Sejarawan Yahudi: Seperti Kapal Titanic, Zionisme Akan Tenggelam
10Berita – Ahli sejarah terkemuka Yahudi, Ilan Pappé mengomentari klaim sepihak Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel. Menurutnya hal ini menunjukkan bahwa Washington tidak tertarik membantu Palestina mewujudkan kedaulatan mereka.
Berbicara di Forum Al-Jazeera ke-12, Pappé menyebut sikap Trump harus diartikan keberadaan AS sebagai mediator perdamaian tidak lagi penting. Hal ini harus disadari rakyat Palestina, imbuhnya.
Selain itu, sejarawan yang lahir di Israel tersebut menjelaskan bahwa ia mendukung agar warga Palestina kembali menguasai tanahnya. Menurutnya, hal itu didasari dua prinsip. Pertama prinsip moral, dan kedua masa depan Yahudi di Palestina.
Pappé melanjutkan, sejak dulu pemerintahan Amerika selalu berusaha meyakinkan bahwa mereka mediator perdamaian yang tepat. Ini senantiasa digaungkan bahkan sejak sebelum masa pemerintahan Trump.
Namun sejatinya, lanjut Pappé, pemerintah Amerika justru membangun dan mempertahankan proyek zionis di tanah Palestina. Termasuk proyek perluasan permukiman Yahudi.
Ilan Pappé adalah seorang sejarawan dan penulis yang menerbitkan 15 karya tentang Timur Tengah. Salah satu karyanya adalah buku tentang ‘Pembersihan Etnis di Palestina (Ethnic cleansing in Palestine)’. Saat ini ia adalah Direktur Pusat Studi Palestina Eropa di Universitas Exeter Inggris.
Dilansir dari Aljazeera, Kamis (03/05), Pappé menyebut proses perdamaian dilakukan atas dasar yang tidak menguntungkan Palestina.
“Palestina tidak memiliki inisiatif. Mereka perlu melakukan inisitif dan bergerak maju dengan program-program mereka,” imbuhnya.
Selain itu, Pappé juga menilai keputusan Trump memindahkan Kedutaan Amerika dari Tel Aviv ke Al-Quds melanggar hukum internasional.
Ilan Pappé mengatakan, “Sikap Amerika setidaknya mengakhiri keyakinan Palestina bahwa proses perdamaian hanya dari Washington. Palestina harus memikirkan penyelesaian lain, yang tidak perlu intervensi Amerika di dalamnya.”
Terkait penjajahan Israel, Pappé menjelaskan saat ini ada enam juta Yahudi di Palestina. Pemukim saat ini merupakan generasi ketiga. “Generasi ketiga biasanya menikmati hak-hak etnis dan politik yang belum pernah dirasakan penduduk asli,” imbuhnya.
Namun menurut Pappé, banyak Yahudi di Palestina tidak menyadari bahwa hidup mereka dalam bahaya. Meskipun Israel menyebut posisi mereka aman, tapi yang terjadi sesungguhnya tidak demikian.
Pappé melanjutkan, “Biasanya majaz ini aku gunakan untuk masyarakat Yahudi di Palestina: Bahkan saat Anda berada dalam tempat terbaik di ‘Titanic’, tapi Anda tetap berada di dalam ‘Titanic’ dan akan tenggelam begitu kapal tenggelam.”
“Aku seorang Yahudi dan terlahir di Israel. Aku selalu memperhatikan masyarakat dan kerabatku. Aku mengatakan hal ini karena menjadi kewajiban moral, dan aku yakin ini yang terbaik bagi masa depan mereka,” pungkasnya. (dwt)
Sumber : Eramuslim