OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 14 Mei 2018

Bom Gereja Surabaya Masih Menyisakan Banyak Pertanyaan

Bom Gereja Surabaya Masih Menyisakan Banyak Pertanyaan

Oleh : Harits Abu Ulya*

“Paska serangan bom bunuh diri di 3 gereja di Surabaya, dengan cepat Polisi selang 5 jam berikutnya sudah publish inisial pelaku.

Paska kita elaborasi ternyata mereka adalah satu keluarga. R. Dita Oepriarto (47 th) dan istrinya Puji Kuswati (43 th) kelahiran Banyuwangi,dan anak-anak mereka; Yusuf Fadhil (18 th), Firman Halim (16 th), Fadhila Sari (12 th), Famela Rizqita (9 th). Keluarga ini tinggal di Wisma Indah Blok K-22 Rungkut Sby.

Apakah faktor kemiskinan membuat mereka manjadi bomber maut? Dari indikasi rumah hunian mereka bukan orang miskin namun sangat cukup.

Analisa saya energi paling besar adalah soal teologi beku yang suami istri adopsi kemudian di introdusir juga kepada putra putrinya dengan waktu yang cukup.

Di tambah rasa kemarahan atas realitas yang dianggap mendzalimi mereka dan kawan-kawan mereka. Atau ketika ekspresi keyakinannya menemukan jalan buntu atau terantuk oleh langkah-langkah aparat keamanan.

Maka faktor-faktor di atas menstimulasi rasa dendam, kenekatan dan keputus asaan mereka. Artikulasi puncaknya memilih sebagai bomber maut.

Ada indikasi kuat keluarga ini berafiliasi kepada kelompok IS-ISIS. Dan paska serangan tidak berselang lama ISIS juga mengklaim bertanggungjawab; aktornya adalah junud (tentara) mereka. Klaim seperti ini bisa dimaklumi karena IS-ISIS dalam situasi kondisi melemah mereka butuh menunjukkan eksistensinya. Mereka butuh membangkitkan moral semua elemen yang menjadi bagiannya dengan narasi keberhasilan serangan-serangan sporadis dan terencana dan dilakukan dibanyak negara diluar Suriah-Iraq termasuk Indonesia..

Jadi; dendam dan membangun citra kelompok yang lagi lemah dengan aksi-aksi teror menjadi pusaran dari fenomena kekerasan saat ini dan kemungkinan di waktu-waktu mendatang.

Dari insiden bom bunuh diri menyisakan pertanyaan menggelitik soal bomnya, mengingat daya ledak dan impactnya cukup kuat. Siapakah yang merakit? Siapakah yang mengajari? Bagaimana didapatkan material bomnya, bagaimana buku panduan itu didapat diluar sumber open source.

Kemudian siapa dan bagaimana Dita sekeluarga di introdusir hingga siap menjadi “pengantin”. Mengingat serangan ini dilakukan terorganisir dan melibatkan banyak orang, siapakah master mindnya? Publik menunggu jawaban dari pemerintah dengan terang benderang.[]

Penulis adalah pengamat terorisme

Sumber :Jurnal Islam