OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 10 April 2018

Pakai Kaos Tauhid Ditangkapi, Pakai Kaos #GantiPresiden Dicurigai, Giliran Pakai Kaos PKI Dibilang Trendy

Pakai Kaos Tauhid Ditangkapi, Pakai Kaos #GantiPresiden Dicurigai, Giliran Pakai Kaos PKI Dibilang Trendy


10Berita, Kaos bertuliskan syahadat. “Oh, itu suspect teroris, tidak cinta NKRI, intoleran!”

Kaos bertuliskan ganti presiden 2019. “Wah, itu gerakan ngajak makar, inkonstitusional!”
Kaos berlogo palu arit. “Hehehe… itu hanya trend anak muda kekinian, jangan berlebihan.”

Melawan argumentasi tak berkualitas rezim plonga-plongo ini sejatinya tak perlu mikir, saya sambil nguap pun bisa dengan mudah menohok pemikiran mereka.

Miskin boleh, bodoh jangan!

Di akhirat kelak Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat. Percaya penuh dengan janji Allah SWT, tapi mohon jangan percaya lagi dengan janji Mukidi. Karena jadi tolol itu cukup cuma 1 kali.

Bandingkan dengan berita ini: https://news.detik.com/berita/3206427/luhut-soal-kaos-palu-arit-bisa-jadi-tren-anak-muda-jangan-berlebihan

Luhut: Soal Kaos Palu Arit Bisa Jadi Tren Anak Muda, Jangan Berlebihan.

Polisi akhirnya memulangkan dua pedagang yang menjual kaus band ‘Kreator’ bergambar palu arit. Meski menilai potensi munculnya kembali paham komunisme perlu ditangani serius, Menko Polhukam Luhut B Pandjaitan meminta agar aparat tidak perlu berlebihan.

“Ya ini dilihat-lihat lah. Kalau ada satu atau dua kaus, ini juga bisa jadi tren anak muda juga. Lihat-lihatlah, jangan berlebihan,” ungkap Luhut di kantornya, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Senin (9/5/2016).

Luhut mengaku memang kerap mendapat laporan adanya pergerakan soal penyebaran paham komunisme belakangan ini. Dia melakukan pengecekan terhadap info-info tersebut.

“Ada yang posting di medsos sekian ribu orang katanya, di mana? Saya cek tidak ada. Itu juga saya tanya, saya cek lapangan juga. Tidak ada juga,” kata Luhut.

Walau begitu, Luhut tidak mau jajarannya lengah dalam menangani isu-isu soal ideologi komunisme. Sebab memang ada sejumlah kasus yang ditemui.

“Coba ada yang setel lagu Genjer-genjer, saya bilang pak Kapolri itu tadi, tangkepin aja. Diproses aja, jangan dibikin macem-macem. (Kalau) ini untuk membangkitkan kekuatan PKI juga kita tidak mau,” tutur Luhut.

“Ini Menko Polhukam yang ngomong, kalau macam-macam kita hajar,” lanjut jenderal purnawirawan TNI itu.

Aparat disebut Luhut akan terus melakukan penertiban apabila ada potensi atau hal-hal yang berbau soal PKI. Namun ia juga mengingatkan agar aparat tidak semena-mena dalam menangani sesuatu yang berkaitan dengan hal tersebut.

“Pokoknya nanti kita bikin penertiban. Tapi jangan berlebihan. Tadi saya bilang sama pak Kapolri kalau ada ormas yang tidak ikut Pancasila, kita tidak kasih izin,” ujar Luhut.

Sebelumnya diberitakan, Polsek Kebayoran Baru, Jaksel, memulangkan dua pedagang yang diamankan di kawasan Blok M karena menjual kaus bergambar palu arit. Kapolsek Kebayoran Baru Kompol Ary Purwanto menyebut kaus band metal luar negeri yang dijual di pasaran itu murni bisnis dan tak ada tanda-tanda perbuatan makar.

“Penyidik tidak bisa menyangka kan mereka adanya makar atau penghinaan terhadap lambang-lambang negara. Jadi kita pulangkan, tapi bila nanti kami menemukan hal serupa di kemudian hari yang bersangkutan bisa dimintai keterangan lagi,” terang Ary, Senin (9/5).

#2019GantiPresiden, Jokowi: Masak Kaos Bisa Ganti Presiden?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) peringatkan masyarakat Indonesia untuk tidak mempercayai isu atau hoaks yang beredar. Isu tersebut dikatakan dibuat untuk melemahkan bangsa sendiri.

“Banyak dari kita yang ingin melemahkan bangsa sendiri dengan cara yang tidak beradab. Isu antek asing, PKI, sampai infrastruktur. Begitu satu isu gagal, ganti yang lain,” ujar Jokowi dalam sambutannya di Bogor, Sabtu (8/4).

Jokowi bercerita bahwa sudah banyak isu yang diarahkan kepadanya. Mulai dari isu bahwa dirinya adalah antek asing dan yang paling santer adalah isu PKI.

Jokowi pun menyatakan, selama perjalanannya menemui santri-santri di pesantren dirinya selalu memberikan penjelasan. Dirinya menyebut PKI dibubarkan pada 1965, di mana dirinya masih berumur empat tahun. “Mana ada PKI balita? Di mana ada PKI umur empat tahun?” ujarnya.

Dirinya juga mencontohkan sebuah gambar editan yang beredar di media sosial. Di situ terdapat foto dirinya dengan DN Aidit. Begitu ditelusuri, foto DN Aidit tersebut ternyata diambil pada 1955 di mana saat itu Jokowi pun belum lahir.

Isu-isu yang beredar ini disebut Jokowi tidak beradab dan tidak masuk akal. Begitu isu PKI dirasa tidak mempan untuk menggoyahkan bangsa Indonesia, isu itu pun diganti mengarah pada infrastruktur.

Pembangunan infrastruktur pada zaman pemerintahan Jokowi memang termasuk besar. Selama pembangunan ini, Jokowi mengaku bahwa pasti ada yang berjalan dengan baik dan ada yang tidak.

Untuk yang tidak berjalan dengan baik, maoa hal tersebut harus dibenahi. Sebagai manusia biasa dirinya merasa penuh dengan salah dan kurang.

“Isu infrastruktur nggak berhasil, ganti lagi isu utang. Waktu saya dilantik, hutang itu sudah Rp 2.700 triliun, bunganya Rp 250 triliun setiap tahun. Saya bilang gini supaya semuanya ngerti,” ujar Jokowi.

Dirinya menyebut banyak masyarakat mengira utang yang dimiliki Indonesia saat ini adalah hasil perbuatannya, padahal tidak. Isu utang pun telah dijawab, dan berganti dengan isu kaos.

Belakangan memang beredar kaos yang dijual dan bertuliskan #2019GantiPresiden. Jokowi merasa yang bisa mengganti Presiden adalah rakyat dan restu Allah SWT. “Masak kaos bisa ganti Presiden? Yang bisa ganti Presiden itu rakyat, kalau rakyat mau ya bisa ganti. Kedua restu dari Allah. Masak ganti kaos bisa ganti Presiden,” kelakarnya.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/18/04/08/p6ukbd409-2019gantipresiden-jokowi-masak-kaos-bisa-ganti-presiden

Pakai Kaos Tauhid Ditangkapi

http://www.portal-islam.id/2015/07/pakai-kaos-tauhid-ditangkap-pasang.html

Pakai Kaos Tauhid Ditangkap, Pasang Bendera Israel Diundang ke Istana

Begitulah yang terjadi…

Kaligrafi Tauhid yang sering disebut sebagai lambang ISIS tersebut sebenarnya hanya kalimat biasa yang menandakan tauhid, Laa Ilaaha Illallah… Keesaan Allah. Bahkan tercantum pada Sila Pertama Pancasila (Ketuhanan Yang Maha Esa).

Sementara, para tokoh dan pendeta GIDI pasca Tragedi Tolikara diundang ke Istana. Padahal GIDI ‘memaksa’ warga Tolikara untuk pasang atribut Israel zionis penjajah. Yang tak mau didenda lima ratus ribu rupiah. Massa jemaat GIDI juga yang membubarkan paksa sholat Idul Fitri dan membakar masjid.

Sumber : moslemcommunity.net