Laporan Dicabut, Wakapolri: Tidak Ada Urusan, Tetap Diusut.
10Berita, Wakil Kepala Kepolisian RI (Wakapolri) Komjen Syafruddin melapor ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait perkembangan penyelidikan insiden meninggalnya dua anak saat mengantre sembako dalam pesta rakyat di Monumen Nasional (Monas), Jakarta.
“Sudah diusut. Nah, ini saya melapor ke Presiden,” kata Syafruddin di Istana Negara, Jakarta, Selasa (8/5).
Meskipun ibunda salah satu korban meninggal, Rizki Syahputra, yakni Komariah, mencabut laporan ke polisi, Syafruddin menegaskan, kepolisian akan terus mengusut kasus ini dan menetapkan pelakunya.
“Tidak ada berhenti-berhenti. Akan mencari pelaku. Tidak ada urusan. Mau cabut laporan, mau apa, tetap. Harus konsisten,” ujar dia.
Sebelumnya, penyidik Polda Metro Jaya tetap memeriksa panitia penyelenggara pembagian sembako acara pesta rakyat di Monas, Dave Revano Santosa, meskipun orang tua korban mencabut laporan.
Menurut Kepala Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi Jerry Siagian, penyelidikan tetap dilanjutkan karena polisi telah membuat laporan polisi model A sebelum orang tua korban, Komariah, membuat laporan kepolisian.
Komariah sebelumnya melaporkan kasus kematian putranya ke Bareskrim Polri. Namun, Bareskrim Polri melimpahkan kasus tersebut ke Polda Metro Jaya. Kendati demikian, Komariah kemudian mencabut laporan tersebut.
Muhammad Fayyadh, kuasa hukum keluarga korban meninggal saat pembagian sembako di Monas pada Sabtu (28/4) pekan lalu, menjelaskan kronologi meninggalnya Rizki. Hal tersebut berdasarkan keterangan dari orang tua korban, Komariah.
Fayyadh mengatakan, ibu korban mendapatkan tiga kupon berupa sembako, makan gratis, dan hadiah untuk acara yang digelar oleh Forum Untukmu Indonesia (FUI). Kupon diterima dari Sri yang merupakan warga RW 12 Pademangan Barat, Jakarta Utara.
Wanita yang akrab disapa Mbak Sri itu beralasan, ia harus berdagang di Ancol, Jakarta Pusat. Sehingga, ia tak bisa datang ke acara pembagian sembako tersebut. Komariah dan korban berangkat ke titik kumpul di Ruko Permata Ancol diantar kakak Rizki, Adi Ashari. Dari lokasi tersebut, keduanya berangkat ke Monas menggunakan bus Mayasari Bakti.
“Dalam bus yang dinaiki Komariah dan korban, kondisnya penuh sesak. Saat itu ada dua panitia bernama Putri dan Eni,” katanya.
Bus berhenti sekitar 500 meter dari pintu masuk Monas. Sebelum menukar kupon sembako, Komariah dan korban sempat berkeliling sekitar tempat acara. Pukul 11.30 WIB, Komariah memutuskan ikut antrean kupon makan gratis.
Saat itu, hanya ada tujuh atau delapan orang yang mengantre. Namun, tiba-tiba ada dorongan massa dari belakang. Komariah masih menggenggam tangan korban. “Kemudian, ada dorongan massa dari depan. Saat itu, keduanya berada di tengah desakan massa. Korban terinjak-injak,” ujarnya.
Komariah berupaya mengamankan korban. Ia mendorong massa untuk bisa keluar dari kerumunan. Kemudian, Komariah menepi di bawah pohon. Saat itu, korban dalam kondisi muntah-muntah dan kejang.
Komariah yang panik meminta pertolongan. Ada lima orang di dekatnya. Komariah pikir, mereka adalah panitia. Sayangnya, mereka tidak memberikan pertolongan. Kemudian, ada seorang perempuan mendekati Komariah. Komariah meminta perempuan tersebut menghubungi Adi Ashari melaporkan apa yang terjadi terhadapnya dan korban.
Korban kemudian dibawa ke posko kesehatan. Salah satu dokter merujuk korban untuk dibawa ke RSUD Tarakan, Jakarta, sekitar pukul 13.30 WIB. Korban sampai di IGD RSUD Tarakan pukul 14.00 WIB dan mendapat penanganan serius.
Korban dipindahkan ke ruang PICU karena tak ada perkembangan pukul 02.00 WIB. Pada pukul 04.45, dokter mengabaran korban meninggal dunia.
Sumber: republika