Bocah Gaza: Saya Ikut Aksi untuk Mengambil Kembali Tanah Kakek-Nenek Saya
Bocah ‘Bawang’ Gaza, Mohamed Ayyash
Foto Mohamed Ayyash menggunakan “topeng bawang” untuk melindungi dirinya dari gas air mata “Israel” menjadi viral di media sosial.
10Berita, GAZA “Tujuan saya (ikut aksi) adalah mengambil kembali tanah saya, tanah kakek nenek saya dan kenangan keluarga saya.”
Itulah yang diungkapkan Mohamed Ayyash (9 tahun), ketika ditanya Aljazeera, mengapa dia berada di garis depan saat aksi damai digelar di dekat perbatasan Gaza dengan wilayah yahg diduduki “Israel”, Jumat (30/3/2018) lalu.
Mohamed Ayyash seperti dilansir Aljazeera,Kamis (5/4) telah menjadi sosok pemrotes “Hari Tanah” di Gaza, yang menyerukan kembalinya hak (tanah) para pengungsi Palestina.
Setidaknya 18 orang gugur dan lebih dari 1.000 lainnya terluka ketika penembak jitu penjajah “Israel” menembaki demonstran yang tidak bersenjata.
Foto-foto Mohamed Ayyash yang mengenakan kostum “topeng bawang” yang dibuat menggunakan daun bawang dan masker wajah menjadi viral di media sosial.
Topeng buatan tangan adalah upaya Mohame Ayyash untuk mengurangi efek gas air mata yang ditembakkan oleh tentara Zionis—sebuah gagasan yang didapat Ayyash dari ayahnya.
“Ayah saya terluka di Intifadhah pertama dan biasa menceritakan kepada saya cerita tentang (topeng bawang),” kata Mohamed Ayyash kepada Aljazeera.
“Aku mencoba membuatnya kembali (topeng bawang) dan kemudian keluar seperti itu. Aku tidak berharap fotoku akan menjadi viral.”
Bassam Ayyash, ayahnya, mengatakan kepada Aljazeera pada Kamis (5/4) bahwa “topeng bawang” membantu mengurangi efek gas air mata pada saraf dan membantu menjaga ketenangan.
“Itu bahkan akan membantu Anda mengambil gas granat dan melemparkannya kembali ke tentara (Israel),” kata Bassam.
Bassam, yang terluka pada 1989 dalam Intifadhah pertama, mengatakan dia bangga dengan putranya dan tekadnya untuk mengambil kembali tanah leluhurnya.
Keluarga Ayyash awalnya dipindahkan dari Yaffa dalam pembersihan etnis Palestina oleh milisi Zionis pada 1948. Keluarga itu sekarang tinggal di kamp Maghazi yang terletak di pusat Jalur Gaza.
Mohamed ingin kembali meski ada ancaman dari tentara “Israel”.
“Saya tidak takut pada mereka, mereka yang takut kepada kami,” kata Mohamed.
“Mereka takut karena mereka tidak memiliki tanah di sini, mereka berasal dari negara yang berbeda dan mereka ingin merebut Yerusalem (Al-Quds),” tambahnya.
Mohamed kehilangan seorang kerabat dalam aksi protes hari Jumat itu, dan sejumlah lainnya terluka.
Namun menurut ayahnya, Mohamed siap untuk turut dalam aksi menjelang peringatan Hari Nakbah (Hari Bencana) pada 15 Mei, tanggal yang digunakan oleh bangsa Palestina untuk menandai pengusiran dari tanah mereka. (S)
Sumber: Aljazeera, Salam Online.