OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 13 Juni 2018

Sukses Di Akhir Ramadhan, Why Not?

Sukses Di Akhir Ramadhan, Why Not?



Oleh : Dina Prananingrum, S.T* 

10Berita, Sedih! Tak lama lagi Ramadhan akan meninggalkan kita. Tamu istimewa yang sudah lama dinanti kini akan pergi. Padahal kita belum menjamunya dengan jamuan terbaik.

Setiap muslim memang selayaknya bersedih ketika belum mempersembahkan amalan terbaik saat Ramadhan akan berlalu. Jika di awal Ramadhan kita begitu bahagia dan bersemangat melakukan berbagai ibadah, sudahkah di sisa Ramadhan ini kita bersikap sama? Semakin semangat dan meningkatkan ibadah berburu pahala lailatul qodar, atau malah sebaliknya?

Diriwayatkan dari Hasan bin Abu al Hasan al Bashri pernah melewati suatu kaum yang sedang tertawa-tawa. Ia lalu berkata. " Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan yang penuh kerahasiaan bagi makhluk-Nya agar mereka saling berlomba di dalam ketaatan kepada-Nya. Suatu kaum sukses berada di depan, sementara banyak kaum lainnya tertinggal di belakang (gagal). Tentu sangat aneh jika orang tertawa-tawa pada hari yang di dalamnya mungkin mereka berhasil tetapi mungkin pula gagal."

Tentu setiap muslim tak ingin dikatakan "gagal" menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Di awal Ramadhan ia begitu semangat beribadah. Tapi, di akhir Ramadhan ia sibuk dengan urusan duniawi sehingga tidak sempat mengejar lailatul qodar. Pergi ke Mal membeli baju baru, sepatu baru, perabotan baru dll. Masjid-masjid semakin rapat dan maju shafnya. TPA yang biasa terdengar suara anak mengaji Quran, tak lagi riuh suaranya.

Di saat yang sama, mereka tetap berpuasa. Berjuang dan berkorban menahan lapar dan haus di tengah berbagai aktivitas. Juga bersusah payah menahan syahwat sampai terbenam matahari. Puasa seperti inilah yang sering dilakukan kebanyakan orang. Puasanya orang awam yang minim ilmu.

Puasa sekedar menahan lapar, haus dan syahwat saja. Puasa yang tidak menghadirkan idrak sillah billah (kesadaran hubungan dengan Allah). Sehingga ia sekadar menggugurkan kewajiban saja. Menjalankan ibadah puasa dan sholat sekedar sebagai rutinitas mengikuti arus. Ketika orang ramai-ramai ke masjid, ia ikut ke masjid. Ketika di masjid mulai sepi, ia pun ikut malas ke masjid. Inilah yang dikatakan muslim yang "gagal".

Berbeda dengan puasanya orang shalih. Puasa tidak sekadar menahan lapar, haus dan syahwat saja. Tapi juga memelihara telinga, mata, lisan, kaki dan seluruh anggota badan dari perbuatan dosa. Puasa ini didasari dengan keimanan yang kuat yakni senantiasa menghadirkan idrak sillah billah yaitu senantiasa merasa diawasi Allah dimana pun ia berada. Sehingga setiap gerak-geriknya ia sesuaikan dengan aturan Allah.

Ia menyadari dengan sepenuh hati bahwa menjalankan ibadah puasa harus meluruskan niat semata-mata ikhlas hanya mengharapkan ridha Allah SWT. Ia akan semakin takut kepada Allah. Ini ditunjukkan dengan makin terikatnya ia dengan akidah dan syariah Islam serta menjadikan akhirat sebagai pelabuhan terakhir tanpa melupakan dunia.

Tak hanya itu, ia pun akan berupaya mewujudkan ketakwaan dalam dirinya. Dan juga berupaya mewujudkan ketakwaan dalam masyarakat. Di tengah kekhusyukannya beribadah berburu lailatul qodar di penghujung Ramadhan, ia tetap peduli dengan kondisi masyarakat. Ia tetap menyeru masyarakat  agar bersegera meraih keberkahan dari Allah dengan menerapkan syariah Islam di seluruh aspek kehidupan sehingga terwujud masyarakat yang bertakwa. Allah SWT berfirman : "Seandainya penduduk negeri beriman dan bertakwa niscaya Kami membukakan bagi mereka berkah dari langit dan bumi." (TQS. Al A'araf :96).

Ia pun tetap rajin berangkat ke majelis ilmu, mengisi kajian, menulis artikel Islam. Jika ia seorang istri ia berbakti kepada suami, berbakti kepada kedua orangtua, membaca dan memahami al Qur'an. Begitu juga bila ia masih remaja dan sekolah. Aktivitas sehari-hari tentu tak lepas dari upaya untuk meningkatkan ketakwaan terlebih di bulan Ramadhan ini.  

Inilah muslim yang dikatakan sukses di bulan Ramadhan. Sukses mewujudkan takwa baik dalam level individu maupun di tengah-tengah masyarakat. Yakni individu dan masyarakat yang menerapkan seluruh syariah Islam secara sempurna. Ia berhak mendapatkan kebagian dari Allah sebagaimana yang telah Allah janjikan dalam Surat Al Baqarah : 183.

" Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa"

Nah, Ramadhan masih belum usai. masih ada kesempatan kita meraih kesuksesan itu. Mari kita manfaatkan hari-hari terakhir di bulan Ramadhan ini dengan terus memperbanyak amal shalih. Jangan kita sia-siakan waktu yang tersisa. Aturlah waktu sebaik mungkin untuk urusan akhirat dan dunia agar jangan sampai urusan dunia lebih mendominasi aktivitas di akhir Ramadhan ini. Selagi Allah masih memberi waktu dan selagi kita mampu. Mari berlomba-lomba dalam kebaikan meraih kesuksesan di bulan Ramadhan.

*Penulis adalah Pengasuh Majelis Cinta Dirosah

Sumber :Voa-islam.com