OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 26 Juni 2018

Bekal Mencoblos ala Buya Yahya: Calon yang Terbukti Berjuang untuk Umat

Bekal Mencoblos ala Buya Yahya: Calon yang Terbukti Berjuang untuk Umat

muhammad abdus syakur/hidayatullah.com

10Berita – Ulama Jawa Barat asal Cirebon, Ustadz Yahya Zainul Maarif atau dikenal dengan Buya Yahya, menyampaikan sejumlah tips dalam memilih calon memimpin, menyambut Pilkada Serentak yang akan digelar besok, Rabu (27/06/2018).

Pengasuh LPD Al-Bahjah itu berpesan kepada umat agar menjadikan lima hal berikut untuk bekal hati dalam memilih.

“Pertama; niat yang mulia yang dibarengi shalat hajat, istikhoroh,dan permohonan kepada Allah Subhanahu Wata’ala,” sebutnya sebagaimana dirilis lewat fanspage resmi terverifikasinya di Facebook, @buyayahya.albahjah, baru-baru ini.

Kedua, tentang kedekatan calon pemimpin kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Ketiga, kedekatan calon dengan hamba-hamba Allah Subhanahu Wata’ala. “Dalam arti telah terbukti dalam hidupnya ada perjuangan untuk umat agar semakin dekat kepada Allah Subhanahu Wata’ala,” jelasnya.

Keempat, mengenai siapa saja yang berada di sekitar calon tersebut.

“Pemimpin yang baik jika yang menemaninya adalah orang yang tidak takut kepada Allah Subhanahu Wata’ala, maka amat sulit baginya untuk menegakkan sebuah kebenaran atau menghentikan kemungkaran,” terangnya.

Kelima, tambah Buya Yahya, perlunya bertawakal. Berserah kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang Maha Memberi petunjuk dan bimbingan.

Ia juga berpesan, “Wahai saudaraku, Anda di ambang pemilihan calon pemimpin. Tidak ada yang menyelamatkan Anda dari fitnah kecuali jika Anda menjalani proses pemilihan ini dengan penuh kerinduan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan merasakan sebuah tanggung jawab besar dihadapan Allah Subhanahu Wata’ala.”

Menurutnya, jangan memilih siapapun kecuali terbetik di hati calon pemilih makna kejayaan Islam dan umat Islam di bawah pengayoman pemimpin yang dipilih, sekaligus sadari bahwa peran hati sangatlah menentukan pilihan tersebut.

“Hati inilah yang akan menumbuhkan amanat dan tanggung jawab di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala. Amanah yang ada di pundak Anda adalah amat besar. Sekali Anda memilih seorang calon sementara Anda sadar secara lahir ada tanda-tanda ketidakbaikan padanya dan Anda pun tetap memilihnya. Apalagi jika pilihan Anda berangkat dari kepentingan Anda pribadi atau imbalan materi.

Jika ternyata pemimpin itu adalah benar-benar pemimpin yang culas, korup dan berkhianat kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan agama Allah Subhanahu Wata’ala, maka Anda adalah salah satu orang yang mempunyai saham dalam dosa-dosa bersama pemimpin tersebut.

Setiap dosa yang dilakukan pemimpin tersebut jika dilakukan atas dasar kepemimpinan yang Anda berikan kepadanya adalah tabungan dosa buat Anda yang telah memilihnya. Menjaga amanat yang dibebankan kepada Anda adalah kejernihan pikir dan hati Anda di saat memilih dengan tidak terpengaruh oleh rupiah, hadiah, dan janji jabatan yang diberikan kepada Anda atau hubungan persaudaraan atau organisasi dan partai.

Hadirkan di hati Anda kejayaan Islam dan umat Islam di saat hendak memilih. Jauhkan kepentingan-kepentingan yang tidak karena Allah Subhanahu Wata’ala,” wejangnya panjang lebar.*

Sumber : Hidayatullah.com