OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 04 April 2018

KH.Cholil Nafis: Bangga Tidak Paham Syariah itu Kecelakaan

KH.Cholil Nafis: Bangga Tidak Paham Syariah itu Kecelakaan


10Berita, JAKARTA , Ketua Komisi Dakwah MUI, KH.Muhammad Cholil Nafis mengatakan bahwa tidak mengerti syariat Islam bagi pemula itu keniscayan, tapi bangga dengan tidak paham syariah bagi muslimah adalah "kecelakan".

Pernyataan tersebut merespon puisi kontroversial berjudul 'Ibu Indonesia' karya Sukmawati Soekarnoputri yang dibacakannya saat acara '29 Tahun Anne Avantie Berkarya' di Indonesia Fashion Week 2018.

"Syariah itu sumber ajaran Islam yang wajib diketahui oleh pemeluknya. Syariah itu original dari Allah SWT," kata Kiyai Cholil dalam keterangan melalui media Sosial, Jakarta, Selasa (3/4/2018).

Menurut Kiyai Cholil, cadar itu produk fikih dari ijtihad sebagian ulama yang meyakini sebagai syariah berdasarkan dalil al Qur'an surat an-Nur: 31, khususnya menurut pendapat Ibnu Mas'ud. Jadi, cadar bukan soal estetika saja, tapi soal ketaatan beragama bagi yang meyakininya.

"Walaupun ulama tidak mewajibkan cadar, Namun tak soal keindahan semata karena juga soal kepatuhan kepada Allah SWT,"ujarnya.

Lanjutnya, azan adalah syi'ar Islam untuk memberi tahu dan memangil tiap muslim untuk mendirikan shalat. Azan bukan sekedar soal merdu suara muazinnya ditelinga, tapi bagi muslim Azan itu menembus hati karena berisi keaguangan Allah, syahadat dan ajakan untuk meraih kebahagiaan.

"Cadar dan azan menyangkut keyakinan bukan soal keindahan, meskipun keduanya itu tak saling bertentangan. Tak layak membandingkan sesuatu yang memang tidak untuk dibandingkan apalagi wilayah subjektif individu dan pelantunnya. Mana kebhinekaannya itu yang didengungkan,"kritik Kiyai Cholil.

Kiyai Cholil menambahkan bahwa Azan berasal dari mimpi Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbih, mimpi yang sama dialami oleh Sayidina Umar bin Khaththab tentang memberi tahu waktu shalat. Kemudian dibenarkan oleh Nabi SAW dan langsung dipraktekkan oleh Bilal bin Rabah.

"Ini mimpi yang benar sebagai hadits taqriri,"jelasnya.

Lebih dari itu, katanya, Nabi SAW bersabda bahwa mimpi orang shalih itu bagian dari 46 jalan kenabian. Mimpi bisa berperan sebagai wahyu sebagaimana mimpi soal azan yang dialami oleh Abdullah bin Zaid dan Sayidina Umar bin Khaththab, dimana kemudian ditetapkan oleh Nabi SAW sebagai hadits Nabi SAW.

Kiyai Cholil mengingatkan bahwa Nusantara kaya dengan budaya dan nilai. Menilai keindahan tidak boleh merendahkan yang lain.

"Klaim merk kecap nomer 1 boleh saja, asalkan jangan dibandingkan apalagi merendahkan kecap yang lain. Tak elok menyinggung yang lain untuk membangun kerukunan delama kebhinekaan,"tandasnya. (bilal/)

Sumber :voa-islam