OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 30 Mei 2018

Inilah 5 Hal yang Bisa Diajarkan pada Anak di Bulan Ramadan

Inilah 5 Hal yang Bisa Diajarkan pada Anak di Bulan Ramadan


Oleh: Dede Yulianti

(Ibu Peduli Generasi)

Bulan Ramadan bulan yang istimewa. Dengan ibadah puasa banyak hal yang Bunda bisa ajarkan kepada anak. Dalam hal ini Bunda pun dituntut untuk bisa berpikir kreatif, sehingga anak bisa melakukan dan mendapatkan banyak hal untuk mengisi waktunya.

Untuk melatih anak berpuasa, perlu dilihat kemampuan anak. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda tentunya. Jika anak belum baligh, tak perlu memaksakan mereka berpuasa sehari penuh. Sebab bila merasa terpaksa, hal ini akan membuat anak tidak menikmati dan merasakan indahnya berpuasa. Buatlah tahapan sesuai kemampuan dan usianya. Misalnya puasa sampai azan Zuhur atau Ashar.

Kesuksesan menanamkan nilai-nilai moral pada anak biasanya dipengaruhi oleh kesabaran dan kesungguhan Bunda. Tak jarang ketika Bunda mendapatkan ananda rewel, Bunda kurang sabar. Padahal saat anak merengek dan rewel itulah menjadi kesempatan untuk menyampaikan banyak hal. Tak perlu ragu untuk mengulang-ulang apa yang sudah disampaikan agar informasi tersebut menempel di benaknya.

Bayangkan 30 hari selama Ramadan, betapa banyak kesempatan bunda untuk menyampaikan sesuatu bahkan berdiskusi dengan anak. Tak perlu menunggu anak rewel untuk menyusun kegiatan. Biasanya anak rewel bisa jadi disebabkan kebosanan atau tak ada kegiatan yang jelas. Maka bunda dituntut untuk sebisa mungkin menyusun jadwal harian untuk mengisi waktu anak. Bisa dengan membaca buku, mendongeng, bermain permainan seperti congklak dsb. Bisa juga dengan mengulang hafalan, jalan kaki keliling sekitar rumah dll. Dengan kesungguhan Bunda, terkadang hal-hal yang tak terpikirkan bisa muncul. Saat pengalihan kerewelan anak, bisa membawa ke halaman rumah dan menceritakan tentang makhluk hidup yang ada di sana.

Berikut adalah hal-hal yang bisa ditanamkan kepada anak selama Ramadan.

1. Mengenalkan persoalan umat

Ketika anak mengeluh lapar dan haus, Bunda bisa menyampaikan fakta mengenai kondisi umat Islam. Bukan hanya di Indonesia tapi juga di berbagai negeri. Seperti Palestina, Suriah, Rohingya, Cina dan lainnya. Bahwa mereka tak hanya merasakan di saat puasa saja. Bahkan kehidupan mereka selalu diliputi kekurangan dan ketakutan.

Dalam hal ini Bunda bisa menyampaikan hadits Rasulullah Saw dengan bahasa yang dipahami anak.  ''Barang siapa bangun di pagi hari, tapi tidak memikirkan nasib kaum Muslimin, maka dia bukan termasuk golonganku.''

Sekaligus Bunda melabeli anak dengan identitasnya sebagai umat Nabi Muhammad. Dari pertanyaan sederhana yang juga bisa dalam bentuk lagu. Siapa Tuhanmu, siapa Nabimu, apakah kitabmu, apa agamamu. Lalu, sebagai umat Nabi Muhammad Saw. kita pun harus mengetahui apa yang sedang terjadi dengan kaum muslimin.

2. Menanamkan rasa bersyukur

Setelah anak mampu menangkap kondisi saudara-saudara sesama muslim di berbagai negeri, tanamkan rasa bersyukur kepada mereka. Buatlah ananda mengungkapkan rasa syukurnya dengan ucapan Alhamdulillah. Senantiasa memuji Allah SWT. Serta menjelaskan ketika kita bersyukur maka Allah SWT akan menambahkan nikmatnya.

Cara lainnya adalah dengan tidak berlebihan dalam menyiapkan makanan pembuka dan sahur. Biasakan agar anak makan apa saja yang dihidangkan. Sekali-kali boleh dimasakkan makanan istimewa kesukaannya, agar lebih semangat berpuasa.

3. Menanamkan kepedulian

Masih terkait dengan kondisi umat Islam. Rasa peduli pada anak juga bisa terukur. Ada pengalaman menarik, setelah Bunda menyampaikan keadaan anak-anak kaum muslimin di Suriah, tiba-tiba saja si kecil selesai salat berdoa. "Ya Allah selamatkan orang-orang Islam di Suriah."

Ternyata meskipun anak sedang merengek, mereka tetap menyimpan informasi. Maka kepedulian anak bisa terwujud dengan mendoakan saudaranya seaqidah. Jika belum, maka bunda bisa mengingatkan setelah salat. Mengajak anak berdoa bersama.

4. Disiplin dalam Ibadah

Komitmen orangtua berpengaruh besar terhadap kedisiplinan anak. Ketika Bunda mengukur kemampuan anak berpuasa sampai pukul 10 misalnya. Maka sampaikan kepada ananda, boleh berbuka ketika jam sudah menunjukkan pukul 10. Jika anak mulai merengek sebelum jam yang sudah ditentukan, lakukanlah pengalihan seperti yang sebelumnya dijelaskan.

Dalam hal ini Bunda tetap teguh dengan komitmennya. Jika sekali saja menyerah, maka anak akan menganggap bahwa Bunda tidak sungguh-sungguh ketika menetapkan satu hal. Biasakan pula melakukan kegiatan dengan waktu yang telah ditentukan. Misalnya makan sahur.

5. Menanamkan kesabaran

Sabar, mudah diucapkan tapi perlu usaha keras melakukannya. Yang utama dalam menanamkan kesabaran adalah keteladanan orangtua. Sebagai seorang Ibu kita dituntut untuk selalu bersabar menghadapi berbagai perilaku anak yang kadang memancing emosi. Menahan diri, tetap tenang dan tahan amarah adalah kuncinya. Jika Bunda terpancing dan tidak sabar, maka anak dengan mudah meniru ketika mereka menemui masalah.

Dengan puasa, ananda dilatih kesabaran menanti jam berbuka. Selain itu berilah pengertian bahwa puasa tak sekedar menahan lapar dan dahaga. Ada pahala yang harus dijaga dengan sabar dan menahan amarah. Sabar juga merupakan salah satu sikap agar kita mendapat pertolongan Allah.

"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 45)

Sumber :Voa-islam.com