalau sudah muncul, itu modal dasar jika nanti maju (di Pilpres),” katanya kepada wartawan, Selasa (6/3).

Namun, ia mengaku sejauh ini akan berkonsentrasi untuk menuntaskan tugasnya sebagai Gubernur yang tersisa beberapa bulan lagi. “Saya menuntaskan dulu tugas di Gubernur agar langkahnya nyaman,” ucapnya.

Pilihan itu dinilai paling realistis, apalagi sejauh ini belum ada koordinasi lanjutan di internal partai, maupun koalisi. “Ya ngalir saja lah. Selama ini belum ada koordinasi antar partai,” ia menambahkan.

Saat ditanya mengenai pilihan maju sebagai capres/cawapres atau menteri ia tertawa dan mengaku kedua pilihannya bisa diambil.

“(Menteri atau presiden) Dua duanya bisa,” katanya sambil tertawa.

Saat wartawan menanyakan terkait pilihan mendampingi Prabowo atau Joko Widodo pun pria yang akrab disapa Aher ini menjawab ambigu sambil berlalu.

“Kalau saya mah yang peluang menangnya besar. Mengalir saja lah,” katanya lagi sambil tertawa.

Sebelumnya, Ketua Bidang Humas DPP PKD Ledia Hanifa Amaliah belum lama ini membenarkan bahwa Ahmad Heryawan menjadi salah satu kandidat yang akan didorong menjadi Capres atau Cawapres.

“Pak Aher (Ahmad Heryawan) masuk sebagai kriteria bakal calon presiden dari partai PKS,” katanya.

Aher dinilai mempunyai modal sosial untuk bersaing dengan bakal calon lain. Partainya sudah melakukan pengumpulan saran dan pemilihan internal untuk calon presiden dan wakil presiden. Selain Ahmad Heryawan, ada delapan nama lainnya dari internal PKS yang juga menjadi kandidat Capres.

Ledia menyebut ada nama Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid, Mantan Presiden PKS, Anis Matta, dan Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno.

Selanjutnya, ada nama Presiden PKS, Mohamad Sohibul Iman, Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf Al’Jufrie, Mantan Presiden PKS, Tifatul Sembiring, Ketua DPP PKS, Al Muzammil Yusuf dan Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera.

Sembilan nama ini kata Ledia telah memiliki berbagai indikator kelaikan untuk menjadi capres PKS. Indikator pertama, sembilan nama itu adalah tokoh yang dipandang mampu mengelola negara, baik sebagai presiden maupun wapres.

Indikator kedua calon-calon tersebut memiliki modal sosial yang cukup memadai dan indikator ketiga, mahami platform partai.

Mereka semua sudah diberi perintah untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengumpulkan dukungan dan meningkatkan popularitas.

“Jadi, dewan pimpinan di tingkat pusat sudah membuat regulasi, bagaimana sosialisasi, sampai nantinya jelang pendaftaran. Sosialisasi bisa dilakukan pada bulan-bulan ini sebelum masuk masa pendaftaran Capres dan Cawapres,” terangnya.

Setelah sosialisasi dilakukan, pengurus partai di tingkat pusat akan melihat peta dukungan dan popularitas masing0masing nama. Targetnya, PKS sudah mempunyai satu nama jelang pendaftaran.

Hanya saja Ledia belum mau menyebut apakah kadernya akan diplot sebagai Calon Presiden atau Calon Wakil Presiden. “Sekarang mereka fokus saja sosialisasi kepada umum, masing-masing juga membentuk timnya untuk meningkatkan popularitasnya,” katanya.

Terkait rencana koalisi, Ledia menyebut PKS hingga kini belum terpikir untuk berpisah dengan sekutunya, yakni Gerindra. Sehingga pihaknya terus menggodok kualitas koalisinya dengan Gerindra jelang Pilpres 2019.

“Kita belum bicara individu, kan bisa saja dari PKS yang jadi presiden,” pungkasnya. 

Sumber :merdeka.com