Seorang Anak Yatim Korea dan Tentara Turki: Kisah Ayah-anak yang Tidak Biasa
10Berita –Di sebuah negara yang membara karena api peperangan, seorang anak perempuan berumur lima tahun meringkuk kedinginan, sembari melihat sekelilingnya, matanya menyipit ketakutan.
Saat itu musim dingin tahun 1950 ketika temperatur turun hingga minus 35 derajat. Gadis itu, yang hanya menggenakan pakaian yang compang-camping, menangis sangat keras begitu keras hingga seperti paru-parunya akan meledak. Dalam jam tergelap di kehidupan sangat singkatnya, gadis kecil ini ditemukan oleh seorang tentara muda Turki yang menjaga gadis kecil Korea ini setelah mempelajari bahwa seluruh keluarganya telah terbunuh.
Meskipun zona perang dan markas militer dengan ribuan tentara bukanlah tempat yang sempurna untuk membesarkan seorang gadis kecil, Süleyman melakukan apapun yang dia mampu untuk membuat gadis ini merasa di rumah dan menjadi seorang ayah baginya. Gadis kecil Korea yang Süleyman temukan ialah Ayla yang telah hilang selama 60.
Perang Korea
Antara tahun 1950 dan 1953, Semenanjung Korea bertahan melalui salah satu masa paling mematikan sejarahnya. Pada 25 Juni, 1950, perang dimulai ketika sekitar 75.000 tentara dari Tentara Rakyat Korea Utara menyeberangi perbatasan antara Republik Rakyat Demokratik Korea dukungan Soviet di utara dan Republik Korea pro-Barat di selatan.
Dalam hitungan detik, seluruh Semenanjung Korea berubah menjadi taman bermain bagi kedua pihak dalam Perang Dingin.
Sebelum minggu itu berakhir, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan bantuan militer untuk Korea Selatan, dan Turki merupakan negara kedua yang menjawab seruan PBB, setelah AS.
Ayla mencium Sersan Süleyman Dilbirliği sementara pasukan Turki berada di Korea Selatan selama Perang Korea (DS)
Turkish Brigade, sebuah Brigade Infanteri Tentara Turki, diberangkatkan menuju Korea Selatan untuk membantu pihak Korea Selatan menjaga rumah mereka tetap utuh. Namun, Sersan Süleyman, seorang tentara Turki berumur 25 tahun, mungkin tidak pernah berpikir bahwa hidupnya akan berubah selamanya ketika dia secara sukarela pergi ke Korea Selatan.
Ketika takdir menetapkan
Di hari yang menentukan itu ketika kehidupan dan hati Süleyman berubah selamanya, batalionnya sedang bertempur melawan musuh di tengah malam. Setelah pertarungan sengit itu mereda, para tentara Turki melihat pergerakan diantara semak-semak di belakang mereka. Mengira itu musuh yang bersembunyi, semua tentara mengarahkan senjata mereka ke semak-semak; namun, Sersan Süleyman yang cukup berani untuk berjalan memasuki semak-semak untuk menghadapi musuh.
Memang, ada seseorang yang sedang bersembunyi di semak-semak, namun itu bukanlah musuh: itu adalah seorang gadis yang ketakutan, menangis. Süleyman mengangkatnya dan memeluk gadis itu untuk membuatnya merasa aman. Gadis itu tidak mempunyai identitas, rumah ataupun keluarga yang masih hidup. Süleyman tidak bisa meninggalkannya di sana; dia tidak mempunyai pilihan kecuali membawa gadis itu dengannya.
Para tentara Turki menyambut dengan tangan terbuka gadis itu. Mereka merawatnya dan mencarikannya pakaian. Dia adalah maskot dan favorit semua anggota brigade. Tidak hanya Süleyman yang telah seperti ayah baginya tapi seluruh kamp militer menjadi keluarganya. Segera, Süleyman menamainya “Ayla” (Bulan) seperti wajahnya yang bersinar di bawah bulan purnama ketika dia menemukannya.
Menjadi gadis yang pintar, Ayla mempelajari bahasa Turki dalam waktu yang sangat singkat, dan dia bahkan mulai membantu para tentara menerjemahkan bahasa. Selama satu setengah tahun, Ayla dan Süleyman menjadi tidak terpisahkan; nemun, setiap dongeng akan selalu berakhir.
Sebuah perpisahan yang memilukan
Ketika waktunya telah datang bagi tentara Turki untuk meninggalkan Korea dan pulang, Süleyman ingin membawa Ayla dengannya, tapi itu tidak mungkin. Dengan air mata yang membasahi wajah mereka, Süleyman dan Ayla, yang disatukan oleh perang, dipisahkan kembali oleh perang yang sama. Süleyman kembali ke Turki, sementara Ayla ditempatkan di sebuah panti asuhan, Ankara School, yang didirikan oleh pemerintah Turki bagi anak-anak yatim piatu Korea agar dapat menerima pendidikan.
Selama bertahun-tahun, Süleyman selalu memikirkan Ayla. Ketika Korea Selatan mengirimkan tim penyelamat setelah Gempa Gölcük yang mengguncang Turki pada 1999, dia berharap Ayla akan datang dan mencarinya. Ketika Tim Sepakbola Nasional Turki bermain di Piala Dunia di Korea Selatan pada tahun 2002, Süleyman memperhatikan para penonton di TV, berharap bisa sekilas melihat Ayla, namun dia tidak pernah bisa.
Pada umur 85, Sersan Süleyman Dilbirliği menghadiri penyambutan yang diadakan untuk memperingati 60 tahun Perang Korea. Selama penyambutan itu, Süleyman berbagi kisahnya pada sesama tentara dan pejabat Turki serta Korea. Setelah mendengarkan kisahnya, seorang jurnalis Korea Selatan mulai menyelidiki kisah itu, dan semua arsip pemerintah dipindai secara detail. Sayangnya, arsip-arsip Ankara School telah hilang setelah bangunan yang lama dihancurkan untuk dibangun sebuah taman. Sebuah channel TV Korea melacak anak-anak yatim dan lulusan Ankara School, namun tidak ada yang terjadi.
Bagaimana Ayla ditemukan
Ketika harapan hampir pupus, seorang pria mengklaim bahwa saudara perempuannya terus berhubungan dengan Ayla bertahun-tahun setelah lulus, dan nama resminya ialah Kim Eunja. Ketika dia berkunjung ke rumahnya, Ayla yang telah berumur 65 tahun menunjukkan foto-foto lama. Dengan menangis, Ayla mengatakan Süleyman adalah pahlawannya.
Setelah penemuan itu, pemerintah Korea mengundang Süleyman untuk bertemu dengan Ayla, dan pada tahun 2010, ayah dan anak yang telah terpisah lama saling berpelukan di taman yang dulunya bangunan Ankara School di mana Süleyman harus meninggalkan Ayla hampir 60 tahun lalu. Pensiunan sersan itu hanya bisa mengatakan “Ini telah berakhir nak. Aku di sini.”
Mereka seringkali saling mengirimkan surat selama bertahun-tahun, dan Ayla menunjuk Dilbirliği sebagai ayahnya dan istri Dilbirliği sebagai ibunya dalam surat-suratnya.
Pada tahun 2017, kisah mengharukan Ayla dan Sersan Turki Süleyman menginspirasi lahirnya film “Ayla: The Daughter of War” yang dipilih sebagai kandidat resmi Turki untuk film berbahasa asing terbaik di Oscar. Meskipun film itu tidak dapat mencapai daftar pendek, kisah gadis kecil Korea dan seorang tentara Turki telah membuat haru jutaan hati orang di seluruh dunia.
Selama promosi film itu, Ayla dan Süleyman berkesempatan bertemu beberapa kali. Namun, reuni terakhir mereka terjadi di rumah sakit di mana veteran perang Turki itu dirawat karena kegagalan pernafasan di Istanbul.
Süleyman hanya bisa memberi isyarat dengan tangannya karena kondisi kesehatannya yang lemah, sementara Kim langsung menangis ketika melihat pria yang dia sebut “ayah” di ranjang rumah sakit. Süleyman 91 tahun dan Ayla 71 tahun saling mengucapkan selamat tinggal untuk yang terakhir kalinya. Süleyman, yang telah berada di bawah perawatan Rumah Sakit Penelitian dan Pelatihan Haydarpasa Numune sejak 12 November 2017 meninggal karena kegagalan beberapa organ pada 7 Desember 2017.
Kesayangan bangsa
Meskipun Ayla kehilangan ayah angkatnya, Ayla tidak kehilangan sentuhannya dengan Turki dan rakyatnya: Dia telah menjadi bagian dari Turki.
Pada hari terakhir kunjungan resmi Korea Selatannya pada 3 Mei, Presiden Recep Tayyip Erdoğan menemui Ayla 72 tahun di hotel di mana dia menginap selama di Seoul.*
Ayla – atau Eunja Kim – saat ini tinggal di Korea dengan anak dan cucunya.*/Nashirul Haq AR
Sumber : Hidayatullah.com