OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 06 Juni 2018

PSI Dicap Tak Tahu Diri, Partai Beramai-Ramai Beri Nasihat

PSI Dicap Tak Tahu Diri, Partai Beramai-Ramai Beri Nasihat


Ilustrasi Via Indeksnews

Sumber.com - Partai Solidaritas Indonesiakerap jadi sorotan. Selain soal konsep partai yang merangkul kawula muda, partai ini sering dikritik karena elite didalamnya yang sering mengeluarkan pendapat secara berani. Bahkan, kader PSI berani menyerang senior-senior partai lain yang sudah lebih dulu.

Sekjen Raja Juli Antoni adalah salah satu tokoh yang dimaksud. Terakhir, Toni menyebut kalau pertemuan Prabowo Subianto-Amien Rais dengan Habib Rizieq Syihab di Mekah ‘gatot’ alias gagal total. Partai lain pun bersuara.

Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtara Mardani Ali Sera mengatakan partai PSI yang notabene merupakan muka baru di kancah politik tanah air sering mengeluarkan argumen yang tidak mengukur diri. Mardani menilai, PSI harus banyak belajar sebelum berkomentar.

“Komen keluarnya banyak dan sering tidak mengukur diri. Nampaknya perlu banyak belajar,” katanya Senin (4/6).

Mestinya, menurut Mardani setiap partai harus lebih mengurus kondisi internal partai ketimbang terlalu peduli pada partai lain.

“Dalam politik itu kita sibuk mengurus partai sendiri dan tidak banyak komen tentang gerakan partai lain atau kelompok lain,” tutur Wakil Ketua Komisi II DPR itu.

Sementara itu, Ketua DPP Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir menilai bahwa dalam menyikapi pertemuan Habib Rizieq, Amien Rais dan Prabowo, PSI dinilai gagal faham. Inas memahami pertemuan tersebut sebagai upaya lobi Prabowo agar Rizieq tidak mengajukan diri sebagai capres.

“Menurut saya, pertemuan itu hanya lobi Prabowo kepada Rizieq agar mundur dari pencalonan presiden di mana Rizieq direkomendasikan Persaudaraan Alumni 212 di nomor 1 dan Prabowo nomor 2. Hal itu yang tidak dibaca oleh PSI,” katanya, Senin (4/6).

Namun, mundurnya Habib Rizieq dari daftar itu disebut Inas disertai syarat koalisi tertentu. Habib Rizieq mendorong Gerindra bersama PKS, PAN, dan PBB membentuk Koalisi Keumatan. Inas mengatakan, pertemuan ini bukan gagal total melainkan justru berbuah manis karena menghasilkan koalisi dari empat partai.

Sebelumnya, sosok di PSI yang menuai perhatian adalah Tsamara Amany, yang protes atas cuitan Waketum Gerindra Fadli Zon yang menyebut Indonesia butuh pemimpin seperti Vladimir Putin yang tidak planga-plongo.

Bagi Tsamara, Putin adalah sosok yang otoriter, mengekang kebebasan pers, dan membiarkan korupsi. Pernyataan itu, dikritik media Rusia berbahasa Indonesia, RBTH, yang menolak anggapan itu.

Tsamara merepons dan menyebut RBTH adalah media sarana kampanye Rusia di dunia Internasional. Sehingga sangat wajar RBTH membela citra pemimpin Rusia, Vladimir Putin. Padahal, komentar Tsamara ditujukan untuk warga Indonesia bukan Rusia.

Sumber :UC News