Djarot Kalah. Megawati: Kasihan, Masih Muda Disuruh Nganggur
Djarot saat di Balai Kota pasca kekalahan di Pilkada DKI-Referensi pihak ketiga
10Berita, Jika melihat hasil quick count Pilgub Sumut, paslon Djarot-Sihar hampir bisa dipastikan kalah. Menurut LSI, Eramas mendapat 57,12% dan Djoss 42,88%. Dengan rentang selisih yang cukup besar yakni 14,24% peluang Djoss membalik posisi di real count KPU agak tipis.
PDI-P sebagai partai pengusung Djoss agaknya sadar betul kondisi ini. Djarot sendiri dikabarkan stress menghadapi kekalahan keduanya di Pilkada.
Yah, wajarlah. Kekalahan memang sulit diterima, itu manusiawi.
Referensi pihak ketiga
Tapi mengapa paslon PDI-P bisa kalah di Sumut? Padahal partai ini punya basis massa yang lumayan besar di sana. Di DPRD, PDI-P adalah pemegang 16 kursi, kedua terbanyak setelah Golkar.
Ternyata bukan hanya kali ini saja pasangan usungan PDI-P kalah di Pilgub Sumut. Di tahun 2008, PDI-P pernah mengusung Tritamtomo-Benny Pasaribu. Mereka kalah dengan perolehan suara 21,69% suara.
Lalu kekalahan itu berlanjut pada 2013 saat PDI-P bersama PDS dan PPRN mengusung Effendi MS. Simbolon-Djumiran Abdi. Perolehan suaranya ketika itu 24,34% (merdeka.com/28/06/2018).
Sekarang di Pilkada 2018, Djarot melengkapi kekalahan itu.
Referensi pihak ketiga
Dengan sekian banyak sejarah kekalahan di Pilgub Sumut, nyatanya PDI-P tak kunjung belajar dari kegagalannya. Bengal.
Djarot-Sihar memang pantas kalah. Pasalnya Djarot bukan sosok yang membumi di tanah Sumut. Ia pendatang, ia orang asing. Meski masyarakat Sumut dikenal sebagai sosok terbuka dan tak bersekat namun untuk membiarkan ‘orang asing’ memimpin di tanahnya? Ups, tak semudah itu.
Bagaimana bisa kawanan singa dipimpin banteng? Begitu, kan?
Di sisi lain, kehadiran Sihar Sitorus sebagai cawagub malah membawa masalah. Menurut pengamat politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Arifin Saleh Siregar, keberadaan Sihar justru menguatkan politik identitas yang selama ini tak tampak. Masyarakat jadi terbelah, terkotak-kotak.
Situasi ini tak sehat.
Nah, perlawanan masyarakat Sumut ditunjukkan dari bilik suara.
Ketum PDI-P, Megawati SP-Referensi pihak ketiga
Oh, ya taukah Anda mengapa Megawati mengutus Djarot berlaga di Pilkada Sumut? Ternyata karena kasihan.
“Kasihan, masih muda disuruh nganggur,” jelas Mega di kantor DPP PDI-P Menteng, Jakarta (kompas.com/04/01/2018).
Ooo gitu ya...
Sumber :UC News