OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 21 Mei 2018

CATATAN Pertemuan AHY dan Sandiaga, Membaca Peluang Koalisi Dahsyat

CATATAN Pertemuan AHY dan Sandiaga, Membaca Peluang Koalisi Dahsyat


10Berita,  Jumat, 18 Mei 2018 lalu, diam-diam Komandan Komando Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono mengadakan pertemuan dengan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Sandiaga Salahuddin Uno. Selain sebagai Wakil Ketua Umum Gerindra, Sandiaga juga tercatat sebagai Ketua Pemenangan Pemilu partai besutan Mantan Komandan Jenderal Kopasus Prabowo Subianto tersebut. Jadi kloplah, bahwa pertemuan antara AHY dan Sandi adalah pertemua dua komandan partai politik. AHY di kubu Demokrat, Sandi di kubu Gerindra.

Pertemuan keduanya menjadi pemberitaan hangat media masa karena dilakukan diam-diam dan tidak ada sinyal sebelumnya. Mendadak dan langsung terealisasi. Di sanalah seni poitik, AHY tanpa gembar gembor media, langsung menemui Sandi dan spekulasi terkait pelaksanaan Pemilihan Presiden dan rencana koalisi kedua partai yang sudah digadang-gadang sebelumnya semakin mengemuka.

Bagi para politisi pertemuan itu memunculkan opini berbeda. Mardani Ali Sera yang menjadi makin terkenal karena sukses memviralkan Hastag #2019GantiPresiden menyebut partainya merespon positif pertemuan tersebut. Bahkan Mardani mengatakan PKS siap bekerja sama dengan semua pihak, termasuk dengan Demokrat. PKS sendiri memang disebut sebut sudah bulat berkoalisi dengan Gerindra.

Memang belum ada penjelasan resmi baik dari AHY bahkan Sandi terkait apa yang keduanya bicarakan dalam pertemuan tersebut. Namun desas desus bahwa Partai Demokrat akan berkoalisi dengan Gerindra, PKS dan PAN untuk bertarung bersama di Pilpres 2019 mendatang menjadi tambahan isu baru disamping kemungkinan akan terbentuknya poros ketiga yang akan meningkahi persaingan Prabowo (Gerindra) dan Jokowi (Koalisi PDI-P)

Mungkinkah koalisi Demokrat dan Gerindra akan terjalin? Dalam politik semua mungkin saja terjadi. Siapa pernah menyangka Jokowi akan berhadapan dengan Prabowo di Pilpres 2014 lalu. Politik sejagtinya adalah seni mengelola komunikasi dan kemungkinan. Dalam politik tidak ada yang kaku.

Pun demikian dengan PKS, meski disebut sebut mengajukan sembilan nama kader utama mereka untuk menjadi kandidat Cawapres, partai tersebut juga dinilai sudah mulai tahu diri dan tidak memaksakan kehendak untuk menempatkan kadernya di posisi Cawapres dengan alasan ketertinggalan elektabilitas. PKS disebut sebut menerima berkoalisi dengan Gerindra dan siap menjalin kerjasama dengan partai lain termasuk Demokrat.

Munculnya nama AHY di jagat perpolitikan nasional tentu tidak bisa dilepaskan dari tajamnya analisis dan jitunya strategi Partai Demokrat dalam membaca peluang pemilih di Pilpres. AHY yang muncul sebagai ikon politik anak muda atau yang disebut sebagai generasi milenial dipandang patut dimajukan sebagai kandidat baru di kontestasi kepemimpinan nasional yang mulai surut dan kehabisan calon.

Anak muda ini menjadi ikon baru partainya dan juga kaum muda. Memang bukan hanya AHY yag menjadi ikon politisi muda, namun siapa yang bisa membantah bahwa saat ini, pandangan dan pilihan lebih tertuju pada peraih Adhi Makayasa itu.

Di beberapa kali pelaksanaan survey politik, nama AHY bahkan selalu menempati posisi teratas sebagai kandidat Calon Wakil Presiden. Ia menjadi rebutan karena dipandang akan mampu mengangkat raihan suara pendampingnya termasuk jika dipasangkan dengan Presiden Jokowi atau Prabowo.

Elektabilitas AHY bahkan melampaui angka yang bisa dicapai oleh seniornya Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo dan Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto atau bahkan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang sudah lebih dahulu mengkampanyekan diri sebagai kandidat Cawapres.

Memang hingga hari ini, peta persaingan Pilpres masih berkutat pada dua nama diatas. Namun sekali lagi politik adalah seni kemungkinan dan dinamis. Ia bisa berubah bahkan dalam hitungan yang cepat.

Pertemuan, AHY dan Sandiaga boleh saja memunculkan spekulasi lain terhadap koalisi kedua partai. Namun apa yang dibicarakan keduanya di malam hari Jumat pekan lalu itu, publik sudah terlanjur menilai bahwa sudah terjalin komunikasi antar kedua “Panglima Perang” kedua partai.

Tinggal kini menunggu siapa yang akan mereka usung di Pilpres 2019 nanti. Namun patut dicatat, pada saat yang sama juga terbetik kabar bahwa koalisi pengusung Jokowi juga tengah menghitung potensi AHY untuk dipasangkan dengan Jokowi.

Jadi kalau Sekjend Partai Demokrat Hinca Pandjaitan menyebut bahwa partainya dan AHY ibarat gadis cantik yang akan dipinang, benarlah kenyataanya hari ini.

Sumber: PolitikToday