OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 30 Mei 2018

Matinya Keadalian Umat Islam di India

Pembunuhan Asifa Bona, Matinya Keadalian Umat Islam di India



Oleh: Anastasia Sp.d

Hampir sepekan publik India bersorak riuh, setelah tim kesayangan Bulutangkisnya menjurai piala Bulutangkis  negara-negara persemakuran Inggris di Malaysia, wajah Saina Nehwal  sang mantan peraih perunggu Bulutangkis  olimpiade Inggris seolah menutupi kesediahan umat Islam di India.

Siapa lagi kalau bukan berita pembunuhan, pemerkosan, dan penganiayaan Asifa Bona seorang Muslim India, yang sebelumnya menimpa Zainab gadis kecil berusia 7 tahun yang mayatnya dibuang di tumpukan sampah.

Sebelumnya Asifa sempat hilang, namun naas  saat ditemukan Asifa dalam keadaan tidak beryawa tumbuh mungilnya tercabik-cabik memperlihatkan bekas pemerkosaan dan siksaan, pelakunya lebih dari 5 orang dengan berbagai latar belakang profesi dari pejabat hingga pemuda.

Sungguh ironi pemerintah India diam seribu bahasa, kalangan HAM India mulai mempertanyakan tentang keadilan tapi tak ada sedikitpun publikasi resmi dari pemerintah, padahal kasus serupa juga pernah menimpa warga asing dan penduduk Hindu,  langkah nyata pemerintah benar-benar terlihat mulai dari investigasi hingga disoroti media asing, tapi tidak dengan kasus ini; jika yang  menimpanya seorang Muslim.

Akar  kebencian kepada Muslim sudah nampak terlihat dari awal, seperti adanya teror kepada  komunitas Guijar (Komunitas Islam India) yang sejak lama didesak keluar meninggalkan Jammu, wilayah yang mayoritasnya orang Hindu. Lebih mengejutkan lagi para Hindu Nasionalis tetap berdalih dengan pembenaran para pelaku, bahkan menolak untuk menguburkan jenazah Asifa di tanah Jammu.

Apa yang menimpa Asifa adalah cerminan kondisi sauadara kita di Rohinya tak ada keadilan untuk umat Islam, umat Islam hanya dijadikan korban dari kebiadaban manusia rakus yang takut akan dominnasi umat Islam, inilah konsekuensi umat Islam yang hidup tanpa pemimpin Islam, yang mampu menjadi prisai kehormatan, kondisi ini jauh dari apa yang pernah dilakukan Rosulallah atau para sahabat di masa-masa kejayaan saat Islam berkuasa.

Hari itu, disebut dengan hari Fathul Makkah ; penaklukan kota Mekkah,  dimana Rasulullah Saw datang bersama pasukan berkekuatan 10.000 tentera dengan persenjataan yang lengkap. Abu Sufyan, pemimpin Quraisy memperhatikan kekuatan itu dari atas sebuah bukit. Ia berkata kepada Abbas, paman Rasulullah Saw. “Wahai Abas, tak seorangpun yang sanggup dan kuat menghadapi pasukan sehebat ini.”

Namun apakah Nabi Saw melampiaskan dendamnya pada saat berkuasa seperti itu? Apakah Nabi mencari Hindun dan Wahsyi yang telah membunuh dan memakan jantung Hamzah paman nabi? Apakah Nabi membalas dendam atas kematian Mus’ab bin Umair di perang Uhud yang mayatnya dicincang orang kafir?

Tidak , tidak! Pada masa itu baginda tidak menghukum sesiapapun. Baginda Saw menyebarkan rahmat dan cinta kasih kepada orang
Mekkah yang selama ini memusuhinya dan ingin menghancurkannya. Pada masa itu baginda Saw memaafkan mereka semua seraya berkata:

“Siapa yang masuk ke dalam Masjidil Haram dia telah aman,  siapa yang masuk ke dalam rumah Abu Sufyan dia telah aman dan siapa yang masuk rumahnya dan menutup pintunya maka dia telah aman .”

Tentu kita tahu kisah Muhamad Al Fatih ketika menaklukan Konstatinopel. Ketika  sang penakluk berhasil memasuki salah satu gereja, beliau begitu menghargai dan melindungi orang Nasrani yang saat itu takut diserang. Atau saat seorang Muslimah dilecehkan auratnya oleh yahudi Qainuqo, maka dari itulah Rosulallah melakukan pengusiran yahudi Qainuqo dari tanah Madinah.

Betapa rindunya kami umat Islam kepada pemimpin seperti Rosuallah dan para sahabat, semoga Allah Swt menolong kami dan mensegerakan perjuangan umat Islam hingga mengapai kejayaannya. Aamin Wallahu’Alam bi Shawab. [syahid/]

Sumber :voa-islam.com