OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 13 April 2018

Andaikata Lebih Panjang Lagi

Andaikata Lebih Panjang Lagi

 

10Berita, “Jika kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula,” (Q.S Al Isra : 07).

RASULULLAH mempunyai kebiasaan rutin. Hari itu, ada salah seorangnya yang meninggal dunia. Seperti biasanya, ketika ada salah seorang sahabatnya meninggal dunia, beliau pasti akan menyempatkan diri untuk mengantarkan jenazahnya sampai ke kuburan. Tidak cukup sampai di situ, pada saat pulangnya, disempatkannya pula singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum yang ditinggalkan supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.

Begitu pun terhadap keluarga sahabatnya itu.

Ketika sampai di rumah almarhum, Rasulullah bertanya kepada istrinya, “Tidakkah almarhum suamimu mengucapkan wasiat ataulah sesuatu sebelum ia wafat?”

Istrinya yang masih diliputi kesedihan hanya tertunduk. Isak tangis masih sesekali terdengar dari dirinya. “Aku mendengar ia mengatakan sesuatu di antara dengkur nafasnya yang tersengal. Ketika itu ia tengah menjelang ajal, ya Rasulullah.”

Rasulullah mangut-mangut. “Apa yang dikatakannya gerangan?”

“Aku tidak tahu, ya Rasulullah. Maksudku, aku tidak mengerti apakah ucapannya itu sekadar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dahsyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong.”

“Bagaimana bunyinya?” desak Rasulullah.

Istri yang setia itu menjawab, sambil masih terisak. “Suamiku mengatakan ‘Andaikata lebih panjang lagi…. Andaikata yang masih baru… Andaikata semuanya….’. Hanya itulah yang tertangkap sehingga aku dan keluargaku bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu hanya igauan dalam keadaan tidak sadar, ataukah pesan-pesan yang tidak selesai….”

Rasulullah tersenyum. Senyum Rasulullah itu membuat istri almarhum sahabat menjadi keheranan. Kemudian, terdengar Rasulullah berbicara, “Sungguh, apa yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,” ujarnya. Beliau menerawang sejenak. “Jika kalian semua mau tahu, biarlah aku ceritakan kepada kalian agar tak lagi heran dan bingung.”

Sekarang, bukan hanya istri almarhum saja yang menghadapi Rasulullah. Semua keluarga almarhum merubungi rasul akhir jaman itu. Ingin mendengar apa gerangan sebenarnya yang terjadi.

“Kisahnya begini,” Rasulullah memulai. “Pada suatu hari, ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat Jumat. Di tengah jalan ia berjumpa dengan dengan orang buta yang bertujuan sama—hendak pergi ke masjid pula. Si buta itu sendirian tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntunnya. Maka, dengan sabar dan telatennya, suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas yang penghabisan, ia menyaksikan pahala amal salehnya itu. Lalu ia pun berkata, ‘Andaikata lebih panjang lagi.’ Maksudnya adalah andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya akan jauh lebih besar pula.”

Semua keluarga sekarang mengangguk-angguk kepalanya. Mulai mengerti sebagian duduk perkara. “Terus, ucapan yang lainnya, ya Rasulullah?” tanya sang istri yang semakin penasaran saja.

Nabi menarik nafas sejenak. Kemudian menjawab, “Adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi sekali untuk shalat Subuh, cuaca dingin sekali. Di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia pun mencopot mantelnya yang lama yang tengah dikenakannya dan diberikan kepada si lelaki tua itu. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, ‘Coba, andaikata yang masih baru yang kuberikan kepadanya, dan bukannya mantelku yang lama yang kuberikan kepadanya, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi.’ Itulah yang dikatakan suami selengkapnya.”

“Kemudian, ucapan yang ketiga, apa maksudnya ya Rasulullah?” tanya sang istri lagi.
Dengan penuh kesabaran, Rasulullah menjelaskan, “Ingatkah engkau ketika pada suatu waktu suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Ketika itu engkau segera menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur daging dan mentega. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong. Yang sebelah diberikannya kepada musafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalnya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata, ‘Kalau aku tahu begini hasilnya, musafir itu tidak akan kuberi hanya separuh. Sebab, andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti pahalaku akan berlipat ganda pula.”

Sekarang, semua anggota keluarga mengerti. Mereka tak lagi risau dengan apa yang telah terjadi kepada suami dan ayah mereka ketika menjelang wafatnya tempo hari. Kelapangan telah ia dapatkan karena ia tidak sungkan untuk menolong dan memberi. []

Sumber: jalansirah.com,  Islampos.

Related Posts:

  • Beginilah Seharusnya Seorang Muslim6 Beginilah Seharusnya Seorang Muslim 10Berita, TIDAK sedikit di antara banyak orang yang menghalkan segara cara dalam hidup. Demi uang, karir dan jabatan, orang rela menukar akidahnya. Secara etimologis Islam  … Read More
  • Azab Kubur Bisa Meringankan Siksa di Neraka, Benarkah?Azab Kubur Bisa Meringankan Siksa di Neraka, Benarkah? TANYA: Adzab kubur bagi ahli tauhid, apakah bisa meringankan hukuman kelak di akhirat? JAWAB: Dikutip dari konsultasisyariah.com, sebagian ulama menyebutkan, ada be… Read More
  • Apa Hubungannya Dosa dan Rezeki?Apa Hubungannya Dosa dan Rezeki? 10Berita, DZAT Yang Mencipta kita, sekaligus menjamin rezeki bagi penghidupan kita, adalah Pemilik, Pemelihara, dan Pengatur segala urusan kita. Dialah Allah, tiada sekutu bagiNya. Maka bagai… Read More
  • MUI Jatim: Hoaks Santer Sejak Zaman DuluMUI Jatim: Hoaks Santer Sejak Zaman Dulu 10Berita, Berita hoaks santer disebar orang zaman dulu untuk menjatuhkan martabat orang lain. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua tahun belakangan ini istilah hoaks sangat popul… Read More
  • Syekah Ali Jaber: Turki Makmur karena SedekahSyekah Ali Jaber: Turki Makmur karena Sedekah 10Berita, Bersedekah akan mendapatkan limpahan rahmat dari Allah SWT. REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Ulama kelahiran Madinah, Arab Saudi Syekh Ali Jaber menyebut negara Islam har… Read More