Sudirman Said Ingin Jawa Tengah Jadi Rumah Bersama Para Santri
10Berita, Pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur Jawa Tengah yakni Sudirman Said-Ida Fauziah mengikuti acara Debat Terbuka Pigub Jawa Tengah putaran ke-2 di Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (3/5). TEMPO/Ahmad Rafiq
TEMPO.CO, Semarang - Calon Gubernur Jawa Tengah nomor urut 2, Sudirman Saidmengatakan Jateng adalah wilayah yang memiliki pondok pesantren dengan jumlah yang banyak. Ia tak sepakat jika Jateng disebut sebagai kandang banteng yang mengacu dengan daerah kekuasaan PDIP.
"Saya ingin mengawali silaturahmi di sini dengan sebuah pertanyaan, apa betul Jateng ini kandang banteng? Karena faktanya, ternyata jumlah pesantrennya sangat banyak, ada 5.800 pesantren, di mana-mana muncul simbol keagamaan,” kata Sudirman di Pondok Pesantren Al Falah, Songgom, Kabupaten Brebes pada Sabtu malam, 19 Mei 2018.
Bersama Ida Fauziyah, kata Sudirman, ia ingin mengubah paradigma anggapan kandang banteng di Jateng menjadi rumah bersama bagi para santri. "Jateng bukan kandang banteng. Ini adalah rumah bersama, rumah orang beriman, rumah santri dan rumah orang beragama," ujarnya.
Menurut Sudirman, alasan tersebut dilontarkan karena jika umat dan para santri masih terpinggirkan, maka hal tersebut tidak baik bagi pembangunan di Jateng. Salah satu hal yang ia sorot adalah perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Tengah saat ini yang dinilai masih minim perhatian terhadap pendidikan Islam, salah satunya pesantren.
Sudirman dan Ida pun menjanjikan akan fokus pada pembangunan Jateng di bidang pembaruan manusia yang cerdas, sehat, dan berakhlak mulia. Salah satunya akan dilakukan lewat pengembangan pesantren dan pendidikan Islam Menurut mantan Direktur Utama PT PINDAD ini, perkara pembangunan infrastruktur yang keras bisa dilakukan belakangan, karena yang utama adalah pembangunan manusia.
Dalam silaturahim itu, Sudirman juga menyebut 22 janji kerjanya dengan 3 program utama, yakni pengentasan kemiskinan dari 12 persen menjadi 6 persen, menciptakan 5 juta lapangan kerja, serta menciptakan pemerintahan yang bebas dari korupsi.
“Perkara semen, goron-gorong jalan raya itu bisa dicapai belakangan. Kalau kita ngebut di urusan infrastruktur keras, tetapi manusianya bukan manusia yang berdaya, bukan manusia yang punya akhlak, berketerampilan, maka pembangunan fisik sebesar apapun akan hancur,” kata Sudirman.
Sumber : tempo.co