OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 12 Juni 2018

Ramadhan Hampir Usai, Apakah Khawatir Amalan Tidak Diterima?

Ramadhan Hampir Usai, Apakah Khawatir Amalan Tidak Diterima?

10Berita, PARA ulama salaf terdahulu begitu semangat untuk menyempurnakan amalan mereka, kemudian mereka berharap-harap agar amalan tersebut diterima oleh Allah dan khawatir jika tertolak. Merekalah yang disebutkan dalam firman Allah (yang artinya), “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut.” (QS. Al Mu’minun: 60)

Ibnu Diinar mengatakan, “Tidak diterimanya amalan lebih kukhawatirkan daripada banyak beramal.” Abdul Aziz bin Abi Rawwad berkata, “Saya menemukan para salaf begitu semangat untuk melakukan amalan sholih. Apabila telah melakukannya, mereka merasa khawatir apakah amalan mereka diterima ataukah tidak.” Sebagian ulama sampai-sampai mengatakan, “Para salaf biasa memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya, mereka memohon kepada Allah agar amalan mereka diterima.”

‘Umar bin ‘Abdul Aziz berkata tatkala beliau berkhutbah pada hari raya Idul Fithri, “Wahai sekalian manusia, kalian telah berpuasa selama 30 hari. Kalian pun telah melaksanakan shalat tarawih setiap malamnya. Kalian pun keluar dan memohon pada Allah agar amalan kalian diterima. Namun sebagian salaf malah bersedih ketika hari raya Idul Fithri. Dikatakan kepada mereka, “Sesungguhnya hari ini adalah hari penuh kebahagiaan.” Mereka malah mengatakan, “Kalian benar. Akan tetapi aku adalah seorang hamba. Aku telah diperintahkan oleh Rabbku untuk beramal, namun aku tidak mengetahui apakah amalan tersebut diterima ataukah tidak.”

Itulah kekhawatiran para salaf. Mereka begitu khawatir kalau-kalau amalannya tidak diterima. Namun berbeda dengan kita yang amalannya begitu sedikit dan sangat jauh dari amalan para salaf. Kita begitu “pede” dan yakin dengan diterimanya amalan kita. Sungguh, teramatlah jauh antara kita dengan mereka (Lathaif Al Ma’arif, 368-369).

Semoga perjumpaan dengan Idul Fithri, kita mendapatkan dua kebahagiaan, yaitu bahagia ketika berbuka dan bahagia ketika berjumpa kelak dengan Allah.

Taqobbalallahu minna wa minkum (Semoga Allah menerima amalan kami dan amalan kalian).  []

 

SUMBER: MUSLIM.OR.ID, Islampos.

Related Posts:

  • Wanita Berpakaian tapi Telanjang, Apa Maksudnya? Wanita Berpakaian tapi Telanjang, Apa Maksudnya? “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang … Read More
  • Syukur Membuatmu Kaya Syukur Membuatmu Kaya 10Berita SYUKUR itu artinya membuka. Mereka yang bersyukur adalah mereka yang membuka nikmat-Nya, sehingga bukan hanya dia yang merasakannya. Mereka yang di sekelilingnya pun mendapatkan cipratan a… Read More
  • Jagalah Lisanmu Sebelum Ia Membinasakanmu Jagalah Lisanmu Sebelum Ia Membinasakanmu Oleh : Wardah Alawiayah Van Gobelwardahodavangobel@gmail.com 10Berita   MULUTMU adalah harimaumu. Kalimat tersebut mungkin tak asing lagi bagi kita, apa lagi pada zam… Read More
  • Tak Bisa Kaya Meski Bergaji Besar, Mungkin Ini Penyebabnya Tak Bisa Kaya Meski Bergaji Besar, Mungkin Ini Penyebabnya 10Berita  MENJADI kaya adalah impian setiap orang. Sayangnya, banyak orang yang justru jatuh miskin karena terlilit utang dan tak pandai mengelola keuangan… Read More
  • Bagaimana Mencintai Allah Bagaimana Mencintai Allah   Referensi pihak ketiga 10Berita, Sesungguhnya kecintaan kepada Allah akan muncul dalam diri seseorang yang telah merasakan kebesaran dan keagungan Allah, sehingga ia pen… Read More