Puasa Syawal 6 Hari, Dianggap 360 Hari?
10Berita, SETELAH Idul Fitri tentu kebanyakan orang lebih memilih untuk menikmati kemenangannya setelah berpuasa sebulan penuh. Di mana, yang tadinya tidak bisa makan di siang hari, kini diperbolehkan lagi untuk tidak berpuasa. Di situlah godaan terbesar umat muslim. Mengapa demikian? Tahukah Anda, berpuasa 6 hari setelah Ramadhan itu memiliki keutamaan khusus lho. Dan kebanyakan orang mengabaikan ini.
Dari Abu Hurairah RA, dan Ayyub RA, Nabi SAW bersabda, “Siapa berpuasa Ramadhan, lalu disambung dengan 6 hari puasa Syawal, maka ia dianggap setahun penuh,” (HR. Muslim).
Itulah makna, “Siapa berbuat satu amal baik, pahalanya 10 kali lipat amalnya,” (QS. Al-An’am: 160).
Sebab 1 tahun = 360 hari, sedang puasa Ramadhan 30 hari = 30 x 10 = 300 hari, sisa 6 hari. Dan yang puasa 6 hari bulan Syawal berarti = 60 hari, yang berarti pula telah berpuasa selama 360 hari atau setahun penuh. Itulah makna sabda beliau SAW, “Siapa puasa Ramadhan, lalu disambung dengan 6 hari puasa bulan Syawal, maka ia dianggap setahun penuh,” (HR. Muslim).
Ada yang beralasan khawatir meniru perbuatan kaum nasrani/ ahli kitab yang suka berlebihan/ menambah yang fardhu. Akan tetapi, alasan itu tidak terbukti nyata/ dipatahkan, akibat diputusnya tasyabbuh dengan berbuka di saat Idul Fitri dan lebih jelas lagi adanya pemisah antara yang fardhu dengan yang sunnah yakni puasa Ramadhan/ yang fardhu, sedang puasa 6 hari Syawal/ yang sunnah. (Durratul Wa’idhin)
Nabi SAW bersabda, “Sungguh, Allah menciptakan langit dan bumi pada 6 hari maka siapa puasa pada hari bulan Syawal, maka siapa puasa pada hari-hari tersebut, Allah mencatat baginya kebaikan sejumlah kebaikan tiap makhluk-Nya, dan perbuatan buruknya dihapus, serta dinaikkan derjatnya.”
Subhanallah bukan, ternyata fadhilah dari puasa syawal 6 hari itu bergitu besar. Sungguh sangat disayangkan jika kita meninggalkannya. Akan tetapi, kembali lagi bahwa puasa Syawal ini adalah puasa sunnah. Dan Allah tidak membebani hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya. Karena kenikmatan yang akan diperoleh jika berpuasa itu tetap tidak akan kita dapatkan, jika kita tidak ikhlas melaksanakannya. Wallahu ‘alam. []
Sumber: Tarjamah Duratun Nasihin/Karya: Ust. Abu H.F. Ramadlan BA/Penerbit: Mahkota Surabaya, Islampos