OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 15 April 2018

Jangan Harap Pemerintahan Neolib Ini Bisa Sejahterakan Rakyat

Jangan Harap Pemerintahan Neolib Ini Bisa Sejahterakan Rakyat


10Berita – Ekonom senior, Rizal Ramli menganalisa pertumbuhan Indonesia 2018 ini stagnan pada posisi lima persen. Begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi pada 2019 mendatang.

Rizal Ramli mengatakan itu saat menjadi pembicara diskusi ‘Kiat Perkuat Ekonomi Umat’ di Masjid PP Persis Ciganitri, kampus STAI Persis Bandung, Sabtu (14/4).

Menurut dia, saat ini masih ada ketimpangan penyaluran kredit. Dimana, industri besar masih mendominasi kredit yang disalurkan pemerintah.

Menko Ekuin era mendiang Presiden Abdurrahman Wahid ini mengibaratkan, sebuah gelas yang di mana bisnis besar dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di cawan gelas yang mendapatkan kredit, selanjutnya bisnis menengah hanya di leher gelas, dan mayoritas rakyat di dasar gelas.

“Masalah kita, seperti inilah struktur ekonomi di Indonesia. Sebanyak 83 persen kredit hanya mengalir ke bisnis besar, sisanya 17 persen ke bisnis menengah dan rakyat pengusaha menengahnya sedikit saja, sisanya ada 60juta usaha kecil dengan berumah tangga, umat Islam yang di bawah. Saya mohon maaf,” jelasnya seperti diberitakan RMOL Jabar.

Halaman selanjutnya →

Halaman 1 2


Mantan Penasehat Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini juga mengkritisi kebijakan pemerintah yang banyak ngawurnya. Menurut dia, hal itu yang menyebabkan struktur ekonomi Indonesia sangat tak sehat.

“Kondisi itu tercipta karena, para menteri ekonomi di pemerintahan Joko Widodo itu karena berhaluan neoliberalis. Makanya jangan harap kehidupan rakyat Indonesia akan semakin sejahtera,” tegas Rizal Ramli.

Mantan Menko Kemaritiman ini menegaskan bahwa faktor pertama mandeknya pertumbuhan ekonomi adalah praktek korupsi yang sudah sampai pada level sistemik. Puluhan kepala daerah yang menjadi tersangka korupsi itu jelas menghambat aktivitas ekonomi.

“Solusinya sederhana, negara harus membiayai partai, seperti di Eropa dan Australia. Jadi partai bisa fokus mendidik kader yang berkualitas,” terang Rizal Ramli.

Faktor kedua, Indonesia merupakan bangsa yang kurang ulet, inovatif dan berani. Kata dia, Indonesia berbeda dengan Vietnam yang terkenal ulet dan pekerja keras.

Sementara faktor ketiga, menurut tokoh nasional ini, sejak era Presiden Soeharto sistem ekonomi yang dianut Indonesia adalah sistem neoliberal ala Bank Dunia. Padahal, ada alternatif sistem yang tersedia, seperti yang dilakukan oleh China dan Vietnam.

“Saya percaya bisa tumbuh 10 persen setiap tahunnya. Kuncinya sederhana, tunjuk saya (Rizal Ramli) jadi Presiden. Gitu aja kok repot,” demikian Rizal Ramli.[]

Sumber : Rakyat merdeka, Eramuslim.com