Pertumbuhan Ekonomi Jokowi, A Mission Impossible
10Berita – Anggota Komisi XI DPR Willgo Zainar mempertanyakan asumsi pertumbuhan ekonomi 2019 yang disusun tim ekonomi Presiden Joko Widodo. Terlalu muluk, realisasi jeblok.
Seperti diketahui, pemerintah menginsyaratkan pertumbuhan ekonomi pada 2019, bisa berada di kisaran 5,2%-5,6%.
Kata kader Gerindra ini, asumsi tersebut sangatlah tidak realistis dengan perkembangan ekonomi global dan dalam negeri. Tahun ini saja, pertumbuhan ekonomi menclok di angka 5,06%. Masih jauh dari amanat APBN 2018 sebesar 5,4%.
“Artinya sampai dengan akhir tahun bisa mencapai 5,1 persen, itupun cukup alot. Bagaimana mungkin bisa mencapai target yang ditetapkan APBN 2018 sebesar 5,4 persen. Ini imposible tercapai,” kata Willgo.
Anak buah Prabowo ini, menyebutkan, faktor dalam negeri berpotensi memengaruhi realisasi pertumbuhan ekonomi 2018 yang disebut-sebut sebagai tahun politik.
Semisal, momentum pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak yang digelar di 171 daerah pada 27 Juni 2018, mempengaruhi iklim usaha dan investasi.
Sedangkan dari eksternal, lanjut Willgo, ketidak pastian (uncertainty) global yang dipantik kebijakan bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR), bisa berdampak besar bagi ekonomi Indonesia.
“Geopolitik di kawasan juga masih belum stabil. Perang tarif dan perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina dan lainnya juga menjadi faktor penentu pertumbuhan ekonomi kita,” ucap Willgo.
Anggota Badan Anggaran DPR ini mengestimasi, realisasi pertumbuhan ekonomi 2018 mentok-mentok hanya 5,2%.
Sementara tahun depan, pertumbuhan ekonomi tak akan jauh-jauh dari 5,2%-5,4%. “Kemungkinan yang bisa dicapai adalah batas bawah 5,2 – 5,25 persen dengan extra effort yang tidak mudah,” ujarnya.
Pada Selasa (5/6/2018), pemerintah bersama Komisi XI DPR mengelar rapat kerja membahas asumsi makroekonomi. Di mana disepakati bahwa pertumbuhan ekonomi 2019 berkisar 5,2%-5,6%. Angka tersebut lebih rendah ketimbang asumsi yang diajukan sebelumnya sebesar 5,4%-5,8%.
Selain menyepakati asumsi pertumbuhan ekonomi, Komisi XI dan pemerintah juga menyepakati target inflasi sebesar 2,5%-4,5%, nilai tukar rupiah terhadap US$ berkisar Rp13.700-Rp14 ribu per US$, suku bunga SPN 3 Bulan sebesar 4,6%-5,2%.
Dalam rapat kerja tersebut juga dibahas prediksi tingkat pengangguran terbuka (TPT) di kisaran 4,8%-5,2%, tingkat kemiskinan 8,5%-9,5%, rasio gini 0,38-0,39, dan target indeks pembangunan manusia (IPM) sebesar 71,98. []
Sumber :inilah