Prancis Mau Hapus Sejumlah Ayat dalam Al-Qur’an, Ini Respons Pedas Turki
Presiden Erdogan (tengah) respons pedas rencana Prancis mau hapus ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an
10Berita, ANKARA Hubungan antara Ankara dengan Paris, sudah mengalami ketegangan semenjak perbedaan sikap kedua negara besar tersebut mengenai Suriah.
Ketegangan semakin bertambah saat Presiden Erdogan secara tegas menolak surat terbuka Prancis yang ditandatangani 300 tokoh di sana. Surat itu menyerukan ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an untuk dihapus dari kitab suci umat Islam tersebut.
Para penandatangan, termasuk mantan Presiden Nicolas Sarkozy, berpendapat ayat-ayat yang “menyebarkan ide-ide kekerasan dan anti-semit (Yahudi)” mesti dihapus dari Al-Qur’an. Langkah ini spontan mendapat respons pedas dari Presiden Erdogan dan para menteri dari Partai AK.
“Apakah ini tempat Anda untuk membuat pernyataan seperti itu? Kami melihat ini hanya sebagai cerminan ketidaktahuan Anda. Anda tidak berbeda dengan Daesh (ISIS) … Tidak peduli berapa banyak Anda menyerang apa yang suci bagi kami, kami tidak akan melakukan hal yang sama. Kami tidak tercela,” kata Erdogan dalam sebuah pidato seperti dikutip Reuters, Kamis (10/5).
Di tengah pertikaiannya dengan Prancis terkait menifesto penghapusan sejumlah ayat dalam Al-Qur’an itu, Turki secara resmi menangguhkan pembukaan setiap departemen studi Prancis di berbagai Universitas di negara bekas kekhalifihan itu, Kamis (10/5).
Seorang pejabat Dewan Pendidikan Tinggi Turki mengatakan bahwa universitas di negara tersebut tidak akan membuka departemen studi Prancis baru. Sebanyak 16 departemen studi Prancis yang telah terdaftar sebelumnya dan tidak memiliki siswa, tidak akan diizinkan untuk menerima siswa baru.
Sementara 19 departemen studi Prancis lainnya yang saat ini memiliki siswa dan terdaftar, akan diizinkan untuk menerima siswa baru dan melanjutkan tahun akademik secara normal.
Pejabat Dewan Pendidikan Tinggi Turki mengatakan, kebijakan pembatasan pada departemen studi Prancis adalah bagian dari hubungan “timbal balik” Turki untuk Prancis, karena di Prancis, tidak ada program sarjana yang menawarkan sastra Turki.
Prancis adalah salah satu negara yang menjadi pengkritik paling vokal atas operasi militer Turki di Suriah utara melawan YPG/PYD, yang dianggap Turki sebagai organisasi teroris.
Ankara mengatakan bahwa janji Paris untuk membantu menstabilkan wilayah yang dikuasai oleh pasukan yang didominasi kelompok teror PYD/PKK adalah dukungan terhadap terorisme. Oleh karenanya, hal itu dapat menjadikan Prancis sebagai “target Turki”. (MNM/Salam-ONLINE)
Sumber: Reuters, Salam Online.