OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 06 Juni 2018

Rektor IPB Menolak Stigma Kampus IPB Terpapar Paham Radikal

Rektor IPB Menolak Stigma Kampus IPB Terpapar Paham Radikal


10Berita,  Bogor – Merespon pemberitaan terkait aliran sesat di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Rektor IPB Dr Arif Satria memberikan klarifikasi terkait hal tersebut. Arif menyatakan bahwa hal tersebut keliru dan ia pun menegaskan bahwa tidak pernah memberikan pernyataan tersebut. “Saya tidak pernah mengatakan ada aliran sesat di IPB,” jelas Arif kepada media, di Bogor, Selasa (5/6/2018).

Arif menjelaskan bahwa ia pernah diwawancarai oleh sebuah media pada hari Minggu (3/6/2018). Menurutnya terjadi kesalahan pengutipan, dan kesalahan penulisan dalam berita yang menyebutkan dirinya menyatakan bahwa ada aliran sesat pada tahun 2000-an. “Dalam berita tersebut, saya ditulis menyatakan bahwa ada aliran sesat pada tahun 2000-an. Padahal saya tidak pernah menyatakan ada aliran sesat,” jelas mantan Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB tersebut.

Ia menambahkan bahwa memang ada beberapa aliran yang dianggap oleh pihak luar sebagai aliran yang dianggap menjurus pada radikalisme, tetapi itu ada di masa lalu. Tapi kini, lanjutnya, IPB sudah sangat kondusif, terus meningkatkan komunikasi dengan para mahasiswa, meningkatkan komunikasi dengan para dosen, dan pada aktivis mahasiswa. “Karena saya kira aktivitas mahasiswa dan tenaga pendidikan, dosen itu punya komitmen yang sama untuk menjaga NKRI dan menjaga stabilitas kampus,” ujar Arif.

Arif mengaku tidak rela jika dibangun stigma bahwa paham radikal hidup di lingkungan kampus IPB. Saat ini banyak santri-santri di kampus, mahasiswanya memiliki religius yang tinggi. Kondisi ini lanjutnya, perlu disyukuri sebagaimana amanah para orang tua untuk IPB mendidik anak-anaknya menjadi orang yang pintar, berakhlak mulia dan taat beragaman.

“Jadi ini bagus, mahasiswa IPB jadi religius dan nasionalis yang menjadi kekuatan IPB. Karena akhlak dan moral bangsa, akan ditentukan dari moral dan akhlak generasi mudanya,” katanya.

Arif pun menyatakan dengan tegas menolak adanya stigmatisasi jika orang yang mengaji, beribadah, rajin ke masjid dianggap radikal. Hal tersebut membahayakan, membuat gaduh dan menciptakan sesuatu yang tidak kondusif. “Karena akhlak itu bersumber dari agama,” tegasnya.

Ia menerangkan bahwa IPB semaksimal mungkin berupaya membuat situasi kondusif, sebagaimana tugas IPB adalah untuk menciptakan SDM yang bagus, menghasilkan inovasi. Dan SDM yang bagus tersebut bisa memberikan kontribusi pada pembangunan. “Jangan sampai upaya-upaya yang mulia ini diganggu dengan stigma-stigma yang tidak perlu diteruskan lagi,” tegas Arif.

Sumber: KBN